Wiwik Suluh Trisna Handriyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BELAJAR DARI TOILET

Orang bilang kalau ingin tahu apakah seseorang berbudaya bersih atau tidak, maka lihatlah jamban atau toiletnya. Jika toilet di rumahnya bersih, pasti ruangan lainnya juga bersih. Orang tersebut pasti berbudaya bersih. Demikian pula ketika ada lomba Sekolah Sehat, Rumah sehat, Kesehatan Lingkungan, dan sejenisnya, pasti yang dilihat pertama oleh juri adalah toilet yang tersedia dan kondisinya. Bagaimana halnya dengan orang Indonesia secara umum? Apakah sudah berbudaya bersih? JIka parameternya toilet, lihat saja toilet umum yang ada.

Sebagian besar toilet umum yang ada di Indonesia, baik di stasiun, di terminal, di pusat-pusat perbelanjaan, tempat wisata, maupun lainnya, memiliki kondisi yang kurang baik. Toilet yang didesign sebagai toilet kering pun, acap kali lantainya basah, tissue, bungkus sabun, dan sebagainya berceceran di lantai meskipun sudah disediakan tempat sampah. Belum lagi aroma yang dipancarkan benar- benar kurang sedap. Apalagi toilet biasa ( bukan toilet kering), air kadang tergenang dilantai, plus bekas tanah dari sepatu pengguna, belum lagi yang malas menyiram, kondisi kran yang rusak, penampungan air yang jarang dibersihkan,dan kondisi lain yang pasti kurang enak dibicarakan.”JOROK”. adalah satu kata yang seringkali terlontar melihat semua itu. Mengapa toilet kita harus berbau tak sedap? Kadang jarak beberapa meter dari toilet sudah tercium bau pesing dan tak sedap? Sedangkan toilet di negeri orang bersih dan harum seperti di ruangan kantoran? Jawabannya tentu tak lepas dari budaya hidup bersih yang belum menjadi pakaian sehari-hari bangsa ini.

Berbicara soal toilet saya jadi ingin berbagi pengalaman tentang toilet negara tetangga. Di Australia yang kesadaran masyarakat untuk menghemat air sangat tinggi, mayoritas toilet yang disediakan adalah toilet kering yang hemat air. Bahkan kadang untuk membersihkan diri, atau istinja dalam agama Islam, hanya menggunakan tisu. Di toilet-toilet umum tersedia banyak sekali tisu, bahkan kesannya sudah disediakan stok tisu. Ada pula toilet yang menggunakan timer, sehingga orang tidak bisa berlama-lama di toilet karena pintu akan membuka sendiri bila waktunya habis. Bayangkan bagi kita yang muslim! Tentu akan risih dan tidak nyaman jika ber-istinja tanpa air sedangkan di sekitar kita ada air. Bersih dalam konsep yang kita yakini adalah bersih dari substansi, warna, rasa dan aroma. Oleh karena itu, penulis pada waktu itu selalu membawa botol minuman untuk menampung air guna ber-istinja maupun berwudu ketika harus membasuh kaki. Pernah seorang teman sedang berwudhu di toilet kantor DECD (Department for Education and Child Development), ketika akan membasuh kaki, dia angkat kakinya ke wastafel untuk mencucinya. Sebagian air tercecer di lantai yang seharusnya selalu kering. Pada saat bersamaan, seorang wanita Australia masuk ke ruang toilet. Dia terkejut hingga berteriak. Ekspresinya begitu shock menyaksikan hal yang tentu sangat tidak lazim di sana. Sebagai sesama orang Indonesia sebenarnya saya malu dengan peristiwa itu. Akhirnya saya sarankan, lain kali selalu membawa botol minuman dan kita bisa membasuh kaki di dalam ruang tandas.

Masih tentang toilet di Australia, toilet di sana masih umum seperti di Indonesia hanya tidak dilengkapi shower karena menggunakan tisu. Model toiletnya masih sama dan menggunakan petunjuk berbahasa Inggris yang umumnya dimengerti oleh orang Indonesia sekalipun. Tentu saja bedanya di kebersihannya. Toilet di sana bersih dan harum seperti ruang kantor. Yang saya tidak mengerti, mengapa di setiap toilet ada dua lapis pintu sebelum ke ruang kaca yang di lengkapi wastafel. Jadi ada 3 lapis pintu dengan pintu per ruang tandas.

Berbeda dengan di Australia, toilet di Jepang bermacam-macam model. Semua digital dan menggunakan petunjuk dalam bahasa Jepang dengan huruf kanji. Ada beberapa kisah terkait toilet ini. Pertama, ketika tiba di Bandara Kansai Osaka, teman yang akan ke toilet sempat bingung, karena semua petunjuk dalam bahasa Jepang dan menggunakan huruf kanji. Toiletnya digital dengan beberapa tombol di sisi dudukan closet. Ada tombol dengan lambang not balok, ada lambang air yang memancar ke samping, ada yang memancar ke atas, ada tombol merah, dsb. Dalam kebingungan itu akhirnya dicobalah semua tombol. Learning by doing yang terjadi supaya mengerti. Hal baru sering membuat panik. Ada yang sampai lama sekali di toilet karena bingung. Padahal rombongan kami harus segera transit ke bagian imigrasi yang antrinya panjang sekali. Pengalaman kedua adalah ketika di desa Otsuku di wilayah Kagamino, ada teman yang salah memutar tombol pemanas (semua toilet menggunakan air hangat) sehingga ketika teman yang lain menggunakan toilet, airnya kepanasan. Pengalaman ketiga di kampus Chiba university. Di sini model toiletnya beda lagi. Untuk menyiram cukup dengan sensor tangan. Sementara di dinding banyak sekali tombol. Akhirnya ada teman yang salah pencet tombol, yaitu tombol alarm emergensi. Kami mengetahuinya ketika ada karyawan kampus yang berlari-lari menuju toilet dan menanyakan apakah ada yang perlu bantuan.Pengalaman keempat di hotel di Shizuoka. Di sini lebih otomatis. Kami masuk toilet berpintu otomatis, begitu selesai menggunakan, closet otomatis menyiram sendiri. Pokoknya, di Jepang banyak sekali model toiletnya. Design ruangannya beragam, baik tempat pembuangan sampahnya, tombol-tombolnya maupun aksesorisnya. Yang jelas, untuk masalah keamanan dan kenyamanan sangat diperhitungkan, misalnya pegangan untuk manula atau yang sakit, toilet untuk bayi dan anak-anak, tempat meletakkan barang bawaan, sampai cairan antiseptik untuk membersihkan closet duduk pun tersedia. Kapan kita mempunyai toilet umum yang bagus, bersih dan nyaman? Kapan di toilet umum kita selalu tersedia tisu bersih, cairan antiseptic, dsb? Yuk kita bangun dulu budaya bersih dan kesadaran kita. Jadikan masyarakat kita literat agar memiliki budaya yang baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Reportase yang keren dan informatif.

11 Jul
Balas

Toilet sebagai parameter budaya bangsa ya Bu Wiwik.

11 Jul
Balas

Biar orang lain gak ngalamin, pak zul. Jal ke jepang kudu belajar kanji dan bhs jepang

12 Jul
Balas

hai bu wiwik..try and error..salah pencet tombol ternyata alarm emergency.. :)

12 Jul
Balas

Ha...ha...tapi pengalaman berharga

12 Jul

Hus....jangan bilang siapa2...

12 Jul

Waah, jadinya nyaman banget ya kl ke toilet yang bersih...

11 Jul
Balas

Jadi betah, buat ngrumpi juga.Ha...ha...

12 Jul

Kapan ya kita bisa sebersih itu...

11 Jul
Balas

Inspiratif, dari toilet menjadi edukasi kita. Mantab bu.

11 Jul
Balas



search

New Post