Gunakan Alat kontrasepsi Jika Tidak Ingin Menambah Derita
Wanita itu bagaikan kaca, jika tidak bisa menjaganya maka akan hancurlah berkeping-keping, tak bisa dikembalikan seperti semula. Fenomena seperti inilah yang terjadi disekeliling kita. Gempuran arus modernisasi terjadi tidak hanya di kota besar tapi juga di kota kecil seperti kota kelahiranku. Kebebasan dianggap sudah biasa, budaya bangsa seolah tak berdaya.
Untuk menangkal semua ini orangtua tidak boleh lengah, terus membimbing dan mengajarkan agama pada anak-anak kita terutama pada anak perempuan tentang harga diri, tidak mudah percaya pada laki-laki. Dan apabila membina hubungan sebaiknya saling menjaga dan mengasihi di dasari iman, takut pada Allah juga sangat penting. Jangan sampai kejadian hal seperti ini lagi dan lagi.
Menjadi seorang anak bukanlah kehendaknya, lahir dari seorang wanita dan laki-laki yang tidak bertanggung jawab bukanlah kemauannya. Seharusnya anak terlahir dari cinta kasih dengan ikatan sebuah perkawinan yang sah. Tidak adil jika anak yang menanggung derita buah dari napsu manusia tak bermoral..
Kehidupan kota yang penuh fatamorgana, menjanjikan kesenangan dan hura-hura, melahirkan kegelisahan karena wanita yang tidak punya sifat keibuan, berganti pasangan tanpa ikatan perkawinan hingga menghasilkan empat orang anak.
Jika hidup tanpa aturan menganggap kumpul kebo adalah hal yang biasa, tetangga kanan-kiri tak mau tahu ,menutup mata dan telinga seolah hidup dieropa sana.
Kakek nenek menjadi tempat persinggahan dan penitipan anak, hingga segala yang nenek punya habis terjual buat makan dan membeli susu. Ke empat anaknya di tinggalkan begitu saja dengan masalah yang pelik. Orang lain mungkin hanya bisa geram atau wajar saja jika bersikap tak acuh karena merasa bukan urusannya.
Tiba waktunya masuk sekolah anak di antar nenek tanpa dokumen. Lahir di bidan lalu kabur, kenal lahirpun anak tak punya apalagi akta kelahiran seperti anak pada umumnya karena ke Rt-Rwpun tak melapor. Setiap datang membawa bayi ibu dan bapak tak kuasa menolak.
Sungguh mengerikan wanita seperti ini, kemanakah hati nuraninya, sebagai seorang guru mendapati anak seperti ini langsung terpikir mau jadi apa hidupnya nanti jika tidak bisa sekolah karena tidak punya kelengkapan administratif.
Niat menolong tidaklah mudah, birokrasi yang berbelit-belit membantu supaya si anak punya legalitas, dari mulai, Rt, Rw, Bidan, Dukun Bayi, Kelurahan, Kecamatan sampai ke Dinas Kependudukan hingga berbulan-bulan prosesnya, bukan ingin mendapat pujian ataupun ucapan terimakasih tapi hanya ingin melihat anak tak bersalah ini kelak bisa hidup lebih baik, tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti orang tuanya.
Anak cantik bermata bulat, hidung mancung kulit putih bersih sungguh malang nasibmu. Sering melamun di dalam kelas tak seperti anak kecil pada umumnya yang selalu ceria penuh suka cita.
Tak usah dipersalahkan karena sudah terjadi berulang-ulang, sumpah serapahpun tak dihiraukan. Dalam hati hanya bisa bergumam “ Gunakan Alat Kontrasepsi Jika Tidak Ingin Menambah Derita”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Miris membacanya bu Wiwin.
itu bukan fiksi Pak, nyata ada di sekitar kita.
Maaf bila ada kesamaan nama dan kejadian
Mira itu bagus bu win tapi kok ada lanjutan yang miring...ya ..