Wiwin Narti, M.Psi, Psikolog

Lahir di Muara Bungo Jambi pada 4 Oktober 1982. Alumnus Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta Fakultas Psikologi dan Universitas Mercu Buana Yogyakarta Magiste...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ku Bawa Wajah dan Samar-samar Suaramu Ayah

Ku Bawa Wajah dan Samar-samar Suaramu Ayah

Wajah ini, wajah yang sangat mirip dengan ayahnya. Konon katanya anak kesayangan ayahnya. Betapa sabarnya ayah menghadapi kenakalannya saat kecil dulu. Dia tidak mau ditinggal kerja oleh ayahnya, sehingga sering turut serta kemana pun ayahnya berada. Kenangan itu tak terlupakan oleh semua orang yang menyaksikan bagaimana ayah membawa anaknya ke kantor,

“anak kesayangan ya Bir, ngapa Wiwin saja yang dibawa kerja?” tanya rekan kerja ayah

“iya, dia yang paling dekat sama aku” jawab ayah.

Kala itu di sebuah warung, ayah mengajaknya makan siang, ayah membelikannya makan dan minum, selesai makan siang dan hendak kembali ke kantor memakai sepeda motor bebek ayah,

“yah, iwin lupa belum minum susu” ayah tertawa dan menurunkannya dari sepeda motor dan kembali masuk warung tuk minum segelas susu.

Di lain hari, dia ikut ayah ke sebuah toko, ayah terlihat membeli termos, dan gadis kecil itu melihat sebuah celengan ikan berwarna hijau terbuat dari grabah. Ayah pura-pura tidak melihat bahwa gadis kecilnya menginginkan sesuatu karena harganya yang mahal. Ketika pulang ke rumah, dia menangis, cemberut seharian, dan ayah tidak tahan melihatnya, dia ambil kardus bekas bungkusan termos dan dipukulnya ke tubuh si anak “yuk kita beli celengan!” meskipun berat ayah tetap membelikannya. Sungguh pukulan itu tidak sakit, dia malah tertawa menerima pukuln tersebut.

Pernah juga dia mengalami kecelakaan lalu lintas bersama ayahnya, pernah main begitu jauhnya ke hutan sehingga tersesat dan tidak bisa pulang dan pernah menggendong anak anjing ketika pulang bermain seharian, sedangkan ayah tidak menyukai anjing. Pernah hilang juga ketika ngambek dan ditemukan bersembunyi di tempat gelap samping rumah kontrakan, pernah menggunting rambut sendiri sampai seperti anak laki-laki. Yah..gadis kecil ini begitu nakalnya, di beberapa saat sebelum ayah meninggal dunia ia bercerita kembali seperti bernostalgia terhadap indahnya masa kecil anak gadisnya itu.

Sekarang anak ayah sudah mulai menua juga ayah, 36 Tahun sudah, semoga Wiwin bisa sesabar ayah merenda hari-hari bersama anak-anak, menciptakan kisah bahagia Wiwin sendiri yang kelak akan Wiwin rindukan. Wiwin bangga menjadi anak ayah, meski pun ayah telah tiada tapi Wiwin selalu bisa melihat wajah ayah tiap kali mengaca, dan suara ayah masih selalu bisa Wiwin dengar, meski pun semakin sayup dan samar-samar terdengar.

Penulis adalah peserta SAGUSABU Muara Bungo angkatan 2

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kenangan yang indah, bersama orang tercinta. Apalgi dengan keluarga. Masa kecil yang akan selalu jadi memori. Its memorable. Semoga Wiwin jadi anak yang Solehah. Salam kenal. Salam Literasi.

10 Mar
Balas

salam kenal Pak Wahyu..terima kasih support dan doanya, semoga Allah kabulkan aamiin. salam literasi

10 Mar



search

New Post