Antara Musibah dan Kenangan (Tantangan Gurusiana Hari ke-1)
Sebuah pesawat diberitakan hilang kontak. Tak lama kemudian terdengar kabar bahwa pesawat itu jatuh di perairan Laut Jawa. Semua orang miris mendengar kabar tersebut, terutama yang keluarganya berada di dalamnya. Astaghfirullah. Musibah ini menambah panjang deretan kecelakaan pesawat terbang yang terjadi di Indonesia. Kejadian ini juga menambah dalam rasa trauma seseorang yang sudah takut naik pesawat.
Mendengar kejadian ini, saya menjadi teringat pengalaman pertama naik pesawat, sepuluh tahun silam. Perjalanan yang saya lakukan menuju Singapura sebenarnya tidak lebih dari dua jam. Tetapi waktu itu saya merasa sangat gemetar. Bagi orang yang belum pernah naik pesawat, bayangan terbang dengan ketinggian ribuan kaki di atas permukaan laut tentu bisa menjadi sebuah ketakutan tersendiri. Phobia terhadap ketinggian merupakan faktor pertama penyebab rasa takut. Bayangan buruk jika ada trouble bisa menjadi penyebab berikutnya.
Mulai tahun 2016, ketika saya berkesempatan menjadi salah satu narasumber nasional guru pembelajar. Hingga sekarang, minimal setahun sekali saya harus menghadiri pertemuan yang mengharuskan untuk naik pesawat. Jelas terekam dalam memori saya, ketika pesawat take off serta landing, masih tersisa rasa takut yang sulit sekali hilang. Berada di badan pesawat di atas lapisan awan membuat saya sedikit gugup dan pusing. Saat mendengar pesawat jatuh, ada perasaan aneh yang menyelimuti saat membayangkan bagaimana perasaan para penumpang pada kejadian itu. Saya selalu berdoa, semoga kejadian buruk itu tidak menimpa saya ataupun semua penumpang pesawat lainnya.
Itulah mengapa, ada teman yang sangat menghindari naik pesawat. Jika masih bisa ditempuh dengan moda transportasi lain, dia tidak akan bepergian dengan pesawat. Jika terpaksa harus naik pesawat, dia akan memilih maskapai penerbangan yang menurutnya paling aman dan minim track record kecelakaan. Itupun dengan wajah pucat pasi saat mulai boarding.
Sebenarnya, ketakutan tersebut tidak perlu kita rasakan jika kita bisa sangat yakin bahwa semua musibah atau apapun yang menimpa kita adalah sudah menjadi takdir hidup kita. Jangankan naik pesawat. Berdiam diri di rumah atau tiduran di atas kasur, bisa menjadi penyebab kematian kita jika Allah sudah berkendak. Namun, tidak ada salahnya jika kita selalu berikhtiyar terhadap keselamatan diri sendiri. Jangan paksakan jika ada keraguan dalam diri kita. Dan jangan lupa berdoa di setiap langkah perjalanan. Siapa tahu itu akan menjadi perjalanan terakhir kita di dunia ini.
Salam.
#staysave
#TantanganGurusiana Hari ke-1
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga menjadi bahan evaluasi bagi otoritas penerbangan, Bunda
Ya Pak. Semoga kita semua tetap sehat dan selamat
Keren ulasannya bunda. Betul kita selalu berikhtiar untuk selamat semaksimal mungkin. Setelah itu kita bertawakkal pada Allah sang penentu takdir. Berdua juga bahwa kita akan berakhir dengan husnul khotimah.
Makasih Bu...
Stay safe. Keren Bun. Ijin follow
Njih monggo