Mengukir Diri Sendiri (Tagur-20)
Sebenarnya judul di atas menggunakan kata mengukir, namun saya tidak menemukan gambar yang tepat. Akhirnya ada sebuah gambar seseorang yang sedang melukis sketsa wajah. Hampir mirip, sih. Semoga terwakili.
Saya mengambil judul ini, setelah berbincang dengan salah satu teman. Kami membahas tingkah seseorang yang saya rasa sedang dalam serangan star syndrom. Merasa dirinya adalah pusat dunia. Tak ada yang benar di matanya, kecuali dia sendiri.
Bukan tentang tingkah orang tersebut yang menjadi fokus pembahasan kami. Tetapi lebih kepada bagaimana kami menyikapi hal itu. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi itu Dia sedang mengukir dirinya sendiri. Begitu kesimpulannya.
Nah mengenai mengukir diri sendiri ini, saya sangat setuju. Intinya, apa yang dilakukan seseorang akan menunjukkan siapa dia sebenarnya. Jika yang dipertontonkan adalah perilaku positif, maka orang akan melihatnya sebagai pribadi yang berakhlak mulia, meskipun tidak banyak bicara. Demikian juga sebaliknya.
Mengukir diri dengan serangkaian perilaku mulia akan memberikan aura positif pada diri sendiri. Hawa adem sangat terasa ketika berdekatan dengan sosok demikian. Komunikasi nyaman dan menentramkan. Ucapan-ucapan meluncur dengan penuh kasih sayang. Inilah sebenarnya yang dibutuhkan dalam interaksi dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial. Wallahu a'lam bishowab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih Pak Sandi. Salam Literasi
Mantap