Pernah mengalami writer's block, dimana sudah ready di depan komputer tetapi kursor kedip-kedip menatap kita minta dieksekusi? Atau malahan terlalu banyak ide sehingga pikiran meloncat-loncat kesana-kemari? Kondisi tersebut merupakan dua diantara sekian banyak alasan seseorang tidak cepat menyelesaikan tulisan.

Masalah yang pertama mungkin bisa diatasi dengan berhenti sejenak lalu melakukan hal-hal lain misalnya membaca, melihat tulisan orang lain, atau sekedar menonton televisi. Bisa juga dengan mencari ide atau referensi dengan scrolling media sosial.

Sedangkan masalah kedua perlu segera diatasi dengan kembali memfokuskan diri dalam menulis. Banyak penulis yang tidak dapat menyelesaikan satu tulisan karena tergoda untuk menuliskan ide lain. Mereka merasa jika muncul ide lain dianggap lebih menarik. Sayang untuk tidak ditulis. Inilah salah satu godaan bagi penulis. Memfokuskan diri kembali bisa dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama, teguhkan niat untuk menyelesaikan satu tulisan terlebih dahulu. Jika muncul sebuah ide lain, sementara bisa dituliskan pada bank ide dulu. Hanya sebagai upaya untuk mengikatnya dan bisa dikembangkan pada kesempatan lain. Bank ide ini bisa berupa catatan kecil atau lebih mudah di gadget.

Kedua, anggaplah sebuah tulisan sebagai cara kita menyampaikan gagasan kepada orang lain yang bisa membawa manfaat. Jika tulisan tidak pernah selesai, maka tidak kunjung bermanfaat bagi orang lain. Lebih ekstrim lagi,, yakinilah bahwa tulisan itu sudah ditunggu-tunggu oleh calon pembaca meskipun mungkin tidak seekstrim itu. Setidaknya kita akan segera menyelesaikan jika perasaan ditunggu itu sangat membara. Memang seperti sebuah kamuflase, tetapi hal itu pernah saya lakukan.

Ketiga, buatlah sebuah target menulis yang jelas dan usahakan untuk mematuhinya. Catat target itu di tempat yang gampang terlihat atau buatlah alarm di hape sebagai pengingat. Lebih bagus juga jika kita punya partner menulis yang saling mengingatkan target masing-masing.

Ketiga cara ini mungkin akan berguna untuk penulis pemula yang belum terbiasa membuat tulisan secara konsisten. Apapun cara yang kita pakai, yang penting adalah kita terus berproses untuk menulis bagaimanapun kondisi yang sedang kuta hadapi. Salam Literasi.