Menjelang Hari raya Idul Fitri, di mana-mana bertaburan kata maaf, di medsos, pada kartu lembaran, pada media cetak. Dari teman, saudara, orang yang tak dikenal. Bisa jadi minta maaf sungguhan atau sekedar ikut-ikutan.

Maaf, kata yang bermakna mengaku salah meski tidak sengaja. Keberanian meminta maaf lebih sempurna bila disebutkan salahnya. Tapi itu jarang terjadi. Ada kekhawatiran bila jujur malah tidak dimaafkan.

Maaf bukan sekedar ucapan basa-basi. Alangkah baiknya jika maaf terucap atau tertulis sesegera mungkin begitu seseorang sadar telah melakukan kesalahan atau sengaja mengganggu orang lain.

Maaf, lebih ringan terucap, tatkala seseorang sudah terbiasa mengucapkan setiap saat, setiap kali bertemu sahabat, teman, atau seseorang sambil berjabat tangan disertai doa.

Betapa indahnya, bila setiap orang terbiasa mengucap maaf sebelum mengawali sebuah pembicaraan atau urusan. Kata maaf memperhalus Budi pekerti. Tradisi Jawa lebih hebat lagi. Sebelum mengawali pembicaraan atau memotong pembicaraan orang lain selalu terucap" Nuwun Sewu, pangapunten," baru menyampaikan keinginannya. Itupun dengan kata yang santun dan sikap yang sopan. Tapi perilaku itu mulai pudar dan jarang terlihat. Justru yang sering tampak tontonan dan contoh yang kurang baik saat mengeluarkan pendapat.

Maaf, selalu terlontar dari seseorang yang rendah hati, maaf bagian dari Budi pekerti. Bagian dari budaya Indonesia yang wajib dilestarikan, dibudayakan kembali jika sudah mulai langka. Setiap saat, di manapun berada.

Berbagai masalah akan selesai dengan cara-cara yang sederhana tatkala setiap jiwa memahami makna maaf dan tidak menyalah gunakan kata maaf untuk menutupi kekurangannya.

Yang lebih hebat dari kata maaf, adalah belajar memaafkan, sebelum seseorang meminta maaf. Ini ajaran Rasulullah Muhammad SAW yang Beliau contohkan dalam perilaku sehari-hari. Memang tidak mudah, perlu latihan dan terus berbenah. Hanya orang-orang pilihan yang mampu melakukannya. Legawa, tak pernah sakit hati, selalu tersenyum dan awet muda. Tak ada beban dalam hidupnya dan selalu bersyukur apapun yang terjadi. Bukankah ini luar biasa. Semoga kita tergolong sebagai orang-orang yang pemaaf. Yaa Robb, jadikan kami pemaaf yang bijak, aamiin....!