Wiwit Susilawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sahabat, Kenapa Kau Fitnah Aku?

Setiap orang pasti memiliki pengalaman yang menjengkelkan dalam hidupnya, termasuk aku sendiri. Nama ku Wiwit Susilawati, aku seorang guru bahasa Indonesia disalah satu sekolah negeri di Kota Padang. Sebenarnya boleh dikatakan aku termasuk guru baru di sekolah, karena baru dua tahun mengajar di sana. Sebelumnya aku diperbantukan di salah satu sekolah swasta di Kota Padang.

Pada awal semester genap ini, di sekolah kami terjadi mutasi pimpinan. Rotasi mutasi pimpinan merupakan hal yang biasa dilakukan dalam sebuah instansi. Hal tersebut dilakukan agar ada penyegaran karier seseorang maupun suasana pada lembaga. Alhamdulillah fakta dilapangan kepala sekolah yang baru ini, memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi, baik, dan perhatian. Semoga ditangan beliau, sekolah ini semakin jaya dan banyak mengukir prestasi.

Sebagai guru, aku selalu berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin. Meskipun saat ini aku sedang menempuh pendidikan di Pasca Sarjana UNP ditambah lagi beban mengajar yang sangat padat yaitu 30 jam. Sejujurnya ada juga letihnya sih, tapi kembali lagi ke prinsip hidupku menjadi seorang guru harus memiliki rasa pengabdian yang tulus di dalam diri.

Suatu sore selesai mengajar, aku dipanggil kepala sekolah untuk menghadap beliau. Dalam hati bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi? kok aku dipanggil? rasa cemas mulai menghantui, aku beranikan diri masuk ke ruang Bu kepsek. Dengan membaca “as-salamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” ku buka pintu Ibu perlahan-lahan. Seperti biasa Bu kepsek menyambutku dengan hangat dan tidak lupa menanyakan kabar. Namun disela-sela perbincangan, Bu kepsek mengatakan ada seorang guru yang berinisial T mengatakan kalau wit mengancam ibu dengan ucapan “jan cubo-cubo mengatur baju kami” makanya ibu panggil wit untuk memastikan kebenaranya karena sejujurnya ibu pun tidak percaya.

Mendengar pertanyaan ibu tersebut, saya kagetnya bukan main, serasa bagai petir disiang bolong. Rasa sedih, jengkel, dan tak percaya bercampur aduk, karena T adalah sahabat dekat saya. Ya Allah beginilah sakitnya dituduh sahabat sendiri. Tak terasa bulir air mata jatuh dari ujung kelopak mataku, sungguh tak menyangka sahabat sendiri bisa berbuat begitu.

Kemudian aku jelaskan permasalahan tersebut kepada Bu kepsek dengan rinci dan jelas. Aku bersyukur Bu kepsek menanggapi masalah yang aku alami tersebut dengan sangat bijak. Beliau tidak langsung menyalahkan bahkan beliau memberi solusi terbaik untuk mengungkap kebenarannya.

Dengan segala persoalan yang kita alami dalam hidup ini, tentunya kita jangan mudah menyerah. Tetap bersyukur kepada Tuhan. Alhamdulillah berkat rasa syukur, akhirnya kebenaran terungkap, aku dinyatakan tidak bersalah. Jadi masalah sesulit apapun yang terjadi, jangan lupa bersyukur.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bersyukur punya KS yg bijaksana, dan adil (tidak mudah termakan hasutan) anak buah.

16 Mar
Balas



search

New Post