wongliangsiem

https://adatbangsaku.blogspot.co.id/2018/02/jati-diri.html?m=1 Teacher at sma 5 toeban https://www.youtube.com/channel/UCcFgf5Nbb8iXdJPztwouU4Q ...

Selengkapnya
Navigasi Web
PERILAKU BULLYING DAN SOLUSINYA 
asat bangsaku

PERILAKU BULLYING DAN SOLUSINYA 

PERILAKU BULLYING DAN SOLUSINYA

Perilaku Bullying sudah bukan hal baru, terjadi di sekitar kita akhir-akhir ini. Bukan hanya secara nyata, namun perilaku tersebut sudah menggejala di ruang dunia maya, sehingga semakin sulit upaya untuk memutus rantai kekerasan yang diimbaskannya pada segenap kalangan. Iya, segenap kalangan. Karena faktanya, bukan hanya pada anak-anak perilaku tersebut berkembang. Banyak orang dewasa yang tergejala perilaku bullying diantara sesamanya. Sehingga, apabila tidak segera ditemukan cara memutus rantai kekerasan yang timbul karenanya, maka bisa jadi generasi kita akan bertumbuh sebagai generasi “sakit” secara psikologis, maupun sosial. Perilaku Bullying tentu saja bukan terjadi tanpa sebab. Sebagai perpanjangan dari perilaku kekerasan, secara Sosiologis pun akar penyebabnya sangat kompleks. Secara Sosiologis, Bullying adalah wujud ketidakberimbangan kekuasaan. Yang dimaksud dengan “kekuasaan” adalah kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk mengikuti apa yang diinginkan dan diperintahkan pihak tertentu.Pihak yang memerintah jelas digambarkan sebagai profil yang berkuasa. Sedangkan yang hanya menjalankan perintah adalah pihak yang dikuasai. Bullying serupa dengan aksi dalam kerajaan binatang. Hukum yang diterapan adalah siapa paling kuat, maka dia boleh hidup [Lukmantoro, 2012]. Sejumlah penelitian menunjukkan, perilaku kekerasan tidak bisa diredam hanya dengan memproduksi lebih banyak instrumen kontrol sosial, seperti aturan, hukuman, sanksi, larangan [Kivel, 2010]. Akar penyebab perilaku kekerasan sering tidak tersentuh upaya-upaya struktural-legal-formal. Diperlukan pendekatan psikologis-kultural-sosiologis yang lebih holistik untuk mencegah berulangnya perilaku kekerasan bullying ini, apalagi potensi penyebarannya yang dikhawatirkan semakin meluas. Banyak faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan bullying dalam diri individu. Diantaranya, menurut Coloroso [2007], Budaya Paternalistik menjadi semacam legalitas berkembangnya pandangan bahwa lelaki hebat adalah lelaki yang tidak takut mengalami tindakan kekekerasan. Namun, ini bukan menjadi satu-satunya penyebab dalam perkembangan fenomenanya. Karena bukan hanya menjadi “spesialisasi” lelaki jika perilaku bullying pun dialami perempuan saat ini.Faktor kedua yang menyebabkan perilaku kekerasan bullying dalam diri individu adalah tidak adanya ruang publik yang aksesibel. Remaja [khususnya dalam konteks ini] cenderung menjadi liar ketika tidak menemukan ruang publik yang dapat diakses dalam sebuah pertemuan antar sesamanya untuk melakukan beragam kegiatan yang idealnya secara positif mampu menyalurkan kreatifitas bersama.Pernah menjadi korban kekerasan, adalah faktor ketiga yang menyebabkan perilaku kekerasan bullying. Artinya, ketika pada akhirnya si A melakukan perilaku bullying kepada sesamanya, maka bisa jadi hal tersebut dipicu inisiatif “balas dendam” atas pengalaman yang diterimanya di masa lalu. Pengaruh lingkungan masyarakat, budaya dan media merupakan faktor keempat yang mempengaruhi perilaku kekerasan bullying. Lingkungan masyarakat faktanya memang memberikan pengaruh cukup besar, terlebih ketika saat ini diwarnai polemik saat perilakunya berkelindan dengan penggunaan kekerasan dalam upaya penyelesaian masalah. Parahnya, remaja akhirnya memiliki sumber potensial untuk melakukan aksi peniruan. Peniruan yang semakin hebat terjadi dengan dukungan kecanggihan media elektronik, salah satunya media sosial yang menampilkan aneka bentuk kekerasan, baik verbal maupun non-verbal [fisik], yang dengan mudah diduplikasi remaja tanpa kemampuan filter yang baik.Memutus Akar Kekerasan Perilaku Bullying, Khususnya Pada Anak & RemajaSolusi untuk orang tua jika anaknya menjadi korban bullying di sekolah adalah [1] Satukan persepsi dengan suami/istri. Karena sangat penting bagi suami-istri untuk satu suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah. Kesamaan persepsi yang dimaksud meliputi : apakah orang tua perlu ikut campur, apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu menemui orang tua pelaku intimidasi (bullying), termasuk apakah perlu lapor ke polisi. [2] Pelajari dan kenali karakter anak. Karena memang ada anak yang punya karakter mudah dijadikan korban. Indikatornya adalah sikap “cepat merasa bersalah” atau “penakut”.Solusi ke [3] Jalin komunikasi yang baik dengan anak. Tujuannya tentu saja agar anak merasa cukup nyaman untuk selalu bercerita kepada anda sebagai orang tuanya ketika mengalami intimidasi (bullying) di sekolah. [4] Jangan terlalu cepat ikut campur, karena idealnya masalah tersebut bisa diselesaikan sendiri oleh si anak, dan cara itu pun dapat dijadikan prioritas pertama sebagai orang dewasa untuk memupuk keberanian serta rasa percaya diri kepada anak-anak yang menjadi korban bullying.Solusi ke [5] Masuklah di saat yang tepat. Artinya, jangan lupa bahwa seringkali anak yang menjadi korban bully tidak senang kalau ada orang dewasa turut campur. Situasinya memang akan menjadi paradoksal : anak menderita karena diintimidasi, tapi dia lebih takut lagi kalau orang tuanya turut campur. Karena biasanya para pelaku bully akan mendapat bahan tambahan memberi stigma pada korbannya sebagai “anak mami”, “cemen”, dan lain sebagainya. [6[ Bicaralah dengan orang tepat. Jika sudah memutuskan untuk ikut campur, pertimbangkan masak-masak apakah akan langsung berbicara dengan pelaku intimidasi, orang tuanya, atau gurunya. Disarankan, hindari memprioritaskan bicara dengan orang tua si pelaku bullying, karena biasanya masalah bukannya selesai, tapi melebar kemana-mana karena melibatkan unsur emosi.Solusi ke [7] Kalau perlu, ajari anak untuk melakukan intimidasi balik. Jangan protes dulu dengan saran ini. Perlu diingat, intimidasi balik ini hanya untuk memberi rasa percaya diri pada anak anda bahwa anda ada di sisinya, sehingga dia tidak perlu merasa sendirian menghadapi masalah. Sedangkan untuk si pelaku intimidasi, perlu pula ditekankan bahwa jika dia melakukannya terus, maka ada anda yang akan siap menghadapinya. Selain, itu, cara intimidasi balik ini juga berlaku sebagai peringatan pada guru di sekolah supaya mereka pun paham bahwa anda sebisa mungkin masih memprioritaskan wewenang mereka untuk mencari penyelesaian terbaik kasus bullying jika terjadi di sekolah. Anda perlu tekankan, bahwa anda tidak akan ikut campur menyelesaikannya dengan cara anda sendiri, jika itu menjadi pilihan terakhir.Solusi ke [8] Jangan ajari anak lari dari masalah. Pindah sekolah, misalnya. Itu bukan respon terbaik untuk solusi kasus intimidasi (bullying) yang dialami anak di sekolah.Kesimpulannya, ada banyak cara sebenarnya yang bisa dilakukan untuk memutus rantai kekerasan bullying di sekitar kita. Tapi, penanganannya harus secara holistik. Tujuannya jelas agar perilaku tersebut tidak berulang. Bukan hanya terjadi di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Terimakasih jika berkenan berkunjung di blog saya https://adatbangsaku.blogspot.com
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bullying serupa aksi dalam kerajaan binatang, mengerikan sekali. Semoga kita sebagai pendidik mampu mengikis habis tindakan tak terpuji ini. Sukses Bapak, ditunggu karya berikutnya.

15 Nov
Balas

sangat setuju... pendieikan kita sendiri sudah kehilangan akar dan rohnya, sehingga tidak mampu menahan dan membetengi generasi muda dari ancaman dinamika gelombang jaman.

15 Nov

terima kasih support dan apresiasinya bu

15 Nov

Bullying oh bullying...semoga penanaman karakter akan dapat mengurangi sedikit demi sedikit....Sukses dan sehat selalu .

15 Nov
Balas

siaaap

15 Nov



search

New Post