wulan sari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
AIR MATA KESABARAN IBU (2)
Tantangan Hari Ke 62

AIR MATA KESABARAN IBU (2)

PART 2

--------

Suara gemuruh di perut membuatnya meringis mencoba menahan perih. Di rumah nasi masih ada sisa makan tadi malam. Apakah empat orang anak di rumah telah makan ? Semoga makanan cukup untuk mereka. Atau jika tidak biasanya si sulung bisa mengajak adeknya untuk pergi ke rumah neneknya yang tak begitu jauh. Alhamdulillah mereka masih memiliki seorang nenek dan kakek yang penuh dengan kasih sayang. Semenjak kepergian suami hanya orangtua bu Tati yang menjadi tempat mengadu segala sulit dan sempit kehidupan bersama lima orang anaknya.

“teeeeet, teeeeeeet,” suara klakson angkot membuyarkan lamunan pada anak-anak di rumah.

“Pulang bu?” suara supir angkot selalu menawari siapa saja yang mereka temui.

Tanpa pikir panjang bu Tati langsung naik, sesaat ia terlupa bahwa ongkos yang tadi menjadi gusaran hati sudah habis untuk jajan anak gadisnya, Sasi.

“Bu Lapar,”suara anak gadisnya kembali memelas.

Namun kata sederhana itu justru membuat ia teringat akan keberadaan uang yang sudah habis.

Ia hanya tersenyum dan mengusap kepala si anak, dan merebahkannya dalam pelukan.

“Sebentar lagi kita sampai.” Di lihatnya jalan lurus kedepan, memang benar sedikit lagi mereka akan sampai.

“Pinggir dek,” bu tati berusaha memberikan isyarat agar angkt berhenti.

Dengan gusar ia memapah anak dengan pelan-pelan, karena akan sangat susah menggendong di atas angkot yang sempit.

“Dek, mohon maaf, ibu kehabisan uang tadi di rumah sakit, bisakah berhutang dulu?” Bu tati menyampaikan perihal kesulitannya membayar pada si sopir angkot.

Sebentar tampak supir angkot terdiam, mencoba memahami apa yang didengarnya.

“Oh taka pa-apa bu, semoga segera sembuh.” Tampak wajah tenang dan sedikit melemparkan senyum. Mungkin ia bisa merasakan kesulitan yang dialami bu Tati.

Sebelum angkot berlalu pergi, bu Tati mengucapkan beberapa kali ucapan terimakasih. Dalam hati ia mengucapkan syukur pada Allah SWT yang begitu memberikan kemudahan di setiap sulitnya.

“Ibu tadi tidak kasih duit?” Sasi gadis kecilnya mengungkapkan keheranannya.

Tidak biasanya ibu tidak memberikan uang.

Bu Tati menganggukkan kepala sebagai jawaban tanya, dan kembali mencoba menggendong putri kecilnya. Walau perut sudah terasa kian sakit. Dalam fikir bu Tati semoga dengan menggendong anak gadisnya, perut sakit akan sedikit hilang akibat tertekan badan Sasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post