wulan sari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAHASA DULU BARU SEKOLAH
Tantangan Hari Ke 71

BAHASA DULU BARU SEKOLAH

MEMPERSIAPKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN BAHASA

Tadi pagi saya mengantar anak bungsu ke sekolahnya untuk bertemu psikolog anak. Mumpung gratis di sediakan oleh sekolah, sempat juga terfikir sebenarnya kenapa bisa gratis ? Cerita punya cerita ternyata beliau kakak ipar dari kepala sekolah TK anak saya itu, ustazah Umi begitu semua anak memanggilnya.

"Bunda silahkan duluan saja." Beliau menawarkan karena kami yang pertama hadir.

Beberapa saat duduk di ruang yang dituju ternyata yang di tunggu masuk dengan membawa sebuah kantong plasti besar dan tas ransel.

Berperawakan cukup besar, kulit gelap dengan muka yang mengikuti bobot tampilannya. Jika dilihat-lihat mirip dengan salah seorang mahasiswi yang kos di rumah nenek dahulu saat saya kecil. Cara bicaranyapun menyenangkan dan terlihat sekali supel, dia dan huges seolah satu koloni. Bahasa tubuhnya yang ramah, penerimaan yang banyak dan berusaha memaparkan tanpa seolah menekankan bahwa ia adalah pemberi ilmu dalam kondisi itu.

Putri saya, Alula di minta memperkenalkan diri. Semua pertanyaan data diripun di jawabnya dengan benar, hanya tanggal lahir saja lula lupa. Karena selama ini yang ia tunggu bulannya.

"Setelah juni, julikan Mi,yeee lula akan ulang tahun." Begitulah bocah kecil yang cantik itu selalu mencoba mengingat-ingat kapan kelahirannya akan dirayakan.

Jadi tak pernah bertanya tanggal berapa ia lahir apalagi perihal hari.

Beberapa gambar di berikan, dan beberapa pertanyaan dilontarkan olehnya untuk Lula, semua bisa di jawab. Tak ada rasa canggung dari bahasanya, hanya sesekali ia mencoba menatap saya seolah memastikan sesuatu, mungkin senyuman uminya.

Semakin lama pertanyaan makin sulit. Bahkan lebih ke makna yang tersirat dari cerita.

"Ini anak lelaki, ia di tertawai temannya, padahal ia tak suka dengan itu. Namun ia tak mau memperlihatkan rasanya itu. Ia khawatir nanti di bilang anak kecil." Psikolog memberikan cerita penghantar.

"Kenapa anak lelaki itu tak senang ya?" Tanya psikolog.

"karena temannya menertawakan." Jawab Alula penuh yakin.

"Terus kira-kira bentuk wajahnya seperti apa?" iapun melanjutkan.

Alula tampak berusaha mencari-cari, bagaimana cara memperlihatkannya. Lalu iapun menunjuk sebuah emoticon dengan mulut sedih.

"Pintar," ucapnya.

"Lalu mengapa ia menyembunyikan perasaanya." Untuk pertanyaan ini Saya fikir Alula akan kebingungan.

"Karena ia malu," Alula menjawab dengan diikuti senyuman.

Ternyata ia mampu menangkap makna tersirat dari cerita. Karena tak ada kata-kata malu pada cerita penghantar yang telah dipaparkan oleh psikolog itu.

"Alalu kira-kira wajah seperti apa yang diperlihatkannya?" Lagi-lagi ini cukup sulit untuk di cerna.

"ini," Alula menunjuk sebuah emoticon dengan bibir lurus.

"Kenapa yang ini?" psikolog mencoba memastikan jawaban lula.

"Supaya kelihatan biasa saja, kan ia malu," Lula juga mengungkapkan dengan keyakinannya.

"Wah, Alula hebat, ni hadiah untuk Alula." Psikolog menyerahkan sebungkus wafer coklat.

Alula tampak sangat senang, sembari menggenggam wafer itu iapun meminta izin untuk segera bergabung kembali dengan Uda dan Abang. Sudah sedari tadi menahan hati untuk kembali bermain di luar.

"Bagaimana bu?" tentu saja sebagai orangtua ada rasa penasaran.

"Hebat, nilai Alula 100, dari kemaren saya tes anak Alula yang paling bagus."

Sungguh diluar dugaan jawaban yang ia berikan.

"Kemampuan konsentrasinya baik, pemahaman akan kata-kata bagus, pemahaman tentang interaksi sosial baik dan ia memiliki kemampuan untuk presensi." senyumnya mengembang kala menyelesaikan kalimat itu.

"Kira-kira jika masuk SD setahun lagi apakah bisa ?" itu pertanyaan yang benar-benar ingin mendapatkan jawaban.

Karena satu tahun lagi umur Alula belum cukup 6 tahun. Merujuk pada peraturan bapak menteri bahwa anak masuk usia sekolah saat berumur 7 tahun. Agar kematangan dan kesiapan telah siap secara psikologi.

"Sekarang saja ia sudah mampu bu, karena pemahamannya baik" Saya menatap matanya yang berbinar dan penuh persahabatan.

"Alhamdulillah, semoga saja tahun depan lebih baik." Saya merasa sangat senang dengan jawaban itu.

Cerita cukup lama, saya memaparkan bahwa ustazah menyampaikan Alula masih egois, suka mengatur teman-teman. Lalu ia menjawab bahwa anak yang pintar biasanya memang cenderung mengatur dan berusaha menguasai. Lega sekali mendengarkan ucapannya. Berarti memang ada perbedaan karakter yang dibawa oleh anak sejak mereka dilahirkan. Hanya saja lingkungan dapat memoleskan agar menjadi cantik dan baik. Membuang sifat yang kurang pantas dan memunculkan potensi yang lebih baik.

Iapun menambahkan bahwa anak usia PAUD dan TK harus di munculkan kemampuan berbahasa dan mampu presensi dengan baik tentang apapun yang ia rasa dan yang diinginkan. Kemampuan itu yang terlebih dahulu di munculkan ketimbang membuat anak pandai membaca, menulis maupun berhitung. Karena kemampuan presensi itu tak bersifat teori ia lahir dari latihan yang dimulai sedari kecil. Membutuhkan proses yang panjang. Jadi jangan justru mengharapkan anak diam dan menurut, justru buat mereka mengembangkan bakat memaparkan sesuatu dengan baik, mengungkapkan apa yang terlihat dan ia rasa. Salah satu kegagalan kita di indonesia adalah lebih membuat anak itu diam. Bahkan dengan istilah diam itu emas.

Iapun menyayangkan bahwa banyak masasiswa di kampus bimbingannya yang bermasalah saat mengungkapkan ide di depan orang banyak. Ada masa yang hilang saat mereka masih kecil yaitu memunculkan kepercayaan diri yang bagus dari kemampuan berbahasa. Kebanyakan justru seperti anak Sekolah Dasar saat mereka melakukan presentasi. Ini yang harus kita perbaiki dari sekarang.

Bagus pemahaman bahasa dan komunikasi dari kecil maka akan memudahkan mereka untuk memahami banyak hal. Jadi kita ingat kembali bahwa kemampuan Bahasa dan pengungkapan kepada orang lain itu adalah hal utama yang perlu di miliki anak begitu juga dengan kemandirian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alula keren.....

23 Jun
Balas

Betul Bu Wulan. Jangan cepat-cepat masuk sekolah. Siapkan kemampuan berbahasa dan bersosialisasi anak lebih dahulu. Bila umurnya pas, anak akan tumbuh lebih optimal. Salam literasi.

23 Jun
Balas

Hebat ya Alula.. sudah terlihat dari umminya yang hebat pula..

23 Jun
Balas



search

New Post