wulan sari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CARA MELIHAT TUYUL
Tantangan Hari Ke 84

CARA MELIHAT TUYUL

Suatu malam kami diajak untuk masuk kedalam kamar. Aku yang masih kecil kira-kira kelas 3 SD ditanyakan apakah berani untuk ikut main. Karena mereka akan bermain untuk melihat tuyul di dalam.

“Berani ikut?”

Saat sepupu kami Da Helman mempertanyakan sesungguhnya aku tidak terlalu yakin. Namun karena ada rasa penasaran akhirnya mengangguk tanda setuju.

Kami di minta untuk membuat lingkaran. Hanya ada kumpulan para cucu Gaek yang di dalam dan mereka semua lebih besar dari usiaku. Setelah terbentuk lingkaran, diletakkanlah sebuah lilin, korek api, dan sebuah piring kanso, piring ini terbuat dari plat besi yang dilapisi sehingga permukaannya licin. Biasa digunakan untuk sehari-hari karena aman dari pecah.

Beliau menjelaskan bahwa kita akan bermain untuk dapat melihat tuyul. Setiap orang akan diberi kesempatan dan yang paling berani dapat mengajukan diri untuk lebih awal.

“Ado yang ka di tanyoan ?” Beliaupun mengedarkan pandangan pada satu persatu dari kami.

Aku sendiri juga melakukan hal yang sama. Melihat ekspresi semua orang sangatlah memberikan pengaruh besar bagi kita untuk bersikap dan menentukan ekspresi yang akan dimunculkan. Karena sejujurnya aku sendiri mulai merasa ketakutan. Apalagi setelah lampu dimatikan.

“Dak buliah manangih doh.” Ia kembali mengingatkan semua.

Justru dengan kalimat terakhir ini aku bertambah tegang. Siapa yang akan melihat tuyul terlebih dahulu, lalu apakah aku akan bisa terus sadar tanpa pingsan seperti yang ada di tayangan TV. Saat melihat setan biasanya akan lari atau bahkan ada yang pingsan. Tanganku mulai merasakan dingin, ada keringat yang keluar di sela-sela.

“Ya Allah, takut,” kakak perempuanku berujar sesaat sebelum da Helman mulai membacakan mantranya.

Ternyata memang tidak aku saja yang merasakan sebuah kengerian, baiklah itu artinya aku bukanlah anak perempuan yang payah.

“Uda baco mantra, yang lain tutuik mato kalo indak beko tuyul dak namuah kalua.”

Tak ada bantahan, tampak beberapa saudara kami yang lelaki tertawa kecil namun entah apa yang mereka fikirkan. Bisa saja takut atau justru berusaha menutupi rasa takut. Entahlah yang jelas mata harus tertutup.

Setelah mantra tak terdengar lagi Da Helman menyebutkan salah seorang nama yang akan mencoba terlebih dahulu.

“Roni duluan ?”

“Jadih,” Sebuah jawabanpun diberikan Da Roni tanda setuju.

“Usapkan tangan ka piriang ko, tu usap ka muko.” Da helman memberi aba-aba.

Pada saat itu kami belum diperkenankan untuk membuka mata, tampaknya daroni berkali-kali melakukan usapan itu, aku mengetahui karena terdengar suara sentuhan tangan pada piring alumunium.

“Lah, kini buka mato caliak kamuko.”

Da helmanpun memberikan aba-aba hitungan ketiga untuk membuka mata dan melihat tuyul.

“Hoawwwww ooooo.” Da Roni mengeluarkan ekspresi ketakutan.

Kami semua tambah penasaran, bagaimana rupa tuyul yang diperlihatkan oleh Da Helman, apakah benar-benar semenakutkan ekspresi yang dikeluarkan Da Roni.

“Ba a Ron, lai Nampak tuyulnyo ?”

“Lai da, ngeri,”

Kami semua menangkap ekspresi yang menakutkan dari Da Roni. Permainanpun di teruskan, berlanjut ke Da Idon, Da Yohan dan yang lain. Akan tetapi akhirnya ada suara tawa setelah permainan ke giliran yang kesekian. Seolah mereka mengerti dan justru menakut-nakuti kami yang belum.

“Sari Lai,” Suara yang lain memberitahukan.

Padahal tanpa di beritahu aku sendiri sangat jelas setelah giliran siapa aku bermain. Aku mencoba mengepalkan tangan, menahan rasa takut tapi tetap saja itu tak membuahkan hasil apapun selain keringat dingin yang semakin basah. Seolah ada angin dingin yang di tiupkan dari belakang hingga terasa dingin ke bahu.

Setelah di perintahkan untuk menutup mata, sebuah mantrapun di bacakan. Sebuah lilin tak banyak memberikan cahaya saat mata di tutup, semua tampak amat gelap tak sedikitpun membiaskan warna merah atau pelangi di balik kelopak mata. Seolah terasa lama sekali hingga akhirnya akupun di minta mengusap sebuah piring yang masih terasa hangat. Apakah piring ini di bakar dengan api lilin. Mengapa harus di bakar ?

“Bukak Mato lai, satu, duo, tigo.”

Aku sangat berdebar untuk membuka mata. Sebuah lilin di arahkan sedikit kebawah posisi wajah. Dan aku melihat sebuah wajah hitam tak beraturan pada permukaan piring kanso. Saat mata berkedip wajah itupun berkedip.

“Hiiiiihiiii,” aku menutupi wajah tanda ngeri.

“Hahahahaha,” terdengar suara gelak tawa dari pemain yang sudah dapat giliran.

Sembari menunggu permainan terus berlanjut aku kembali berfikir dan mereka-reka, apakah wajah yang tampak itu benar-benar tuyul. Atau justru ?

“Lah salasai, Nampak tuyul sadonyo. Hahaha”

Ternyata barulah aku mengerti bahwa wajah yang terlihat di permukaan piring kanso itu adalah wajah kami yang penuh coretan arang. Piring yang kami usap adalah piring yang sudah dibakar dengan api lilin. Tentulah akan menyisakan lapisan arang lembut dan itulah yang kami usap ke wajah. Ditambahkan dengan sinaran api lilin membuat wajah semakin tampak menakutkan.

Selepas lampu di hidupkan kami semua tertawa dan saling menunjuk wajah yang lain. Karena penuh dengan arang hitam dari piring kanso. Benar-benar seru permainan ini saat itu. Akan tetapi itu tidaklah asik dimainkan kembali dengan orang-orang yang sudah mengerti. Karena itulah kami tak pernah memainkan lagi selepas itu. hanya menjadi kenangan yang akan menggelikan untuk diingat. Betapa lugu dan polosnya, padahal Da Helman telah mengerjai wajah kami hingga menjadi kotor penuh dengan arang hitam. Namun hati tetap saja senang. Bahagianya cucu-cucu Gaek dan Uwak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penasaran, ternyata setelah baca.....Salam literasi!

05 Jul
Balas

Mendebarkan tapi setelah dibaca ternyata???? heheheh salam literasi bu

05 Jul
Balas

haha lucu bu... kirain tuyul beneran

05 Jul
Balas



search

New Post