wulan sari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SUAMIKU INGIN AKU BEKERJA
Tantangan Hari Ke 81

SUAMIKU INGIN AKU BEKERJA

“Kamu kerja juga lah, biar bisa beliin baju buat orang tuamu.” Dia berlalu begitu saja menuju meja kasir tanpa melihat bagaimana kesedihan di wajahku.

Salahkah aku jika ingin juga membelikan baju untuk ayah di lebaran nanti. Terbayang di pelupuk mata setahun yang lalu masih saja beliau menggunakan baju yang sudah lama. Tampak memudar dan gambar motifnyapun sudah hampir hilang. Setiap kali ada yang bertanya ia hanya menjawab seadanya.

“Pak dipakai dong baju barunya.” Celoteh bu suri tetangga kami di kampong.

“Ini masih nyaman bu,” hanya itu jawaban bapak. Seolah tak pernah terganggu dengan candaan yang dilontarkan untuknya.

Baginya sudah bisa melihat anak-anak berkumpul di setiap lebaran sudah menjadi kebahagiaan yang tidak terkira.

Aku memang hanya seorang ibu rumah tangga, sibuk mengurusi seorang anak dan kegiatan rumah seharian. Membuat suami nyaman dan menjaga agar anak sehat serta rumah bersih adalah tanggungjawabku. Dulu sebelum menikah ayah sempat menanyakan kepada Bang Agil suamiku.

“Nia tidak bekerja, ia baru menyelesaikan kuliah D2nya apa tak masalah?”

Itulah kalimat yang sempat aku dengar dari balik pintu, saat mas Agil datang melamarku. Akhirnya saat usia 22 tahun aku menikah dengannya. Banyak yang mengucapkan selamat, bahkan teman-teman juga berkata bahwa aku akan bahagia dengan lelaki yang sudah bekerja sebagai seorang polisi. Dengan tunjangan yang besar aku tidak akan mengalami kehidupan yang susah. Dalam hati sungguh terasa bahagia sekali. Apalagi ia juga anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang berpendidikan dengan seorang ibu kepala sekolah dan bapaknya manager di sebuah perusahaan BUMN.

Kami memulai kehidupan kecil di sebuah kota yang ada di pulau sumatera. Ia mengontrakkan sebuah pavilion untuk kami berdua. Seperti layaknya pasangan pengantin baru lainnya, berapa kali terjadi pertengkaran kecil antara kami berdua. Mungkin karena usia dan tak memiliki ilmu yang cukup acap kali keegoisan mewarnai perbedaan itu. akan tetapi selalu saja aku yang harus mengalah dan memulai untuk berdamai dengannya. Ia selalu berharap agar aku bekerja agar kehidupan lebih baik ucapnya. Meski dalam kondisi hamil aku terus berusaha untuk mengajukan lamaran dan ikut tes, akan tetapi belum membuahkan hasil. Mungkin aku mesti melakirkan dulu fikirku.

Ia menyayangiku akan tetapi sepertinya tidak untuk orangtuaku. Tahun kemaren saat ia membelikan mukenah buat ibunya dan sarung serta peci bagi ayahnya aku hanya terdiam. Ingin rasanya meminta untuk bapak dan ibu juga akan tetapi ada rasa canggung. Namun tahun ini di saat ia membelikan baju koko untuk ayahnya akupun mencoba memberanikan diri untuk meminta baju yang sama bagi ayah. Hanya saja justru jawaban yang amat menyakitkan yang kudapat. Sejak saat itu aku selalu mencoba menyisihkan uang belanja untuk di tabung. Dengan harapan saat lebaran nanti akan cukup untuk sekedar membelikan selembar baju koko untuk ayah dan mukenah baru bagi ibuku.

Aku selalu berusaha untuk pintar menghemat uang. Setiap kali kepasar anak kami sering meminta mainan walau tak mahal tetapi aku selalu berusaha memberikan pengertian dan nasehat agar ia tak bersikeras membelinya. Berbeda dengan suamiku apapun yang di inginkan anak kami ia akan selalu berusaha untuk memenuhinya. Mainan di rumah sudah banyak terkadang aku sendiri sedih saat melihat tumpukannya.

“Bang jangan di belikan terus.”aku sering memberikan nasehat seperti itu.

“Biarkan saja, toh ini duit ku, buat anak sendiri.”dengan ketus ia akan menjawabnya.

Suamiku mengapa engkau bersikap seperti ini saat berkenaan dengan uang. Entah karena aku sensitive atau justru perkataannya yang memang menyakitkan. Aku benar-benar ingin mendapatkan pekerjaan, gaji yang baik untuk sekedar membuat aku mampu membeli apa yang kuinginkan terutama buat ibu dan bapak. Setiap ingat wajah ibu dan bapak aku selalu terfikir untuk mendapatkan pekerjaan agar mereka senang dan lebih bahagian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post