Yanda Yono

menjadi guru adalah anugerah terindah dalam hidupku....

Selengkapnya
Navigasi Web
Anak SD Tinggal Kelas ? itu jaman dulu...

Anak SD Tinggal Kelas ? itu jaman dulu...

Rasanya kok aneh ya kalau anak SD tinggal kelas, apalagi sampai putus sekolah. Wong pelajaran anak SD itu gampang kok. Apalagi pemerintah sudah mencanangkan kurikulum 2013 yang sangat humanis dan nyaman bagi anak-anak di sekolah. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik itu sangat kreatif dan menyenangkan bagi anak-anak di sekolah. Mereka dinilai tidak hanya kemampuan kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotor juga. Jadi dengan alasan apa anak SD tinggal kelas ?

Tahun lalu ada kebijakan dari Kemetrian Pendidikan yang menyatakan bahwa siswa tidak boleh tinggal kelas. Hal ini membuat para guru “akademik” kebakaran jenggot. Mereka pasti akan menanyakan bagaimana mungkin anak yang belum bisa membaca bisa naik kelas ? bagaimana mungkin anak yang KKM nya tidak tercapai bisa naik kelas ? dan banyak sekali pertanyaan mereka yang merasa kebijakan ini tidak pas untuk diterapkan.

Padahal dalam kurikulum 2013 sangat jelas bagaimana nilai anak diambil. Nilai diambil tidak semata nilai kognitif, tapi juga nilai afektif dan psikomotorik. Anak sudah bangun pagi untuk berangkat sekolah saja harusnya sudah ada nilainya, apalagi sampai dia mau belajar dan mengerjakan tugas gurunya. Yang perlu diingat adalah bahwa anak seusia sekolah dasar itu otak yang berkembang adalah longterm memori. Pada masa ini anak akan mengingat dengan jelas apa yang terjadi ketika ia duduk di bangku Sekolah Dasar, sehingga ketika ia tidak naik kelas itu akan terngiang selamanya. Bahkan sampai dewasa sekalipun si anak akan terbebani psikologisnya dengan kejadian itu.

Pemerintah sudah memberikan solusi terbaik agar anak sekolah tidak tinggal kelas dengan kurikulum 2013nya. Namun penerapanya yang masih belum dilaksanakan sungguh-sungguh oleh sekolah dan guru-gurunya. Untuk itu perlu adanya sinergi antara sekolah, guru, dan kelasnya. Maka diperlukan adanya pemahaman yang sama tentang Sekolah yang Humanis bagi anak, Guru yang Humanis bagi anak, dan Kelas yang Humanis bagi anak sebagai strategi mengatasi anak tinggal kelas.

Sekolah Humanis

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu, skhole, scola, scolae, atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang. Dimana kala itu sekolah merupakan kegiatan di waktu luang atau senggang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka yaitu bermain dan menghabiskan masa kanak-kanak mereka. Para orang tua jaman dahulu menitipkan anak-anak mereka pada orang yang ahli dan mengerti tentang psikologi anak. Sehingga mereka bisa belajar dari orang ahli tersebut tentang berhitung, membaca, dan mengenal budi pekerti yang luhur.

Seiring berjalannya waktu sekolah telah berubah arti menjadi suatu bangunan atau lembaga untuk belajar mengajar serta tempat untuk menerima dan memberi ilmu. Kemajuan teknologi telah merubah arti sekolah menjadi lebih maju. Ukuran dan jenis sekolah bervariasi sesuai sumberdaya dan tujuan penyelenggara Pendidikan.

Dengan maraknya dunia Pendidikan dengan banyaknya dibangun sekolah-sekolah dengan berbagai model dan fasilitas tentunya membuat banyak orangtua menjadi bingung untuk menyekolahkan anak mereka. Semua sekolah pasti tujuannya baik yaitu membentuk manusia yang cerdas yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Namun tak jarang para penyelenggara Pendidikan melupakan tujuan utama didirikan sebuah sekolah. Banyak penyelenggara Pendidikan lebih mengutamakan bisnis ketimbang membangun generasi anak bangsa. Sehingga dapat kita temui sekolah-sekolah yang asal-asalan dalam mendidik murid-muridnya.

Lantas bagaimana orang tua memilihkan sekolah yang baik buat anaknya ?

Memilih sekolah sebenarnya mudah saja. Karena saya yakin semua sekolah tujuannya pasti baik. Cukup dua syarat saja untuk memilih sekolah yang baik buat anak kita;

Yang pertama, cari toiletnya. Jika kita mencari toiletnya cukup dengan hidung, dalam artian toiletnya tercium dari jarak sekian-sekian, maka jangan pernah sekolahkan anak anda di sekolah tersebut. Karena sekolah tersebut pasti jorok. Sekolah yang jorok tak akan membuat anak pintar dan kreatif. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “kebersihan sebagian dari iman”. Apa mau anak kita di didik oleh orang-orang yang tak beriman ?

Maka carilah sekolah yang bersih, sekolah yang sehat. Sekolah yang sehat akan membuat kualitas belajar siswanya meningkat. Dan sekolah yang sehat akan membuat anak merasa nyaman berada di sekolah sehingga lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajarannya.

Yang kedua, datangi Kepala Sekolahnya dan tanyakan berapa kali dalam setahun gurunya mendapatkan pelatihan. Jika jawabannya tidak pernah mengikuti pelatihan dalam setahun, jangan pernah sekolahkan anak anda di sekolah tersebut. Karena guru-gurunya tidak di update ilmunya. Sementara diluar sana ilmu sangat berkembang pesat.

Cari sekolah yang sering mengirimkan guru-gurunya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan Pendidikan. Sebab ilmu itu terus berkembang, jika para guru tidak mau belajar maka akan tertinggal jauh kualitas murid-muridnya.

Yang ketiga, tanyakan pada panitia penerimaan murid baru bagimana cara pembagian kelasnya. Jika pembagian kelas berdasarkan kecerdasan, peringkat, ataupun nomor urut abjad, jangan sekolahkan anak kita di sekolah tersebut. Pembagian kelas yang benar adalah pembagian berdasarkan gaya belajar. Anak dikumpulkan berdasarkan gaya belajarnya. Kemudian guru mengajar menyesuaikan gaya mereka.

Begitu cara memilih sekolah yang cocok untuk anak-anak kita. Yang pada intinya, sekolah yang bagus adalah sekolah yang bisa mengerti bakat minat peserta didiknya dan mengembangkanya sesuai dengan kemampuan si anak didik. Sekolah bukan hanya untuk merubah anak bodoh menjadi pintar saja, tapi sekolah adalah wadah untuk mengexplore bakat minat anak-anak sesuai bidangnya masing-masing. Dan anak merasa nyaman dengan ilmu yang ia pelajari tanpa adanya pemaksaan.

Guru Humanis

Guru, kata pepatah jawa digugu lan ditiru. Segala ucapanya akan di amini sang murid dan akan langsung dilaksanakan. Ucapan-ucapanya sangat sakral dan sangat ampuh bagi murid-murid yang nggak nurut dengan orang tuanya. Sebab, tak jarang orang tua murid menggunakan nama guru anaknya hanya untuk menakut-nakuti agar si anak nurut dengar orang tuaya.

Guru, sebuah nama yang terukir indah disanubari kala apa yang kita cita-citakan tercapai. Apapun profesi anda, apapun cita-cita anda, semua tidak pernah terlepas dari peran Guru. Guru adalah simbol ilmu dan pembagi ilmu.

Guru, melihatnya seperti melihat masa depan generasi bangsa. Mengingat kembali sesosok Kaisar Hirohito ketika Jepang terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom Amerika. Bukan menanyakan berapa banyak tantara yang masih ada, berapa banyak senjata yang masih ada, namun berapa jumlah guru yang masih tersisa. Kaisar Hirohito sangat paham peran guru dalam kemajuan sebuah bangsa.

Lantas gambaran guru seperti apakah yang berperan dalam kemajuan bangsa ?

Saat ini banyak sekali orang berprofesi sebagai guru. Bahkan dengan kebijakan pemerintah yang mensejahterakan guru saat ini banyak anak-anak lulus sekolah menengah atas yang berbondong-bondong ingin menjadi guru. Karena profesi ini saat ini sangat menjanjikan. Tak jarang, kita temukan beberapa oknum guru yang menyalah gunakan perannya untuk kepentingan pribadi.

Bukan ingin mendiskreditkan seseorang, cerita seorang kawan yang bekerja sebagai guru honorer di sebuah sekolah. Banyak sekali guru-guru yang disibukkan masalah insentif, tunjangan guru, pangkat, dan sertifikasi. Bukannya itu semua tidak penting, tapi tugas utama seorang guru adalah mendidik, bukan meninggalkan tugas ke anak murid.

Banyak murid-murid terbengkalai dengan masalah ini. Mereka asal-asalan dalam mengajar, yang penting kehadiran (absen), setiap hari. Banyak oknum guru yang melakukan pekerjaan karena ada imbalan yang berhubungan dengan karirnya. Jika tidak berhubungan dengan karirnya mereka ogah-ogahan. Pernah suatu ketika saya mendampingi salah satu murid saya mengikuti lompa olimpiade saint, disana saya bertemu dengan seorang guru juga yang mendampingi muridnya. Sungguh tak di sangka kata-kata yang keluar dari guru tersebut. Beliau mengatakan mengikuti lomba hanya untuk syarat saja. Yang penting sekolahnya sudah ada yang mewakili tanpa persiapan apapun. Sungguh memprihatinkan.

Sungguh sangat disayangkan jika profesi yang mulia ini hanya sebagai profesi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Profesi guru sungguh sangat mulia, Alloh sangat menjamin kehidupan seorang guru. Jika kita sungguh-sungguh dalam mendidik murid-murid kita, insya Alloh kebutuhan kita akan dipenuhi dengan sendirinya oleh Alloh.

Hal inilah yang membuat saya bertahan sebagai guru. Pernah diragukan sebagai guru karena peralihan profesi saya yang tidak bisa diukur dengan ilmu matematika, saya membuktikan bahwa guru adalah hidup saya. Rezeki saya akan tetap mengalir melalui jalan manapun. Walaupun secara slip gaji sangat jauh bedanya dengan profesi saya sebelumnya. Tapi rezeki Alloh tidak bisa di ukur dari slip gaji. Alloh lah yang memenuhi kebutuhan saya. Saya hanya menjalankan profesi saya dengan ikhlas, maka Alloh akan memenuhi kebutuhan saya.

Berdasar dari keikhlasan hati dalam mendidik murid inilah yang akan meringankan langkah kita dalam mendidik mereka. Dari ikhlas akan muncul rasa kasih sayang dan rasa memiliki anak-anak di kelas. Sikap inilah yang akan dirasakan oleh murid-murid di kelas. Karena saya yakin murid-murid sangat merasakan keikhlasan gurunya. Jika sudah tumbuh rasa sayang yang ikhlas dari murid-murid, insya Alloh akan dengan mudah kita membimbing mereka. Sebab kehadiran kita sangat berarti bagi mereka.

Murid-murid akan selalu merindukan kita ketika berangkat sekolah, ketika belajar, bahkan ketika pulang sekolahpun nama kita akan selalu disebut-sebut di depan orang tua mereka. Inilah yang harus dirasakan oleh seorang guru, rasa kasih sayang yang tulus dan rasa memiliki, sebab guru adalah orangtua kedua mereka.

Bagaimana kita dapat merasakan kehadiran mereka ?

Terkadang sesekali perlu kita uji kasih sayang anak-anak. Seperti yang pernah saya alami. Ketika saya mendapatkan kesempatan mengikuti sebuah pelatihan di Jawa. Saya sengaja tidak pamit dengan mereka, Karena saya ingin melihat reaksi mereka. Dan ternyata, subhanalloh… anak-anak sangat kehilangan saya, lewat orang tuanya mereka menyampaikan rindunya.

Bahkan ada seorang murid hebat saya, menggambar sebuah gambar papan tulis yang di depannya ada seorang guru sedang mengajar. Lalu dibawah gambar tersebut tertulis dengan nada sedih “Pak Guruku tidak ada lagi”. Saat itu saya tak bisa berkata apa-apa selain air mata kerinduan saya yang menetes. Padahal mereka belum genap sebulan di kelas saya.

Kelas Humanis

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi dengan kondisi kenyamanan siswa ketika berada di dalam kelas. Kelas ibarat kamar tidur kedua mereka. Jadi harus di design sedemikian rupa supaya penghuninya merasa nyaman berada di dalamnya. Kamar yang nyaman akan menumbuhkan inspirasi-inspirasi hebat melalui experiment-experiment yang menyenangkan.

Pemegang kontrol penting di dalam kelas adalah wali kelas/guru kelas. Ibaratnya seorang ibu rumah tangga yang mendisign kamar-kamar anaknya agar terasa nyaman bagi penghuninya. Seorang ibu rumah tangga tentu mengetahui apa-apa yang dibutuhkan di dalam kamar anaknya. Pun demikan dengan seorang guru, dia harus tahu betul selera dan kemauan anak-anaknya agar mereka merasa nyaman ketika barada di dalam kelas. Sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai, yaitu kelas yang kondusif dengan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan.

Untuk mendapatkan kelas nyaman, kondusif dengan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan perlu dilakukan pengelolaan kelas dari awal sebelum pembelajaran melalui beberapa pendekatan, yaitu ;

1. Pendekatan individual

Pendekatan individual dilakukan guru untuk mengetahui psikologis kejiwaan dan tumbuh kembang siswa. Hal ini dilakukan agar guru dapat membantu siswa belajar sesuai dengan psikologis tumbuh kembangnya. Karena setiap anak memiliki psikologis yang berbeda-beda. Di sisi lain hal ini akan sangat membantu guru ketika sang murid ada masalah.

2. Pendekatan sosial

Di dalam satu kelas yang berjumlah banyak akan memiliki berbagai macam perangai anak-anak. Sesuai dengan latar belakang lingkungan mereka. Gaya belajar mereka yang berbeda-beda sesuai dengan kecerdasan yang mereka bawa dari lahir. Untuk ini perlu diadakan pengelompokan kelas sesuai dengan gaya belajar siswa. Sebab tidak bisa digabungkan gaya belajarnya anak yang suka matematika dengan anak yang suka bahasa, atau anak yang suka bahasa dengan anak yang interpersonal.

Beruntung para pakar Pendidikan sudah mengelompokkan delapan kecerdasan, yaitu Kinestetik, Linguistik, Visual, Interpersonal, Intrapersonal, Matlog, Musikal, dan Naturalis. Jadi langkah yang dilakukan oleh guru adalah melakukan test MIR (Multiple Intelegence Research). Dengan MIR ini akan di kelompokkan kelas sesuai dengan kecerdasan anak masing-masing. Sebab, kecerdasan itu mempengaruhi gaya belajar siswa. Jika di dalam kelas sudah sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing insya Alloh kelas akan kondusif dan tidak ada merasa ada yang tersakiti oleh temannya. Dan bagi guru akan dengan mudah mentransfer ilmu nya, Karena sudah mengetahui gaya belajar muridnya.

3. Pendekatan karakter

Karakter menjadi prioritas dalam suatu Pendidikan. Apalagi jika mengajar di kelas bawah. Karakter dibentuk dengan proses yang panjang, tidak instan. Dibutuhkan kerja keras dan kesabaran dalam menanamkan karakter ke anak didik. Pembiasaan-pembiasaan yang baik setiap hari akan membekas dalam pribadi peserta didik, walaupun awalnya sangat terpaksa.

Suatu contoh ketika saya menanamkan pembiasaan sholat dhuha setiap pagi, lambat laun anak-anak mulai terbiasa dan tidak mau meninggalkannya meskipun sedang tidak sekolah.

4. Pendekatan akademik

Pendekatan Akademik dilakukan melalui strategi-strategi pengajaran yang menarik. Berkaitan degan hasil MIR guru bisa membuat strategi mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa.

5. Pendekatan tata tertib baku

Tata tertib dibuat bersama dengan peserta didik. Siswa diajak berdiskusi tentang peraturan-peraturan kelas. Membuat kesepakatan-kesepakan Bersama yang disetujui oleh seluruh siswa di kelas. Peraturan difahamkan ke murid-murid sesuai dengan bahasa mereka, kemudian dbuat kesepakatan-kesepakatan.

6. Pendekatan nilai seni

Seni adalah penyemangat hidup. Tanpa seni hidup seseorang terasa hampa. Pun juga di dalam kelas perlu dilakukan penataan ruang kelas, dekorasi kelas, madding, dan pernak-pernik kelas yang membuat anak-anak betah dan nyaman tinggal dikelas bahkan bisa ogah pulang ke rumah ketika sudah di jemput.

Demikian pendekatan-pendekatan atau strategi agar kelas menjadi hidup, penghuninya menjadi betah dan nyaman selama berada di kelas. Sehingga akan menghasilkan anak-anak yang cerdas berkarakter dan agamis.

Jika ketiga hal tersebut terpenuhi secara holistik, insya Alloh tidak akan ada anak yang tinggal kelas, dan guru tetap nyaman untuk mengajar dan memberikan nilai yang akurat kepada anak-anaknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada pak yg tinggal kelas. Saya punya satu. Bukan karena nilai, tapi karena saya guru kelas 4ketiban sampur seperti kata orang Jawa. Anak nya Tdk bisa membaca sama sekali. Tapi sekarang sedikit demi sedikit sudah bisa baca. Saya tetap heran dengan teman kelas bahwa kok tdk didriil membaca. Terlambat, tapi saya tdk putus asa.

18 Oct
Balas



search

New Post