Yandra Susanto, S.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Sayang Anakku
Ayahku Pahlawanku

Aku Sayang Anakku

Aku memasukkan barang terakhir yang sudah disiapkan istriku kedalam keranjang. Keranjang itu jadi menggembung karena isinya yang sarat. Didalamnya sudah lengkap bekalku untuk satu Minggu kedepan. Aku cek lagi list catatan kebutuhan perjalanan yang diberikan istriku sebelum mengikat keranjang itu baik-baik.

Tulisan itu sangat rapi. Ku baca pelan-pelan sambil melihat kedalam keranjang. "Beras tiga setengah kilo, satu kilo gula, satu renteng kopi sevel, satu kaleng ikan sarden..."

"Gimana, Abi? Lengkap?" Istriku datang sambil menenteng satu bingkisan kecil. Aku masih sibuk mengecek list satu persatu.

"Lengkap kayaknya, dek!" Ucapku sambil mengerutkan alis.

Dia tersenyum. "Ini yang super penting belum ada dalam list. Apanya yang lengkap?"

Aku mengambil bingkisan itu dan langsung tahu apa isinya. Aku menepuk dahi sambil istighfar. Ada rasa bersalah jauh dalam hati ketika tanpa sadar aku melupakan hal paling penting itu. Aku langsung memasukkan kedalam tas kecil yang sudah terselempang nyaman di dadaku.

"Bagaimanapun, Abi! Ini pertama kali Abi melakukannya. Kami tak peduli apapun selain Abi kembali dengan selamat. Katanya perjalanan ini sangat jauh dan lama, bisakah kita batalkan saja?" Istriku mencoba melerai kepergian ku untuk kesekian kalinya.

Aku tersenyum dan memeluknya. Ini memang kali pertama aku mengikuti pemuda kampung untuk ikut pergi ke hutan mencari nafkah dengan menambang emas. Konon untuk sampai dilokasi tambang butuh perjalanan sehari penuh tanpa henti. Selain itu medannya sangat sulit. Bagi pemula bisa saja menghabiskan waktu dua hari baru sampai ketujuan.

Tapi bagaimana lagi? Libur sekolah hanya dua Minggu. Tiga hari pertama sudah dihabiskan utk lokakarya menyambut semester genap. Sisa dua belas hari aku ingin mendapatkan penghasilan lebih utk menutupi biaya sekolah si Kakak yang masih tertunggak.

Sebagai guru honorer, aku harus mencari usaha tambahan untuk membiayai keluarga empat orang ini. Biasanya Sabtu Minggu aku habiskan untuk keladang bertanam dan memelihara sayur. Beruntung sekolah menerapkan full day school, sehingga Sabtu Minggu bisa menambah penghasilan.

Nah, libur semester seperti ini adalah kesempatan aku untuk mendapatkan lebih. Kebetulan, para pemuda menawarkan padaku untuk ikut mengadu nasib pergi menambang emas. Kalau nasib baik, seminggu malah bisa menghasilkan jutaan sampai belasan juta. Tapi ya itu, tantangannya sangat berat.

"Kita berhenti dulu!" Teriakku tersengal. Ini sudah dua jam perjalanan sejak aku memeluk istri dan anak-anakku untuk pamit.

Teman-teman seperjuanganku itu tertawa. "Ini baru jam delapan, Buya! Kita berhenti jam dua belas nanti. Sekalian makan dan istirahat"

Astaghfirullah. Seberat inikah perjuangannya? Aku menggertakkan rahang. Memompa semangat. Membayangkan senyum bahagia si kakak ketika dapat sepatu baru pengganti sepatu lamanya yang sobek. Membayangkan reaksi kegembiraan sibungsu kami yang dapat mainan ekskavator yang sudah lama dimintanya.

Belantara hanya memperdengarkan suara kicau aneka burung dan sahutan suara siamang yang berlompatan dari pohon kepohon. Sesekali kami bertemu kawanan kera yang sangat banyak. Dua jam kemudian tiga orang pemuda didepanku berhenti dan menatapku iba. Lalu memilih tempat duduk untuk beristirahat.

"Ya, sudah. Kita berhenti dulu. Kawan kita sudah hampir menyerah!" Kata Edi sambil tersenyum. Walaupun begitu tetap saja wajahnya menampilkan keengganan. Dia sahabatku sejak dulu.

"Siapa yang kau bilang menyerah? Aku masih sanggup!" Walaupun berkata begitu, tapi aku lah yang memilih tempat duduk lebih dulu. Enak saja dibilang menyerah. Aku belum melihat sepatu baru sikakak dan ekskavator besar mainan si Adik.

Aku mengeluarkan botol berisi kopi yang di masukkan istriku kedalam keranjang. Sejalur hawa sejuk menembus kerongkonganku sampai ke perut. Rasanya inilah kopi ternikmat yang pernah aku minum. Edi merampas botolku dan meneguk isinya tanpa ijinku, tapi dia sudah tertawa duluan sebelum aku marah.

Bersambung.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post