Dr. Hj. Yanti Dasrita, M.Si

Kepala SMAN 2 Tambang Kab. Kampar Prov. Riau; Penilai AK Jabfung Guru Provinsi Riau; Pengurus MKKS Kampar; AKSI; Pegiat Literasi Kampar; Pengurus Ikatan Pendidi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Metamorfosis Sang Penulis bersama Menteri Generasi Milenial Menuju Pendidikan Abad ke-21

Metamorfosis Sang Penulis bersama Menteri Generasi Milenial Menuju Pendidikan Abad ke-21

Sebagai suatu budaya, literasi bermula dari kemampuan yang terdapat pada setiap individu dalam sebuah komunitas, seperti seorang siswa dalam suatu sekolah. Siswa yang literat akan memiliki kesenangan atau kegemaran terhadap aktivitas baca-tulis, sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangan melalui pembiasaan, perkembangannya ataupun pembelajarannya. Kemampuan tersebut akan menjadi kebiasaan yang membentuk suatu pola kemampuan literasi antara satu siswa dan siswa lain, sehingga bukan lagi sekadar kemampuan tunggal, melainkan kemampuan masyarakat, komunitas, atau warga sekolah. Oleh karena itu, budaya literasi adalah sesuatu yang lebih luas dan yang lebih penting daripada sekadar keterampilan teknis membaca dan menulis yang bersifat individualistis.

Namun, secara umum, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa literasi belum menjadi budaya dalam kehidupan di sekolah. Mengapa? Salah satu penyebab adalah belum ada panduan literasi sekolah yang aplikatif, yang dapat menjadi acuan dalam implementasi literasi di sekolah.

Bertepatan dengan diterapkankannya Kurikulum 2013, bersamaan pula dengan muncul dan penggalakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS guna menumbuhkan budi pekerti siswa melalui konsep literasi akan memiliki manfaat yang baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik, seperti buku dan media akses informasi berupa komputer dan koneksi internet di setiap sekolah. Tahap pelaksanaan GLS ini sendiri dicanangkan pemerintah dengan melaksanakan gerakan penumbuhan minat baca dengan membaca 15-30 menit sebelum jam pembelajaran.

Dalam pandangan penulis, buku menjadi keperluan dasar untuk meliterasi siswa. Kurangnya jumlah buku bacaan di sekolah merupakan suatu hal yang harus dicarikan solusi. Membaca dan menelaah beberapa fenoma di atas. Penulis beranggapan sejogjanya seorang guru menangkap peluang besar ini. Seorang guru memiliki kesempatan begitu banyak untuk mengembangkan gagasannya. Menulis dan profesi guru adalah dua hal yang harusnya sejalan dan mampu saling mendukung.

Waktu berjalan. Penulis berkesempatan mengikuti pelatihan menulis buku yang ditaja oleh Media Guru. Pada pelatihan ini, penulis dan peserta lainnya digiring untuk menulis buku yang "gampang". Meskipun tertatih, penulis dapat menyelesaikan sebuah buku dengan batas tantangan waktu yang diberikan. Ada kepuasan yang tak bisa diungkapkan ketika buku sudah terbit. Bahkan sudah terdaftar di Perpustakaan Nasional karena lengkap dengan nomor ISBN.

Tidak puas dengan buku sendiri. Penulispun melanjutkan bermimpi. "Seandainya saya bisa mengajak rekan-rekan guru juga untuk menulis, tentu banyak hal juga yang bisa mereka berikan kepada orang lain. Tentu dengan berbagi sedikit pengetahuan akan menjadikan hidup lebih bermanfaat buat orang banyak."

Walau sebagai penulis pemula, penulis baru bisa memajang buku di rumah sendiri, belum di rak-rak toko buku. Namun penulis berfilsup sebagaimana fenomenologi metamorfose kehidupan kita sendiri dan kupu-kupu. Perubahan pada kita dimulai dari merangkak, berdiri sendiri, berjalan langkah demi langkah. Dengan tertatih setelah penulis bisa berdiri dan berjalan, penulis ingin menggandeng teman-teman lain supaya bisa dan ikut berjalan berdampingan dan sejajar atau bahkan mereka mampu berlari meninggalkan penulis.

Membaca fenomenologi metamorfosis kupu-kupupun juga begitu. Pikiran penulis menemukan cakrawala baru tentang proses luar-biasanya. Berproses dari ulat menjadi kepompong dan kepompong menjadi kupu-kupu. Begitu juga dengan menulis. Pada awalnya, menulis adalah pekerjaan yang sangat menakutkan dan menjijikkan bagi kita. Banyak kita merasa tidak nyaman jika mendengar kata menulis. Dalam hal ini, Allah yang Maha Penyanyang, mencurahkan hak penuh pada penulis untuk mencari jalan keluar menuju “kesuksusesan menulis” dan bisa bergaul/ berinteraksi dengan yang lain. Seekor ulat berani berspekulasi ‘berpuasa’ untuk berubah total wujud demi cita-citanya yang tidak mungkin terwujud. Tetapi dengan keyakinan, keteguhan, optimis pada dirinya ulat melakukan kontemplasi untuk sukses dalam revolusinya, dan ternyata berhasil menjadi bentuk yang indah, kupu-kupu.

Sinergi dengan filosofis proses yang penulis alami, bahwa dalam rangka mengajak dan menggandeng rekan-rekan guru, penulis harus mampu menulis, menghasilkan karya dan mengajak rekan-rekan guru sehingga menghasilkan karya yang luar biasa. Penulis harus berani merevolusi diri seperti halnya kupu-kupu. Kita lebih sempurna dari pada kupu-kupu. Kita dibekali hati dan akal untuk berfikir bagaimana merubah diri dan menggunakan fikiran untuk belajar membaca kesuksesan orang lain. Menggunakan fikiran untuk membaca proses, bagaimana proses panjang dari seorang yang tidak bisa menulis sehingga mampu menghasilkan karya yang indah dan mampu terbang dan memesona dengan memberikan energi positif kepada rekan-rekan guru lainnya. Dengan akal fikiran pasti kita mampu mencerna, mencermati perubahan signifikan dalam diri kita, sehingga bisa menerapkan nilai-nilai tersembunyi pada diri kita.

Dengan berbekal beberapa kali ikut pelatihan dengan Media Guru, penulis dan beberapa rekan yang telah berhasil menulis buku, berbagi dengan teman-teman guru lainnya. Apakah mimpi ini terlalu tinggi? Tidak. Hidup harus punya mimpi dan keinginan. Penulis telah membuat daftar mimpi tersebut, berusaha dan berdoa agar Allah SWT melancarkan jalan untuk mewujudkan mimpi.

Alhamdulilah, kegiatan pelatihan menulis buat gurupun sukses dilaksanakan. Penulis mengapresiasi bebarapa rekan penulis yang sangat produktif. Rasa bangga dan bahagia sekali bisa berkenalan dan bekerjasama dengan penulis.

Tidak puas dengan itu, Penulispun melaksanakan pelatihan menulis bagi siswa di sekolah penulis. Alhamdulillah, hampir empat puluh persen dari peserta dapat menghasilkan tulisan dan sudah masuk proses editing. Namun sayang, terkendala oleh biaya.

Pada kesempatan ini, penulis menggantungkan harapan yang tinggi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Sekiranya memasukkan pembiayaan mulai dari pracetak sampai dengan pencetakan buku pada dana BOS, baik buku yang dihasilkan oleh guru ataupun siswa.

Walau masih banyak mimpi yang belum terealisasi, namun Penulis yakin dengan rahasia Allah dan skenario-Nya, akan lebih indah dari yang Penulis bayangkan. Penulis akan terus bermetamorfose demi menyongsong pendidikan abad ke-21 bersama menteri dari generasi milenial.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post