Kuluk kuluk kuluk

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Baris Ketiga
https://blog.ebaba.co.id/cara-mengajarkan-anak-sholat-sejak-dini/

Baris Ketiga

Tiba-tiba saja saya ingin menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan baris ketiga.

Sebagian besar masyarakat mengengah Indonesia, memiliki mobil dengan tiga baris tempat duduk. Masyarakat kelas atas Indonesia juga ternyata menyukai mobil dengan tempat duduk tiga baris. Asalan logisnya adalah karena masyarakat Indonesia sangat menyukai bepergian beramai-ramai. Ah, sebenarnya tidak juga. Bagi kelas menengah dan bawah,, memiliki, menumpang, atau menyewa kendaraan dengan tempat duduk tiga baris berarti penghematan biaya. Sewa kendaraan yang semestinya ditanggung oleh tiga orang seperti pada mobil sedang, bisa ditanggung oleh enam bahkan tujuh orang. Dengan biaya operasional yang sama, tentu kendaraan dengan tempat duduk tiga baris menjadi pilihan murah dan meriah.

Jadi bahwa masyarakat Indonesia menyukai kehidupan bersama-sama itu tidak sepenuhnya benar. Yang lebih tepat adalah saling membantu agar dapat meringankan beban. Peribahasanya bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Eh, yang lebih tepat tentu ringann sama dijinjing, berat sama dipikul.

Ada apa sih dengan baris ketiga?

Saat sekolah, kuliah, atau diklat-diklat pada umumnya orang Indonesia menyukai tempat duduk di baris kegita. Dengan duduk di baris ketiga, narasumber atau bahan tayangan masih bisa dilihat dengan jelas. Apabila ingin bertanya juga mudah dilihat oleh pembicara. Alasan lain barangkali, karena duduk di baris pertama dan kedua, sangat mungkin menjadi korban hujan lokal karena pembicara berbicara dengan bersemangat sehingga air liuarnya berhamburan. Kan jijay.

Ada fenomena baris ketiga yang terasa agak aneh. Sebagai seorang muslim, saya berusaha untuk selalu sholat berjamaah di masjid atau di mushola. Kebetulan pula semanjak ikut orang tua, saya lebih banyak bertempat tinggal di rumah yang tidak jauh dari masjid atau mushola. Nah, yang menurut saya aneh, jamaah sholat pun lebih memilih duduk di baris ketiga. Ini bisa terjadi meski pada saat sholat nantinya akan berada di baris pertama atau baris ketiga. Biarlah saya tetap menggunakan kata baris ketimbang kata shaf supaya tampak konsisten dengan judul tulisan ini.

Saya yang jelas tidak tahu apa alasan para jamaah ini duduk di baris ketiga. Saya tidak pernah bertanya alasan para jamaah yang duduk di baris ketiga itu. Hanya saja, saya pernah bertanya pada seorang guru agama, apa ada dalil atau hadis yang menyatakan keutamaan sholat di baris ketiga. Guru agama itu mengatakan tidak ada dalil atau hadis yang menyatakan keutamaan sholat di baris ketiga.

Mengapa sih saya ngurusi orang sholat di baris ketiga? Nah, di sini permasalahannya. Saat orang sholat di baris ketiga, biasanya saat sholat tahiyatul masjid atau sholat sunah rowatib, maka para jamaah akan berturut-turut mengisi baris ketiga hingga relatif penuh. Akibatnya, jamaah sholat yang datang kemudian akan sholat di baris kelima karena terasa tidak enak jika sholat sunat di belakang jamaah di depannya. Apalagi pengaturan shaf di Indonesia umumnya berdasarkan panjangnya sajadah. Padahal lebar shaf yang sepanjang sajadah itu menyulitkan seluruh jamaah dewasa.

Jamaah dewasa biasanya akan kesulitan melakukan sujud atau bangun dari sujud jika lebar shaf hanya sukuran panjang sajadah. Biasanya saat sujud atau bangun dari sujud kepala akan menyentuh pantat atau punggung jamaah di depannya sehingga tutup kepala bisa jatuh dan mengganggu konsentrassi atau kekhusukan sholat.

Bagi jamaah dewasa, sebaiknya lebar shaf adalah selebar lintasan lomba lari atau lintasan renang, yaitu selebar 120 cm. Lebar 120 cm itu mewakili kebutuhan sebagian besar manusia normal termasuk dari bangsa-bangsa lain yang memiliki tubuh tinggi. Yang terasa aneh, tidak banyak masjid yang mengakomodasi kebutuhan jamaah yang bertubuh tinggi.

Jadi, apa alasan para jamaah itu memilih sholat dan duduk di baris ketiga? Masalahnya jika masjidatau musholanyanya tidak terlalu besar, maka jamaah yang datang belakangan akan merasa tidak nyaman jika harus melangkahi mereka yang sudah berada di baris ketiga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan ini begitu ngaplok. Keren nih

04 Sep
Balas

Ngaplok itu apa ya mas Eko?

05 Sep

Jos gandos pak

04 Sep
Balas

Wah, mantap semua bisa jadi tulisan, aku pingin belajar juga ah. Terima kasih Mas.

19 May
Balas



search

New Post