Kuluk kuluk kuluk

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Selembar Kertas Bernama Sertifikat
Sumber: googling

Selembar Kertas Bernama Sertifikat

Sudah tak terhitung berapa kali saya mengikuti pelatihan selama menjadi guru. Saya menjadi guru sejak tahun 1995. Diawali menjadi guru honorer di sebuah sekolah di Semarang tempat saya kuliah.

Selanjutnya saya mencoba peruntungan di ibu kota. Awalnya saya bekerja di sebuah perusahaan dengan tugas menginput alamat berbagai perusahaan penerbitan. Bekerja malam di sebuah gedung di lantai 21. Namun pekerjaan ini tidak lama saya geluti.

Saat ada kesempatan, saya amendapatkan tawaran untuk bekerja di sebuah SMP Negeri di Cengkareng, Jakarta Barat. Hidup di Jakarta yang serba cepat, ternyata tidak sejalan dengan irama hidup saya. Hanya dua tahun saya bertahan.

Pada tahun 2016, saya memiliki cukup uang untuk membeli tiket pesawat. Saya menuju Bandung. Di sana saya membeli tiket pesawat menuju Pangkalan Bun. Di Pangkalan Bun sayamendaftar menjadi pegawai negeri karena kebetulan saat itu ada pengumuman penerimaan pegawai negeri.

Di Pangkalan Bun, bertepatan dengan a wal tahun pelajaran. Saat itu ada sebuah sekolah yang baru didirikan. Saya diminta oleh seseorang untuk membantu menjadi guru honorer di sekolah tersebut. Tidak sampai setengah tahun, saya ditunjuk untuk mengikuti pelatihan pertama saya. Pelatihan yang melelahkan karena berlangsung selama 40 hari di Samarinda. Pada hari ke tiga puluh tiga, saya harus meninggalkan pelatihan karena mendapatkan telegram untuk segera berangkat ke Palangkaraya. Isinya adalah perintah supaya segera mengikuti Latihan Prajabatan. Sayapun meninggalkan pelatihan tanpa selembar sertifikat.

Selama menjadi guru, tidak ada satu pun pelatihan yang saya ikuti atas inisiatif sendiri. Selama ini, pelatihan tidak ada yang ditawarkan bebas. Semuanya serba penunjukkan oleh atasan. Di sekolah tempat saya bekerja menjadi PNS hingga saat ini, belum banyak guru sehingga sebagian besar pelatihan bisa saya ikuti. Apalagi semenjak menjadi pegawai negeri dan ditempatkan di MTs Negeri Kumai, saya dipercaya menjadi wakil kepala sekolah urusan kurikulum.

Menurut kata hati saya, sertifikat pelatihan sebenarnya tidak penting untuk sebuah kompetensi. Sertifikat hanyalah selembar kertas yang menunjukkan bahwa seseorang sudah mengikuti sebuah pelatihan.

Yang terjadi di lapangan, cukup banyak peserta pelatihan yang tidak membawa hasil apa-apa sekembalinya ke sekolah. Sekedar selembar kertas bernama sertifikat yang di dalamnya terukir namanya. Selanjutnya, sertifikat itu bisa untuk menambahi angka kredit untuk dijadikan kelengkapan persyaratan pengusulan angka kredit. Setelah itu, tak ada artinya lagi.

Bagi saya, meningkatkan kompetensi itu lebih penting ketimbang selembar kertas bernama sertifikat. Ketika seorang guru berhadapan dengan siswa di dalam kelas, siswa tidak pernah bertanya mengenai sertifikat pelatihan. Siswa lebih suka dengan guru yang banyak memberikan pengalaman baru. Pengalaman baru itu bisa didapat dari hasil pelatihan yang diikuti guru.

Bagi guru yang memang berkompetensi, pengembangan diri perlulah dilakukan secara mandiri. Tidak harus melalui pelatihan yang dibiayai pemerintah yang belum tentu setiap guru mendapatkan kesempatan. Apalagi saat ini, di era digital ini, guru bisa memperoleh banyak ilmu dari situs-situs pembelajaran.

Seperti saat ini, saat dua ratus orang guru berkumpul di Solo, guru-guru mendapatkan informasi adanya situs blog di gurusiana. Kalau kita melihat ke dalam situs tersebut, kita akan menemukan banyak sekali guru yang sudah melakukan pengembangan diri dan kompetensinya dengan cara berbagi. Menulis di gurusiana, sekaligus membaca tulisan guru lain, menjadi ajang berbagi ilmu. Di gurusiana, bukan sekadar menerima, tapi juga bisa memberi. Bahkan dengan gurusiana, para anggotanya bisa berdiskusi melalui kolom komentar.

Apakah ada sertifikat? Tidak ada. Namun tanpa sertifikat pun, melalui gurusiana, kompetensi guru akan dapat meningkat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

luar biasa, pak. sangat menginspirasi. Salut

04 Apr
Balas

Alhamdulillah, banyak membaca, bertambah ilmu. Kalau dapat sertifikat, alhamdulillah, tetapi kalau tidak ada sertifikat juga alhamdulillah dapat ilmunya. Terima kasih, Mas.

20 May
Balas



search

New Post