Kuluk kuluk kuluk

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sholat 2

Artikel ini sebenarnya tidak tepat jika diberi judul Sholat 2. Meski begitu, saya tetap memberinya judul itu karena artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel yang berjudul Sholat 1.

Saya pernah membaca sebuah tulisan mengenai RA Kartini. Kita semua tahu siapa beliau. Ya dia dikenal sebagai Pahlawan Nasional, pejuang emansipasi wanita Indonesia. Di dalam artikel itu dijelaskan bahwa semasa kecil, beliau belajar mengaji sampai akhirnya memutuskan tidak mau lagi mengaji karena tidak memperoleh manfaat nyata dari membaca dan menghafalkan surat-surat yang ada di dalam Al-Quran.

Kesadaran Kartini muncul ketika mengaj dengan seorang guru, paman beliau sendiri, isinya tentang tafsil ayat Al-Quran. Kartini gembira karena bisa mengetahui rahasia Al-Quran dari pengajian itu hingga akhirnya sang guru, paman Kartini menghadiahi beliau dengan terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jawa yang dimengerti oleh beliau. Beliau kagum akan isi Al-Quran.

Pengalaman yang mirip pernah penulis alami ketika penulis masih kelas empat SD. Saat itu penulis tertarik dengan pengajian yang diikuti oleh beberapa kawan. Saat itu saya bersama adik yang duduk di kelas empat SD menjadi santri yang cukup rajin. Saya lupa masteri pengajian pada saat itu. Hanya sampai saat ini masih sangat diingat adalah saya diberi tugas untuk menalar teks dalam bahasa Arab tulisan tangan ustad.

Berhari-hari semenjak hari itu, saya tetap berangkat mengaji. Setiap kali pula sang ustad menanyakan apakah saya sudah mengerti? Selalu saya jawab belum. Suatu kali, saya diberi pertanyaan yang sama dan keluar komentar beliau dalam bentuk gumam yang jelas, kok nggak ngerti-ngerti.

Saat itu, saya tidak lancar membaca tulisan arab. Apalagi diberi tugas selangsung itu tanpa penjelasan apapun selain kata "talar". Itulah hari terakhir saya mengikuti pengajiannya. Saya tidak pernah tahu bagaimana kelanjutan tempat pengajian itu.

Saat ini, ketika saya menjadi guru, apakah masih memberikan tugas yang tidak jelas? Apakah masih memberikan tugas yang tidak dipahami oleh siswa? Tentu masih. Namun saya selalu berusaha untuk bisa mrmbimbing mereka sejelas-jelasnya dan sesabar mungkin. Apa bisa? Belum tentu. Saya masih sering marah-marah. Apalagi jika siswa menanggapi pertanyaan atau pernyataan yang tidak nyambung. Saatnya meyakini bahwa itulah kemampuan siswa.

27/5/2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setiap individu itu memang unik ya pak. Ada yang mudah memahami ada membutuhkan waktu lebih lama. Artikel bapak ini mengingatkan saya pentingnya memahami mereka

27 May
Balas

Semoga, Bu.

27 May

Semoga, Bu.

27 May

Sabar pak Willy. Sabar dekat ke surga. Semangat pak.

27 May
Balas

Berarti pelajaran bagi kita, kita harus mengetahui perbedaan anak, ada yang cepat mengerti ada yang lambat mengerti. Kita juga harus koreksi diri, apakah kita terlalu cepat bicara, apakah kita udah tepat menggunakan metode dalam menyampaikan. Terima kasih, Mas.

20 May
Balas



search

New Post