Lupa Al Fatihah dalam Shalat
Imam keliru atau lupa bacaan saat shalat tidak hanya terjadi di masjid kecil. Di masjid besar berskala nasional pun pernah terjadi. Bukankah setan itu menggoda manusia bisa kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Cerita yang saya alami ini menjadi bukti nyata.
Ayah saya suka sekali shalat ied di lapangan atau masjid yang besar. Idul fitri atau idul adha sama. Selalu mencari yang tempatnya besar, dengan jamaah yang banyak.
Suatu saat pada hari raya idul Adha, beliau mengajak kami shalat ied di Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya. Saat itu masjid ini masih terhitung baru. Belum lama diresmikan. Kami sangat terkagum-kagum dengan kemegahannya dan arsitekturnya. Seingat saya, itu untuk pertama kalinya saya shalat di sana.
Sebagai masjid nasional, hari itu tentu saja banyak pejabat yang hadir untuk ikut shalat ied di sana. Mereka berjejer di shaf-shaf terdepan. Khotibnya saat itu pun mantan Menteri Agama, Dr. dr. Tarmizi Taher. Tak heran di shaf-shaf depan baris dua dan tiga berjejer pasukan pengamanan. Sepertinya anggota Polri dan TNi.
Setelah beberapa pengumuman disampaikan. Tibalah waktunya shalat Ied. Imam kami saat itu seorang pimpinan pondok pesantren di Jawa Timur. Saya tidak ingat nama beliau. Yang saya ingat, suaranya sangat merdu.
Rakaat pertama berlangsung syahdu. Saya sangat menikmati. Indah sekali bacaannya.
Saat rakaat kedua, usai mengumandangkan takbir lima kali, imam tidak membaca Al Fatihah. Beliau langsung membaca surah Al-Qur'an yang lain. Beliau lupa membaca surat Al Fatihah. Padahal, tanpa surat Al Fatihah ini shalat tidak sah. Ini merupakan pendapat jumhur ulama yang didasarkan pada hadis-hadis shahih.
Posisi kami yang jauh dari imam tidak memungkin mengingatkan. Sound system-nya juga sangat bagus. Sehingga teriakan bacaan: subhanallah untuk mengingatkan dari beberapa orang tenggelam oleh suara imam yang sangat keras, namun merdu.
Kami tidak tahu, bisa saja deretan pejabat dan pasukan pengamanan yang ada di belakang imam ikut mengingatkan. Yang kami tahu imam terus asyik meneruskan bacaan. Beliau kemudian takbir untuk ruku. Bahkan meneruskan hingga salam.
Sebagai makmum kami tetap ikut imam. Ini shalat Ied. Rasanya tidak mungkin kami membatalkan shalat. Memisahkan diri. Toh ini shalat sunnah. Walaupun sebenarnya shalat ini tidak sah, kalau tidak diulangi rakaat yang tanpa Al Fatihah tadi.
Usai salam Khotib segera naik mimbar dan memulai khutbah. Kehebohan pun terjadi. Jamaah saling berbisik, seolah di depan sana tenang saja. Tidak ada yang mengingatkan imam. Juga tidak menahan khotib untuk tidak langsung ber-khutbah.
Dari kejauhan, saya melihat seseorang yang berwibawa berjalan dari sisi selatan. Ia menuju tempat imam. Diskusi tampak terjadi di antara mereka.
Sebagaimana umumnya shalat Ied di Indonesia, sebagian jamaah langsung beranjak pulang. Padahal khotib belum selesai khutbah. Kami sekeluarga masih tetap duduk di tempat kami melaksanakan shalat.
Usai khotib turun dari mimbar, panitia membuat pengumuman. Rakaat kedua akan diulangi. Hanya rakaat kedua saja. Jadi kami semua diminta untuk kembali berdiri untuk kembali melaksanakan shalat satu rakaat untuk mengganti rakaat kedua. Shalat ini tetap dipimpin oleh imam yang sama.
Yang kasihan, tentunya mereka yang sudah pulang duluan. Shalat mereka tidak sah. Tapi, Allah yang Maha Mengetahui.
Yang jelas banyak ibroh dari kejadian ini.
Gedangan, 28 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Imam juga manusia, yang memiliki sifat kekhilafan, sebaik-baik orang yang terlupa adalah, mengingatkan kembali,