Membaca tulisan Mas Pemred MediaGuru berjudul: Meninggalkan Kesan Baik , saya jadi teringat saat dulu belajar Metode Tilawati di kantor pusatnya di Ketintang, Surabaya. Saat itu, saya memang bukan belajar membaca Al-Qur'an, tapi belajar cara menggunakan metode ini untuk pengajaran baca Al-Qur'an. Saya belajar langsung kepada penulis buku tersebut KH. Ali Muaffa. Namun demikian, tentunya dalam proses belajar ini, bacaan Al-Qur'an saya ikut mendapat perbaikan.

Sejak dulu, saya suka mempelajari metode-metode pengajaran seperti ini. Banyak hal yang saya dapatkan dan berguna saat saya membaca dan mengajarkan Al-Qur'an.

Saya belajar memperbaiki bacaan Al-Qur'an menggunakan metode Qiro'ati karya KH. Dahlan Salim Zarkasi dari Semarang. Guru saya saat itu Ustaz Ahmad Yusuf, M.S. Pada akhirnya guru saya inilah yang menulis dan mengembangkan metode Ummi bersama Ustaz Masruri di Ummi Foundation. Saat saya belajar metode Qiro'ati kepada beliau, metode Ummi belum dituliskan.

Namun, dari sekian banyak metode yang pernah ada, saya tidak pernah bisa berhenti untuk kagum kepada metode Al Baghdadi. Kita lebih mengenalnya dengan metode Turutan atau Alif, Baa, Taa. Inilah metode yang pertama saya gunakan untuk belajar membaca Al-Qur'an saat masih kecil. Saya yakin jutaan orang di dunia juga menggunakan metode ini untuk belajar. Metode ini muncul pertama di Indonesia kisaran tahun 80-an.

Hal yang membuat saya kagum adalah, tidak ada orang yang tahu siapa penulis buku itu. Itu sebab metode ini disebut Al-Baghdadi, merujuk kepada Kota Baghdad, Irak, tempat asal kisah 1001 malam.

Bayangkan luar biasanya penulis buku ini. Coba pula hitung jumlah pahala yang diperoleh dari menulis sebuah buku yang menjadi jalan berjuta-juta orang bisa membaca Al-Qur'an. Ia pun selalu menyembunyikan jati dirinya. Orang tidak perlu tahu siapa dirinya, tapi pahala jelas selalu mengalir untuknya.