SUARA-SUARA DI TENGAH MALAM
Ini bukan cerita horor. Ini sebuah kisah nyata yang saya alami sekitar tahun 2014.
"Izul kecelakaan. Kondisinya kritis di rumah sakit. Usahakan bisa pulang segera." Ini merupakan kata-kata yang saya terima melalui telpon. Kakak saya yang tinggal di Balikpapan-lah yang telah menginformasikan hal ini. Izul itu adik saya. Dia paling bontot di antara kami lima bersaudara.
Kabar itu saya terima sore hari menjelang Maghrib. Terkejut sudah pasti, tapi saya berusaha tetap tenang. Tak lama setelah itu saya menghubungi Mbak Nur, kakak saya nomor satu yang juga tinggal di Sidoarjo. Malam itu juga kami berusaha mencari tiket pesawat dari Sidoarjo ke Balikpapan. Namun, kami belum beruntung untuk terbang malam itu. Akhirnya kami berdua terbang dengan pesawat pagi.
Sembari menunggu pagi, tak putus doa kami untuk adik bungsuku ini. Saat itulah saya teringat akan dari sebuah tulisan pengasuh pondok pesantren tahfizul Quran di Bogor. Tulisannya itu bercerita tentang salah seorang santri di pondok itu yang mengalami kecelakaan hebat. Santri itu mengalami luka parah dan tidak sadarkan diri. Saat di bawa ke rumah sakit, pengasuh pondok meminta semua santri penghafal Al-Qur'an di sana untuk mendoakan kawannya. Secara ajaib, sesampainya di rumah sakit, santri yang kecelakaan itu sadar secara tiba-tiba. Ia bahkan tidak merasa sakit sama sekali. Kemuliaan para penghafal Al-Qur'an telah membuat doa-doa mereka seperti tanpa hijab dengan Allah SWT.
Segera saya hubungi kembali Mbak Nur. Reihan, salah seorang puteranya Mbak Nur juga sedang berusaha menyelesaikan hafalan Al-Qur'annya di sebuah pondok pesantren di Solo. Saya minta Mbak Nur untuk menghubungi Reihan melalui pembimbingnya. Minta agar Reihan dan semua kawan-kawannya di pondok tahfiznya ikut mendoakan Izul.
Alhamdulillah, kami dapat jawaban bahwa pihak pondok dengan senang hati melakukannya.
Sesuai jadwal, saya bersama Mbak Nur berangkat ke Balikpapan pagi harinya. Sesampainya di sana sudah ada keluarga yang menjemput di Bandara Sepinggan. Kami langsung menuju rumah sakit. Kami bertemu Ibu dan keluarga lain yang menunggu di luar. Izul berada di ruang isolasi yang tidak boleh ada sembarang orang masuk ke sana. Dia mengalami luka bakar terbuka akibat kesetrum saat bekerja.
Malam harinya saya bertugas jaga di rumah sakit. Saya hanya duduk di depan ruang ICU. Ibu sudah diperbolehkan masuk untuk menjaga di dalam kamar isolasi.
Sekitar pukul dua malam waktu setempat, seorang petugas keamanan berjalan hilir mudik seperti mencari sesuatu.
"Dengar suara-suara mas," tanya si mas penjaga ke saya. Saya yang mengantuk berat hanya menggeleng. Dia kemudian pergi.
Pagi harinya, saya baru tahu dari cerita ibu saya. Salah seorang perawat bercerita kepada ibu. Ternyata di dalam kamar isolasi adik saya ada kejadian aneh dini hari tadi. Saat salah seorang perawat masuk ke sana saat tengah malam itu untuk melakukan pengecekan peralatan medis. Di dalam kamar dia dikejutkan dengan suara anak-anak membaca Al-Quran. Suara itu tidak sampai keluar kamar. Tapi di dalam cukup keras.
Di dalam kamar itu dia tidak mendapati seseorang kecuali ibu saya yang sedang tertidur pulas. Adik saya juga masih belum sadarkan diri. Kemudian perawat itu membuka jendela kamar untuk memastikan sumber suara. Tapi tidak ada suara apa-apa dari luar. Bahkan saat jendela di buka suara, mengaji itu seperti menghilang.
Perawat itu kemudian memanggil kawannya. Kawannya pun mendengar hal yang sama di dalam kamar itu, tapi mereka tidak berhasil menemukan sumber suara itu. Mereka berdua lantas berlari keluar.
Dia lain tempat, pada saat yang sama, Reihan dan rekan-rekannya sedang mendoakan Izul dari pondok tahfiznya di Solo. Apakah suara mereka yang didengarkan oleh para perawat tadi. Wallahualam.
Alhamdulillah, Izul bisa sadar lebih cepat dari perkiraan. Setelah sadar kembali dia bercerita bahwa dia selalu mendengar suara anak ngaji di kepalanya. Sampai sekitar tujuh hari suara ngaji itu tidak berhenti.
Ini bukan kisah horor. Ini sebuah kisah nyata yang saya alami di sekitar tahun 2014.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
MasyaAlloh merinding saya membacanya
Kalau saya percaya itu semua Pak, ketiga anak saya di pondok semua, doa dari mereka dan Pak Kyai sering mampir di kehidupan saya... Salam...
Barakallah, Pak.