Adaptasi
Oleh: Yasintus Ratu, S.Pd
Senja tadi kembali ke kampung. Silaturahmi dengan kerabat. Berjumpa dengan keponakan yang menikah dengan pemuda dari bagian utara Manggarai.
Keterampilan dasar perempuan di bagian utara ini umumnya menenun. Kain yang mereka hasilkan songke dengan aneka motifnya yang khas. Dan warna dasarnya selalu hitam.
Perempuan di wilayah utara hampir sama dengan yang berdomisili di wilayah selatan Manggarai. Mereka juga penenun yang hebat. Dan kain yang mereka hasilkan sering kami sebut dengan lipa todo atau towe todo.
Sedangkan perempuan yang mendiami wilayah tengah Manggarai umumnya sangat terampil menganyam tikar. Bahan dasarnya daun pandan yang diolah dan dikelola sedemikian rupa hingga menjadi selembar tikar yang indah dan elok di pandang mata.
Keponakanku bertutur, dirinya masih sulit dan belum belajar menenun seperti rekan sekampung yang sama-sama menikah dengan pemuda di bagian utara. Rekannya itu sudah bisa menenun dan hasil tenunnya di jual di kampung asalnya.
Saya teringat beberapa kerabat yang berasal dari wilayah Utara lalu menikah dengan keluarga di kampung. Awal tiba di kampung mereka bisa menenun. Tetapi lama kelamaan, mereka tinggalkan dan tanggalkan kebiasaan baik itu.
Apakah karena lingkungan yang kurang mendukung atau salah satu bentuk adaptasi mereka? Entahlah.***
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar