Oleh: Yasintus Ratu, S.Pd

Empat tahun. Sebuah jangka waktu yang cukup lama. Bergulat dan bergelut dalam mendampingi dan mendidik anak bangsa di sekolah menengah pertama.

Kala itu status sebagai guru komite alias guru honorer. Maklum sekolah menengah pertama berstatus negeri. Belum banyak aparatur sipil negara yang ditempatkan di sekolah yang hingga kini belum memiliki gedung sendiri tersebut.

Ketika pemerintah membuka peluang menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, banyak yang berjuang dan berusaha mendapatkan peluang itu.

Sayang tidak semuanya sukses dan berhasil. Alias masih ada yang gagal. Selain itu ada pula yang sukses dan berhasil tetapi memilih formasi yang ada di sekolah lain.Sehingga terpaksa harus angkat kaki dan berpaling ke tempat lain.

Dalam situasi seperti itu, siang tadi kami di sekolah melepaskan seorang rekan yang akan beralih langkah ke ladang pengabdian yang lain karena lulus formasi di sekolah lain.

Ada banyak canda tawa guna menghibur diri agar butir-butir air mata tidak menetes jatuh ke pipi. Ada banyak kesan dan kenangan indah. Juga hal pahit dan manis yang dilalui bersama.

Perjumpaan selalu menjadi momen untuk menenun kisah, merenda cerita dan menulis sejarah kehidupan. Cinta pertama selalu menggoda dan menggelora. Menderu dan menggebu-gebu. Termasuk dalam bidang pengabdian. Lahan karya. Tempat tugas.

Raga boleh tidak bersama lagi. Tetapi jiwa, semangat dan spirit pengabdian untuk kemajuan anak negeri akan selalu padu dan satu untuk Nusa dan bangsa tercinta.***