Oleh: Yasintus Ratu, S.Pd

    Rindu merupakan sesuatu yang sangat manusiawi. Normal. Wajar dan sangat biasa. Ada banyak kisah dan cerita dibaliknya. Ada banyak impian dan harapan yang dimadahkan. Bisa juga diangankan. Agar angan dan harapan menjadi nyata perlu usaha.

    Obyek yang dirindukan bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Ada orang yang merindukan orang yang dicintainya. Dikasih dan disayangi.

    Ada yang merindukan suasana dan situasi serta kondisi yang rukun, guyub, damai dan tentram dengan aroma khas alam pedesaan.

    Ada yang merindukan anak ataupun sebaliknya anak merindukan orang tua.

    Kerinduan yang satu ini cukup unik dan khas. Rindu pada teriknya matahari.

    Usai malam berlalu, fajar datang yang langsung disambut oleh kabut. Dunia seakan murung dan gelap. Rinai gerimis pun turun. Hawa menjadi dingin.

    Seakan sulit dipercaya, kondisi ini nyata terjadi di bulan Juli. Dan di kampung yang letaknya hampir sepelemparan batu saja dari pantai.

    Kawasan yang selalu identik dengan udara panas dan matahari yang selalu bersinar terik. Aneh tetapi nyata. 

    Terang mentari baru dialami dan dirasakan pada pukul 13.00 WITA. Kehadirannya menghalau kabut dan mengusir kegelapan. Membawa sejuta impian dan harapan.***