Senja, Sungai Dan Keheningan (2)
Oleh: Yaaintus Ratu, S.Pd
Senja yang temaram. Desah dan desau air yang mengalir. Jauh dari keramaian. Satwa malam yang mulai menggeliat dan beraktivitas. Dalam keheningan. Merasakan suasana alam. Berpikir melihat ke dalam diri dalam keheningan. Berkelana dalam kedalaman jiwa.
Teringat kisah di masa silam. Bila rembang petang datang merayap secara perlahan-lahan. Dan sang surya nyaris kembali ke peraduannya.
Kami keluarga petani berkemas dan siap bergegas pulang kembali ke rumah. Ayah yang lebih dahulu membereskan ternak. Kerbau ataupun kuda kala itu.
Bunda yang mengumpulkan hasil kebun dan mengamankan sarana kerja. Api yang tak lupa dipadamkan. Air yang perlu dituangkan ke dalam tanah guna membasahi bumi.
Bila semuanya sudah beres dan aman. Maka bunda pun memanggil dan mengajak sang jiwa untuk kembali pulang ke rumah.
Iya, jiwa dan raga. Sebagai satu kesatuan. Konon kabarnya kalau jiwa tidak diajak untuk pulang ke rumah, dia bisa saja tetap berada di kebun. Karena itu kurang elok dan tidak baik.***
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar