Membuang Ego, Menimba Eko
Sekian lama membaca bukunya, akhirnya aku berkesempatan juga bertemu langsung dengan Pak Eko Prasetyo. Jika engkau bukan pembaca buku, tentu tak akan mengenalnya. Cobalah googling, maka puluhan deretan sampul bukunya akan terpampang.
Hari ini, beliau kembali menginspirasi peserta Bimtek Literasi. Mulai dari perlahan-lahan mengajarkan perjuangannya dari seorang pekerja di toko buku yang bercita-cita besar, hingga menjadi seorang yang benar-benar besar dan membesarkan toko buku.
Peserta didepanku, menarik nafas panjang, “huuhhhff!’ Kulihat bahunya terangkat dan turun seketika. Entah apa yang ada dipikirannya, sembari dia mulai menuliskan pikirannya dalam tulisan pendek 300 karakter di laptopnya.
Aku tersenyum kecil, melihat helaan nafas itu ternyata tidak datang dari satu orang saja. Beberapa melakukan hal yang sama saat menulis. Serasa mereka berkata; “Menulis itu gampang, kalau dijelaskan!” Tapi tentu itu hanya dalam hati. Sesaat kulirik screen laptop peserta didepanku. Ya, ada yang mencoba menjelajah tulisan Pak Eko. Mungkin untuk sekadar membandingkan, ataupun semoga bukan untuk menjiplak.
Ya, teringat quote; Comparison is The Thief of Joy (Theodore Rosevelt) yang diajarkan langsung oleh Prof Frank sesaat mengikuti kelas di Amherst Massachussets. Ya, membandingkan itu mencuri kesenangan. Entahlah, mungkin aku sedang membandingkan diriku dengan tulisan dan capaiannya. Maaf, aku manusia biasa yang cemburu, dan aku kesal. Sesaat, inspirasi dan motivasi yang terus mengalir tak mengiris akal lagi. Dalam pikiranku hanya ada kata; “aku bisa, aku bisa, aku bisa!”
AstagafirulLahaladziiem.
Pipiku aku tepuk perlahan. Get focus! Aku harusnya kembali melihat sebuah gentong berisi penuh air. Gentong air; gentong ilmu Pak Eko. Penuh, meluber. Air ilmu yang membua setiap moment begitu dengan mudah dibuatnya menjadi untaian kata yang ranum, membuat air liur terteguk. Setiap kata bahkan mampu dirangkai menjadi jalinan ronche peristiwa, entah itu khayalan ataukah nyata. Bahkan setiap peristiwa mampu dilarutkannya dalam untaian paragraf.
Sudahlah, rugi, jika aku tak mereguknya. Timba kosong dan ember kosong harus kusiapkan untuk menimba ilmunya. Waktunya pun terbatas, tersisa hari ini dalam Bimtek Literasi. Tapi tentu dengan satu syarat; duduk didepannya, mendengarkan kilasan tips dan trik menulisnya, dengan ‘timba dan ember’ pikiran yang dikosongkan.
Mendengar sebanyak-banyaknya.
Membuang ego, menimba Eko.
(Yasmain) Peserta Bimtek Literasi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap bu Yasmain.
Maaf pak yasmain
Boleh bu Rafiqah..silahkan,. e-mail ke: [email protected] nanti saya beri nomer kontak. Selamat menulis.
Pak yasmain memang bakat e jadi penulis...boleh ya sy komunikasi dgn bapak bila alami kendala saat menulis??