YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ada seribu cerita dibalik indahnya pernikahan, ada hikmah disetiap kejadian

Ada seribu cerita dibalik indahnya pernikahan, ada hikmah disetiap kejadian

#Tantanganharike66

"Suamiku selingkuh, tapi kalau aku ceritakan ke ibu mertuaku malah aku yang di salahkan!"

Siang itu masih cerah, anginnya sepoi menyentuh lembut wajah kami yang sedang duduk di teras rumah, Mancuk. Hanya ada aku, tetanggamu, dan wanita paruh baya dengan riasan yang hampir pudar di wajahnya, selebihnya sudah pulang duluan, menunggu di rumah mertua tetanggamu.

"Sakit aku Kak!"

Wanita itu menceritakan betapa sakitnya di khianati suami pada tetanggamu, mulai dari mendapati sms suaminya dengan wanita pujaan lain, kepergok sendiri, sampai main pukul.

"Leher Ibu sakit ya?" Aku mencoba memutus pembicaraan. Sejak dulu aku tidak suka membahas kekerasan. Jantungku lemah.

"Iya, ini kelenjar, kemaren sempat di operasi, sudah di operasi entah kenapa semakin besar seperti ini!" Jawabnya dengan nada khas jawa.

Beberapa kali wanita berambut pendek sebahu itu menahan air mata, mengingat suami yang sama sekali tak menyayanginya.

"Anak bawaanmu berapa?" Tanya tetanggamu.

Aku masih diam.

"Aku satu, dari dia dua Kak!"

Aku baru mengerti, jika pernikahan yang dijalaninya ini adalah pernikahan keduanya, suami pertamanya meninggal dunia, waktu itu anaknya baru berusia dua atau tiga bulan aku lupa. Dua puluh tahun menjada, kemudian memutuskan menikah lagi, banyak omongan dari masyarakat, karena janda dipandang sebelah mata.

Jleb, entah kenapa, hatiku sakit, benarkah demikian, bukankah janda ditinggal mati itu kemauan Tuhan? Aku beristighfar di dalam hati sebanyak yang kubisa.

"Dia ini juga janda, suaminya meninggal kemaren, Rabu besoklah baru 40 hari, kanker hati!" Kata tetanggamu.

Jantungku mulai berdetak tak beraturan, status janda ternyata mampu membuat mataku pedas.

"Rabb..tolong jaga aku!" Bathinku.

Panjang lebar tak berhenti ia sampaikan tentang pengkhianatan. Air matanya beberapa kali ditahannya agar tak tumpah kepermukaan. Hingga ia berpikir untuk mengakhirinya diperceraian.

Sepanjang jalan pulang aku masih terdiam, begitukah potret pernikahan sebagian, aku bersyukur memilikimu, tapi aku sedih dengan kisah cinta mereka yang telah disaksikan malaikat saat berakad.

"Suamiku itu kasar Kak! Suka main tangan, waktu aku hamil, ditamparnya aku, mataku ditumbuknya, untung gak buta!" Keponakan tetanggamu kali ini bercerita tentangnya, sepanjang jalan pulang ke kampungmu, dia duduk dibelakangku, diatas motor yang kubawa melaju membelah hari yang sudah mulai senja. Ini kisah kedua tentang penghiatan di hari yang panjang.

"Sudah kasar, selingkuh pulak, anakku ini tak diakuinya Kak, sampai ku ancam tes DNA diam aja dia!"

Usianya tiga tahun lebih tua dariku, tapi katanya karena aku Ustdzah dia segan memanggil namaku. Suaranya kuat, penuh amarah. Sesekali anaknya merengek ingin berdiri.

"Dirikan saja Kak, gak apa-apa!" Kataku.

"Inikan pernikahan keduaku, pernikahan pertama juga begitu, sama saja laki-laki. Tau gak Kakak, suamiku itu minta campur setiap malam, mana bisa kulayani, aku capek Kak, aku kerja, kalau gak mau dipaksanya, kadang malah di pukul!"

"Astaghfirullah, maaf Kak, awak nggak liat lobang!" Aku mulai tak fokus.

Waniita berjilbab biru itu tak berhenti menceritakan suaminya, mungkin maksudnya ingin menyampaikan betapa sedihnya ia sudah dua bulan berpisah tanpa status yang jelas. Aku tidak mendengar semuanya, karena suara angin dan kenderaan yang lalulalang membuatku tak fokus mendengarnya. Tapi aku mengerti rasa sakitnya.

"Hubungan suami isteri itu bukan semata pemuas nafsu, islam sudah menatanya dengan sempurna, bahkan walau isteri tak boleh menolak suaminya, bukan berarti suami berhak memaksa!"

Malam sudah larut, dia masih duduk berhadapan denganku, seperti belum selesai curahan hatinya sepanjang jalan tadi.

"Kalau suamiku seperti suami kakak, pasti kergiannya bikin aku terpukul seperti yang kakak alami sekarang, walau kakak berusaha tegar, kadangkan nampak kakak masih mau diam-diam terus nanti mata kakak berkaca-kaca, aku tau itu kak, aku kan diam diam perhatian sama kakak!"

Aku tersenyum, sudah empat hari aku tidur bersamanya dan puteri mungilnya.

"Entahlah kak, mana ada coba laki-laki normal sudah dua bulan gak campur, kalau dia nggak selingkuh!" Katanya.

Aku terdiam, teringat masa itu dimana aku tak bisa memenuhi hakmu, tapi Allah swt menjagamu, bahkan ketika kuminta kau menikah lagi, kau menolaknya, jangankan memukul, suara kuat saja nyaris tak pernah kau ucapkan padaku.

"Kak, kakak mau awak kasih satu anggaplah ini nasehat jika layak disebut nasehat!" Pelan-pelan sekali aku menyampaikannya, takut dia tersinggung. Dari semua isi ceritanya aku mengambil kesimpulan...

"Lelaki itu ingin dihormati, sudah fitrahnya mereka seperti itu, jadi jika terjadi masalah, dan suaranya tinggi, jangan dijawab, percuma, akan memperkeruh keadaan, apapun itu, isteri tidak diperbolehkan suaranya lebih tinggi dari suaminya, walaupun kita menganggap kita sedang membela hak kita!"

"Aku nggak bisa gitu!"

Aku tersenyum, "bisa! Insya Allah bisa!"

"Suami kakak kan kerja buruh kasar, pasti lebih capek, jika pulang ke rumah, jangan bahas keluh kesah dulu, tanyakan dia mau dibuatin apa, duduk ngobrol berdua tentang hal yang ringan, apapun masalah kakak, tekanan apapun yang kakak rasakan, tahan! Tunggu dulu dianya tenang, mandi, makan malam, kalau bisa ngobrolnya lagi santai saat berdua, pakai intonasi manja!"

Dia sepi...netranya serius menatapku.

"Kakak berhias yang cantik, bicaralah manja, belajar dari pelacur, coba kakak lihat betapa cantiknya mereka berhias, bicara manja, mendayu-dayu padahal itu suami orang, dosa lagi, nah kita isteri suka lupa, asik kegiatan rumah, ngurus anak, suami pulang masih saja berantakan.!"

"Ah, malas! Menikah kan bukan untuk nafsu saja!"

Aku tersenyum, "Betul, dan kita bersikap seperti itu bukan untuk itu juga, biar enak dilihat, indah di pandang matanya, jadi gak sempat mikir wanita diluar sana!"

Lalu kami hening, kubiarkan dia meneruskan apa yang ingin ia pikirkan, dan aku pun begitu, mencoba menyikapi cerita mereka dengan berbaik sangka, sungguh pernikahan yang menyakitkan, air mataku jatuh, semoga Allah swt menjagaku dari fitnah apa saja. Kau pergi untuk selamanya, artinya Allah swt ingin langsung melindungiku, tanpa perantara.

"Kak, aku puasa, sama kita."

Tadi pagi netranya sembab, katanya dia menangis sepanjang malam, memikirkan hidupnya kedepan.

"Aku ingin mencontoh kakak, yang baik-baik nggak apa-apakan di contoh?"

Aku tersenyum, haru, syukur, dan...

"Semoga Allah swt beri pahala berlipat ganda ya Kak!" Ucapku.

Wanita beranak dua itu tersenyum bahagia, dia benyanyi ceria, sambil menutup gorden milik tantenya.

"Ya Allah...berikan hidayah padanya, lindungi ia dari mata jahat dan hati pedengki, jadikan anak anaknya menjadi anak anak yang sholehah, pelipur laranya!"

Maka kututup cerita sore ini dengan penuh syukur kepada Allah swt, apa yang terjadi pada kita pastinya ada hikmah. Maka teruslah berproses menjadi baik, baik, lebih baik.

Sebab kata Allah dalam surah Al-mulk ayat ke dua.

الذي خلق الموت و الحياة ليبلوكم ايكم احسن عملا.

Allah swt ingin melihat amalan siapakah yang paling baik di antara kita. Aku tidak ingin memberikan terjemahannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

setuju bunda.Sukses selalu.Menarik

29 Jul
Balas



search

New Post