YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Allah senantiasa manjagaku

Allah senantiasa manjagaku

#Tantanganharike60

#Suarahatimurni

"Allah swt itu Maha Baik, akan memberikan taqdir terbaik, maka terimalah dengan sebaik-baik penerimaan!"

Aku mensugesti diriku sendiri, sudah tiga hari kita di kampung lahirmu, entah kenapa sihir itu tak seperti biasa, menjerit, menangis, kini sudah bisa ku atasi sendiri, sekali-kali.

"Kalau hanya itu pilihannya, maka ceraikan saja! Macam mana kau punya isteri seperti itu, lagian lebih baik lah kau ceraikan dari pada dia mati!"

Aku mendengar suara Ibumu dari teras rumah, menghentikan langkahku, sejuta pilu kutelan sendirian. Mungkin kau menceritakan keadaanku yang sebenarnya. Wajar saja dia mengatakan itu, tentu khawatir jika aku harus mati ditanganmu.

Aku tau dia juga kalut.

"Nggak Mak, aku yakin dia sembuh, dulu dia kuambil dari orangtuanya dalam keadaan sehat, masa aku pulangkan dalam keadaan sakit, lagian aku tak akan pernah meninggalkannya!"

Cintamu tak kuragukan lagi, aku memutar haluan, kembali ke kamar. Haru bercampur pilu kini berkecamuk dihatiku, energi itu datang lagi, ingin berteriak, mungkin sedihnya terlalu melampaui, aku beristighfar semampuku, mengendalikan diriku sekuat yang aku bisa. Dan...

"Masya Allah..din..din..!"

Kau menepuk-nepuk pipiku, aku tau itu, tapi aku tak bisa menjawabmu, jiwaku seperti dikunci dilembah terdalam bernama kegelapan.

Lalu sayup kau bacakan Kalamullah, suaramu berat, mungkin kau menahan tangis, atau ujian ini terasa begitu berat.

"Bang, gimana kalau dinda pulang saja, biar dinda bersama keluarga dinda, Abang bisa pulang, bisa kerja!"

Kau tersenyum, katamu aku seperti mayat hidup, pucat, jangan berpikir kemana-mana dulu.

"Dinda ingin pulang saja, tolong izinkan Bang!"

Sejauh ini, apa yang menimpa kita tak pernah sampai pada keluargaku, aku sengaja menahan diri, karena kau bilang sebisa mungkin jangan menyusahkan, walau dasarnya tak ada yang tersusahkan.

"Baiklah, jika memang itu keinginan dinda, kita pulang besok ya!"

Aku mengangguk, kubiarkan percikan hujan malam itu menyentuh lembut wajahku. Lalu kau mengajakku masuk ke rumahmu.

Padangsidempuan, kota lahirku, aku hanya dibesarkan 12 tahun saja disitu, setelahnya aku harus menimba ilmu berpisah dengan keluargaku. Pesantren.

"Ya Allaah kok bisa begini Nak!"

Ibuku awalnya histeris, ketika melihatku mengamuk untuk pertama kalinya, dia memang wanita ekspresif, sama denganku, sensitif, sama juga denganku. Ayahku menenangkannya, mengatakan aku akan sembuh Insya Allah, sama seperti keyakinanmu.

Pagi itu hari kedua di kampung halamanku, kau dan aku sengaja ke toko herbal, untuk membeli beberapa kebutuhanku, karena aku sering muntah, tak bisa makan nasi, masa itu aku konsumsi talbinah, bubur gandum.

Kau bercerita dengan pemilik toko yang ternyata alumni Mesir juga, sepanjang kau bercerita, aku mulai tak nyaman, energi setan itu rasa mau keluar, mulutku komat kamit seketika.

"Afwan Ustad, isteri ana ada gangguan!" Katamu.

"Masya Allah, Akhi, sudah lama?" Pemilik toko itu sesekali melihat ke arahku yang mulai gelisah.

Kau bercerita dari awal, hingga sampai pada keputusan kita harus datang ke rumahnya, Ustad Irfan Lc, begitu orang memanggilnya, saudara seiman, pejuang dakwah ini.

"Rabu dan jum'at, Beliau memang buka rukyah tepat disamping rumahnya!" Kau menjelaskannya kepada Ayah dan Ibuku.

"Rabu dan jum'at hari kosongnya, selebihnya ada ngisi kajian mungkin, beliau sengaja buka ruqyah untuk meminimalisir kesyirikan, siapa saja boleh kesana, gak dipungut apa-apa!"

Orangtuaku masih mendengarkan penjelasanmu. Dan kita semua sepakat aku harus ruqyah lagi hingga tuntas.

Malam itu ruangannya sepi, hanya ada aku, kau, ayah dan ibuku. Kata beliau sengaja hari ini tidak menerima siapa-siapa dulu, beliau ingin menjaga privasimu, mana tau kau tidak nyaman jika bergabung dengan yang lainnya.

Lelaki paruh baya itu hafal qur'an, dia mulai memasang sarung tangan, membaca ta'awudz dan ayat-ayat qur'an. Ketika aku mulai berterika, tak ada pertanyaan seperti sebelum-sebelumnya. Tak ada pukulan yang menyakitkan, seperti dulu, gusiku berdarah, ditekan terlalu kuat, kaki, tanganku tak jarang biru-biru. Tapi mungkin setiap orang berbeda cara.

"Ayo keluar dari jalan yang sudah ditentukan, keluar!"

Begitu saja perintahnya lalu kembali membaca ayat per ayat kalamullah tersebut.

Akhirnya aku muntah,

"Ustad, kenapa ustad tak bertanya siapa yang masuk ke dalam tubuh saya?"

Aku menanyakan Ustad itu, kau masih menggenggam jemariku, memberikan kekuatan dan keberanian padaku.

Dia tersenyum, "Perkataan jin tidak bisa dipegang, dia akan membuat tipu daya, menyebar fitnah nantinya!"

"Ustad bisa liat nggak berapa yang keluar?"

Kembali dia tersenyum, "tidak ukhti..saya tidak tau itu, karena jin dan manusia berbeda alam, saya hanya akan menekan beberapa titik dimana memang jin suka bersembunyi."

"Anak saya bisa sembun nggak Ustad?" Kali ini ibuku yang bertanya.

"Insya Allah, saya hanya bantu ruqyah, bagian terpentingnya bagaimana Ukhti murni melawannya sekuat tenaga, perbanyak taqorrub kepada Allah, banyak tilawah, yakinkan diri bahwa tidak ada yang bisa membahayakan kita kecuali itu atas izin Allah!"

Aku mengangguk, harapan itu masih ada, "ini adalah tubuhku, aku bertanggung jawab menjaga semua bagiannya untuk tetap taat pada Allah, maka siapapun kau, apapun bentukmu, kau tak berhak mengatur diriku." Aku membatin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makasih ibu

24 Jul
Balas

Keren,salam sukses

23 Jul
Balas



search

New Post