YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bercerita denganmu

Bercerita denganmu

#Tantanganharike74

Pesantren, kita selalu bercerita tentang pengalaman hidup yang kita habiskan disana, kau dan aku memang tidak sama, namun punya pengalaman yang tidak jauh berbeda, sebab dimana-mana Pesantren punya aturan yang hampir sama.

"Dulu Abang sering dibilang cantik sama Kakak-kakak tingkat, geli Abang mendengarnya!"

Aku tertawa terbahak, aku sampaikan padamu jika aku sebaliknya, kata teman-teman dan adik tingkatku, aku ganteng, mirip Roger Danuarta. Ah ada-ada saja. Tapi memang iya, aku berharap masa itu, jika Allah swt berikan dzuriyat perempuan, aku ingin wajahnya mirip denganmu, matanya, alisnya, bulu mata, dagu, biar hidungnya dariku saja.

Aku membolak balik foto jadulmu, "untung saja dinda tidak kenal Abang dulu yah!"

"Kenapa?" Kau heran.

"Jelek! Bukan tipe dinda!"

Kau dan aku tertawa, kau bilang aku sudah cantik dari dahulu kala, tapi asal kau tau saja, tidak ada lelaki yang menaruh hati padaku masa itu, seperti kisahmu yang ditaksir banyak wanita. Malah jika ada yang menggangguku, aku akan bersembunyi, atau memilih untuk tidak lewat dari jalan yang sama.

"Dulu dinda dijuluki Preman!" Aku tersenyum mengenang.

"Sama laki-laki?"

Aku mengangguk, bibirku masih mengembang.

"Kenapa?"

"Entahlah, dinda juga tidak tau, dinda sih dengarnya samar-samar, asal kami marathon melewati kawasan lelaki, dinda dengarnya begini, itu tuh Passya, ooo Preman!" Aku mempraktekkan nada mereka kaum laki-laki.

Kau tertawa terbahak, kau cubit pipiku, "Masa sih se imut ini dibilang preman, kalau Abang disana, sudah Abang hantam orang itu, berani sekali nyebut isteri Abang preman!"

Aku tersenyum, emangnya dahulu aku isterimu? Bisa jadi kalau kau satu sekolah denganku, maka kaupun akan memanggilku demikian.

"Dulu dinda sering berdiri pelajaran Tahfizh dan Bahasa Inggris!"

Kita masih menikmati nostalgia, indahnya anak Pesantren. Kau tertawa, menurutmu pengalamanku semua lucu.

"Belajar sama Abang!" Katamu.

Aku pun terbahak, gimana caranya aku belajar bahasa inggris padamu, cara mengucapkannya saja kau masih suka salah, dan aku yang memperbaikinya.

"Mata kuliah bahasa Inggris dinda tiga kali berturut turut A semua!"

Kau mengangguk seakan tak percaya, wajahmu kau buat sedimikan menjengkelkan, sebenarnya sih aku tau kau percaya, tapi kau suka membuatku kesal, mencandaiku berlebihan.

"Nggak percaya nggak usah!"

Aku menyudahi pembicaraan, dan misimu terselesaikan, aku merajuk, dan kaupun senang.

Dulu, kita pernah sepakat jika Allah swt berikan dzuriyat, maka akan kita sekolahkan ke Pesantren, sebab disana banyak pengalaman hidup yang mendewasakan. Kau bercerita banyak tentang pengalamanmu menimba ilmu, terkadang aku terkejut, karena tak kutemukan begitu padaku, mungkin karena kau lelaki aku wanita, tentu saja berbeda.

Aku jelaskan padamu, jika kami terbiasa belajar, bukan hanya dikelas, di bawah-bawah pokok pohon, di mauqiful manzhar, semua pojokan akan kau temukan orang disana, lengkap dengan bukunya, ada yang sendirian saja, ada juga yang berdua atau berkelompok.

Bukan hanya musim ujian, belajar bagi kami punya kesenangan tersendiri, walau nanti ujungnya kami akan bercerita, bercanda, sambil menikmati pemandangan sawah yang indah. Aku suka menjadi pembicara, dan teman-temanku suka mendengarkannya, ah..terkadang aku tertawa menyampaikannya padamu.

"Dulu dinda pernah jadi pelanggar terbanyak loh!" Aku malu-malu mengakuinya, tapi bagiku itu bukan aib, namanya proses belajar.

Kau tertawa, "Dinda....dinda....kenapa?"

Aku bercerita di awal masuk Pesantren, aku serba bingung, apalagi Pesantren kami terkenal dengan kedisiplinannya, semua diatur pakai waktu, waktu di kamar mandi, waktu keluar asrama, waktu makan, waktu sekolah, semuanya waktu.

Sekolah kami dibawah bukit, Dolok suanon namanya, udaranya dingin sekali, berbeda dengan udara rumahku, awal-awal menjadi santri, tentu saja aku kaget, bangun sebelum Subuh, 15 menit sebelum Subuh, sudah tidak boleh ke kamar mandi asrama, dan 10 Menit sebelum Subuh semua asrama sudah harus kosong, wajib ke Masjid.

Aku suka bangunnya telat, yah begitu, telat bangun telat semuanya. Pelanggaran yang kulakukan juga bukan hal yang berat, paling seputar telat keluar asrama, telat keluar kamar mandi. Tapi..itu awal, masa perahilan. Semakin hari aku semakin terbiasa.

Kau menatapku dengan senyuman, sampai aku menyesal menceritakan itu padamu.

"Kenapa? Kok melihat dinda begitu?"

"Pantas saja sampe sekarangpun suka telat!" Kau mulai lagi.

Aku memukulmu pakai bantal, kau tertawa.

Apakah kau tau, jika aku sangat merindukanmu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantab.Sukses selalu

06 Aug
Balas



search

New Post