YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
bersama hingga akhir hayatmu

bersama hingga akhir hayatmu

#Tantanganharike53

#SuarahatiMurni

"Aku masih seperti yang dulu mencintai mu dengan rasa imanku, sampai kini semua belum berubah sebab cintaku bukan karena dunia."

Song by Maydani satu tubuh.

Dear Kekasih...

Dua puluh lima hari kau tak bersamaku lagi, semakin hari semakin terasa tentunya pilu di hati, tapi tak ada jalan selain harus bersabar melewati taqdir Ilahi.

"Pas Ibuk dengar beritanya Ustad meninggal, Ibuk langsung kayak linglung, satu harian di rumah saja, sedih kali rasanya!"

Ibu yang punya kontrakan kita menghubungiku, menanyakan kabar juga bercerita rindu, banyak kenangan yang ia sampaikan padaku, betapa wanita yang tak lagi muda itu mencintai kita teristimewa buatmu.

Aku kembali menelan kelu, jika mereka saja begitu kehilanganmu, bagaimana denganku, teman berbagi semuanya.

"Insya Allah Murni adalah wanita sholehah, Murni sudah setia mendampingi Ustad hingga akhir hayatnya, merawat ustad berbulan, Ibu yakin jika Murni sabar, Allah swt beri balasan surga!" Suaranya lirih, begitu banyak ia sampaikan support padaku, betapa ia merindukan kita sayang.

Sekuatnya aku menahan perih, tentu saja netra tetap basah, walau aku sudah berusaha agar tak tumpah, tapi...aku gagal.

Panjang lebar kami bercerita, hampir tujuh tahun disana tentu saja kenangannya bersejarah.

"Sehat buk! Selalu gitu ustad menyapa!" Kembali ia mengenang ramahmu.

Aku tak banyak bicara, karena kau tau jika di sini, tepat dihati, terlalu sakit, tak bisa kuluahkan rasa, hanya air mata yang kerap gugur tanpa jeda.

"Din...kenapa ya bengkaknya sepertinya bertambah!" Kau menekan perutmu.

Aku tersenyum, mencoba ikut menekan, merasakan apakah betul bertambah atau perasaanmu saja.

"Oooo, iya sedikit!"

Kau melihatku, netramu ragu.

"Abang...bertambah atau tidaknya bengkak diperut abang tidak mengubah keyakinan kita bahwa kesembuhan mutlak milik Allah!"

Aku mencoba menjawab risaumu, kau kekasihku, tak ada yang bisa kau sembunyikan dariku, tatapanmu itu, ah...kau risau.

Kau mengguk kan kepala, lalu melemparkan senyuman padaku.

"Ayank...bahkan bayi dalam kandungan pun menunggu kematian, kita berobat biar sembuh, bukan untuk memperpanjang usia!"

Aku kembali mentransfer energi positif padamu sebisaku.

Aku membantumu duduk, napasmu sengal, wajahmu sudah tidak merah, kata mereka kau sudah tak seperti kau yang dulu, tapi bagiku pesonamu tetap utuh, senyumanmu, sabarmu, dan cintamu.

"Din...mau kemana?"

Kau selalu begitu, ingin tau kemana saja aku melangkah, aku jadi ingat sore itu saat tamu ramai di rumahmu, aku menumpang solat asar ke rumah tetanggamu, ternyata kau kecarian, sampai kau telpon kesana kemari nomor saudaramu, kira-kira aku dimana.

"Abang tadi sibuk nanyain kakak, kami nggak tau kakak kesana!" Kata adek iparmu,

"Iya, Abang memang begitu, kakak lupa tadi minta izin, karena buru-buru!" Jawabku.

Maafkan aku membuatmu khawatir, berulang kali kau ungkapkan betapa khwatirnya kau, padahal aku hanya sebentar.

"Dinda mau ambil hp ya...ada yang mau dinda tunjuki sama Abang!"

Kau tersenyum.

"Boleh?"

Kau kembali tersenyum, kali ini lebih lebar.

Sore itu tak ada warna senja menghiasi mayapada, tapi senyummu mendamaikan suluruh sukmaku, menghiasi segumpal darah bernama hati.

"Abang, kenapa ya Abang ini gantengnya awet?"

"Acca (masa)?" Kau manja, bertingkah seperti bocah.

"Dinda suka mata Abang, alis abang, hidung abang, pipi abang!" Aku menyentuh semua wajahmu.

Netramu berkaca-kaca, kau bilang kau sedih karena sudah berbulan aku merawatmu.

"Ini adalah kesempatan yang Allah swt berikan untuk kita menghabiskan waktu bersama-sama dua puluh empat jam penuh sayang!" Aku meyakinkanmu bahwa aku bahagia.

"جزاك الله بالجنة الفردوس يا بنت الحلال!"

Kau menghapus ubun-ubunku.

Dan...inilah cara Allah swt menunjukkan cintaNya pada kita, diberiNya kita kesempatan berdua sepanjang hampir tujuh purnama, lalu Dia mengambilmu dari dunia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus sekali ceritanya bu. Jadi tersentuh. Salam Literasi

16 Jul
Balas

Luar biasa. Salam santun dan salam Literasi.

16 Jul
Balas

Menyentuh kali ceritanya Bunda.. mantap.. sukses selalu

16 Jul
Balas

MAkasih buk,aamiin

17 Jul



search

New Post