YASMANELLY

Yasmanelly. Lahir di Duri, 25-12-1988. Alhamdulilah sudah dianugerahi 3 orang anak, 1 orang putra, 2 orang putri. Motto: tetaplah tersenyum, meski hatimu menan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Daun mample

Daun mample

#Tantanganharike76

#suarahatiMurni

#part1

“Aku tidak pernah mengatakan kalau aku akan disini selamanya.” begitulah balasan email singkat yang dikirimkan Bayu untukku beberapa hari yang lalu.

Bayu adalah temanku sejak SMP hingga duduk di bangku SMA. Aku dan Bayu akhirnya berpisah karena Bayu memilih untuk melanjutkan sekolah ke Kanada, sementara aku tetap di Tanah Air Indonesia. Aku dan Bayu berteman biasa saja seperti teman lainnya. Bahkan kami tidak banyak bicara. Sebelum keberangkatannya, lelaki bertubuh tinggi itu meminta nomor kontakku, awalnya aku ragu, sebab tidak ada alasan bagiku untuk memberikan nomor untuknya.

"Bukan hanya nomormu saja yang aku simpan, semua nomor kontak teman-teman sudah ada padaku kecuali kamu." Ucapnya dengan senyuman.

Sejak saat itu aku dan Bayu saling bertukar kabar dari email, karena biaya telepon lumayan mahal. Bahkan bukan hanya kabar, kami juga saling bertukar cerita, berbagi masalah hingga saling support satu sama lain.

Walau demikian, aku tidak berani untuk jatuh cinta padanya, sebab sejak di Sekolah dulu, Bayu sudah menjadi idola dikalangan wanita, mulai dari yang paling pintar, tajir, hingga yang biasa saja, semua tergila-gila pesonanya. Wajar saja, tubuhnya yang sempurna menjadikannya terpilih sebagai kapten basket, dimana posisi kapten basket selalu menjadi yang paling keren menurut wanita di Sekolahku saat itu. Mata yang bulat, indah dan berbulu lentik, alis mata tebal tersusun rapi, hidung mancung, dan bentuk wajah oval membuatnya semakin tampan. Belum lagi keunggulannya di semua mata pelajaran selain agama sudah diakui dengan piala yang selalu berhasil diraihnya ketika mengikuti Olimpiade. Wanita mana yang tidak tergila-gila denga sosok seperti itu, semua wanita berharap dialah yang beruntung menjadi wanita pilihan Bayu, tapi aku tidak. Aku tidak berani untuk bersaing dengan para penggemarnya, walau aku juga diam-diam mengaguminya.

Kurebahkan tubuhku yang lelah dengan aktifitas satu hari ini, pikiranku kacau sejak Papa dan Mama memutuskan untuk menjodohkanku dengan Pria yang sama sekali tidak aku kenal. Desakan mereka padaku untuk menerima perjodohan ini mulai menyita konstentrasiku bekerja. Jika aku menolaknya maka aku takut dianggap sebagai anak durhaka, tapi aku tidak bisa menerimanya, sebab sepertinya aku sedang jatuh cinta pada lelaki yang akupun tidak tau apakah ia memiliki perasaan yang sama denganku, atau tidak.

Kunyalakan kembali laptopku, berharap ada email masuk dari Bayu, sembari menunggu loading, aku membuka foto-foto yang pernah dikirikamkannya saat itu untukku, katanya dia ingin menunjukkan Kanada padaku. Tatapanku terhenti sejenak, saat foto sehelai daun maple dengan tulisan “ rindu gadis sampul “ membuatku sedikit mengerutkan kening, aku tidak pernah melihat foto ini sebelumnya.

Kutarik napas dalam- dalam, tulisan itu sungguh membuat hatiku berdetak tidak beraturan, aku tidak ingin terbawa oleh perasaanku yang mulai tidak karuan padanya, mungkin kekaguman itu sudah berubah menjadi cinta. Sejak kami saling bertukar kabar, bertukar cerita, ada kenyamanan yang aku rasakan, bukan hanya itu, setiap kali aku membaca emailnya, seakan aku sedang membaca mantra cinta dari Khalil Gibran, padahal isinya hanya seputar kegiatannya disana.

Aku tidak bisa menjelaskan jenis hubungan apa kami ini, jika sebatas teman, mungkin saja aku yang baper alias bawa perasaan terhadap perlakuannya selama ini padaku, jika ini cinta, tidak ada ungkapan perasaan baik darinya apalagi dariku.

Pernah suatu hari, aku mengabarinya bahwa aku sedang sakit, hanya beberapa menit saja email itu terkirim, tiba-tiba nomor asing masuk ke ponselku.

"Kamu sakit apa? udah berobat?" Suara itu terdengar berbeda, untuk yang pertama kalinya sejak kelulusan SMA, aku baru mendengarnya kembali.

Nomor asing itu bukan kode Indonesia, melainkan luar negeri.

"Aku demam sudah tiga hari, dan udah minum obat juga." Jawabku dengan suara serak.

Ada rasa yang tidak beres padaku, mendengar suaranya, membuat adrenalinku seperti baru selesai bermain rollcouster, suhu tubuhku juga panas dingin saat ia katakan,

“gadis sampul harus sehat, karena sakitmu akan tertular padaku."

Aku benar-benar terbuai layaknya wanita yang sedang jatuh hati, namun Bayu tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintaiku, sebab itulah aku juga tidak yakin dengan perasaanku ini, aku takut bertepuk sebelah tangan seperti teman-teman sekolahku dulu.

“Assalamu’alaikum!” ucap Mama dari luar pintu kamarku.

“Gadis..,buka pintunya Nak!”

Ku kucir rambutku yang panjang sepinggang, kujepit dibagian poninya agar tidak menghalangi pandanganku.

“Waalaikum salam.” kubuka pintu kemudian berlalu tanpa melihat Mama.

“Kamu udah tidur?” Mama melihatku sedikit aneh sambil duduk diatas kasurku yang empuk.

"Hampir Ma." Jawabku tidak bersemangat.

“Eh, Gadis! Minggu besok Om Bambang Alamsyah dan keluarganya akan datang kesini mengantarkan cincin tunangan. Gimana menurutmu?” lanjut mama dengan mimik wajah bahagia, tidak seperti wajahnya awal masuk tadi.

Aku menarik napas dalam, “Ma, apakah perjodohan ini akan diteruskan?"

"Apa maksudnya? Mama kok tidak mengerti." Jawab wanita yang telah melahirkanku itu.

"Gadis tidak ingin dijodohkan Ma, Gadis tidak kenal dengan anaknya Om Bambang Alamsyah itu.” Ucapku setengah memelas.

“Alah, udah berapa kali Mama bilang, Mama sama Papamu itu juga dijodohkan, coba lihat sekarang, bahagiakan?" Mama melihatku dengan wajah tidak suka.

"Iya Ma, tapi.."

"No tapi-tapi, Kan sudah jelas dalam agama kita, ridho Allah itu terletak pada ridhonya orang tua, percayalah sama Papa dan Mama, kami tidak akan memilihkan jodoh yang salah untukumu” suara Mama terdengar sangat tegas.

Aku hanya diam, apapun yang akan aku sampaikan nanti, tetap saja tidak benar.

“Sekarang kamu istirahat, gak usah banyak mikir yang bukan-bukan." lanjut Mama dan meninggalkanku sendirian.

Kupandangi punggung Mama dengan perasaan campur aduk. Ku lihat kembali emailku, ada satu pesan yang masuk.

[Pepohon cintaku, kian berimbun, semakin dicatas semakin bertunas, tidak mampu mendustai hatiku, rasa cinta fitrah manusia. Siapalah aku menolak cinta yang hadir dijiawa tanpa dipaksa, hidup ini tidak akan sempurna tanpa cinta dari Tuhan Yang Esa, apakah aku sudah terlambat Gadis?].

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post