YATI SAADAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
RASA SYUKUR YANG TERLAMBAT

RASA SYUKUR YANG TERLAMBAT

Waduuuuh…, siapa itu? Ko makin tembem, ya? Inikah sebabnya baju 3 lemari sudah tidak terpakai lagi? Kalau tidak salah, porsi makan tidak banyak, tapi badan saya ko semakin lebar? Hati jadi deg-degan dan bertanya-tanya, “Apakah suami masih mencintai saya?”

Saya masih yakin bahwa suatu saat saya akan kembali langsing dan bisa memakai kemeja yang dimasukan ke dalam rok serta pake sabuk, dengan sepatu high heels seperti empat tahun yang lalu. Sampai sekarang saya masih merasa kesal ketika bertemu dengan teman-teman dan mereka berkomentar “Umy, ko beda sekarang?” Langsung saja saya marah dan saya jawab, “Gemuk, yah?” sambil cemberut. Padahal teman-teman saya itu berkata jujur. Ko, saya malah senang jika mereka bohong dengan mengatakan “Umy, apa rahasianya langsing seperti 4 tahun yang lalu?”

Sepertinya saya kurang bersyukur kepada Allah SWT. Allah tidak akan memberikan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi makhluknya. Saya terus saja berfikir “Apa manfaat badan gemuk dan muka tembem?” sampai kapanpun saya tidak akan menemukan jawabannya, kecuali jika suami saya berkata “Umy, Abhi suka deh sama umy yang fatty!” Tapi kapan kalimat itu akan saya dapatkan? Suamiku hanya tersenyum kalau saya tanya “Abhi senang lihat umy gemuk apa kurus, kering, kerontang?” Hm…lagi-lagi jawabannya hanya tersenyum.

Akhirnya saya punya jurus jitu agar orang lain tidak berani mengatakan saya gemuk lagi. Begini ceritanya, suatu saat ada seorang teman berkata “Umy, ko sekarang gemuk banget!” Saya jawab “Maaf ya, hidup saya bahagia sih, mau bagaimana lagi? Disuruh oleh Allah untuk menikmati kehidupan!” Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani mengatakan saya gemuk. Walaupun saya yakin banyak orang yang dalam hatinya berkata hal yang sama tentang diri saya. Tapi saya tidak memikirkan itu lagi sekarang, terserah orang lain mau mengatakan apa saja tentang saya, yang penting saya tidak mendengarnya.

Sebenarnya dalam hati saya juga berkata, seharusnya saya berterima kasih kepada mereka yang mengatakan saya gemuk, agar saya tidak merasa so langsing dan bisa memilih model baju yang sesuai dengan keadaan badan saya yang tidak menarik lagi. Ada hal yang lebih penting lagi, yaitu saya wajib bersyukur. Ternyata menjadi guru itu membahagiakan. Buktinya berat badan saya bertambah terus. Jika guru bahagia, maka dia akan mendidik dengan bahagia. Hal tersebut bisa membuat peserta didik bahagia pula. Jika guru dan peserta didik bahagia, maka pembelajaran akan menyenangkan. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Akhirnya saya berkata “Alhamdulillah, Keep smile, umy!”

Penulis adalah peserta Pelatiahn SAGU SABU CIREBON.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah bersyukur dalam setiap keadaan, yang penting sehat ya ...keren bu

10 Oct
Balas

Semoga seterusnya samawa ya Bu

10 Oct
Balas

AAmiin...

10 Oct

Terima kasih bu umul muarofah...kita harus bersyukur dan bersyukur.

10 Oct
Balas

Betul bu, guru itu harus bahagia... abaikan masalah gemuk dan lain-lain... yang penting anak didik kita cintaaa... hehe

10 Oct
Balas

Betuuuul...terima kasih bu...

12 Oct



search

New Post