Mak Unah
Masa kecil dulu saya punya tetangga rumahnya cukup luas dan pekaranggannya juga luas. Rumahku dan rumah tetanggaku terhalang parit. Saya dan teman-teman terkadang mungut mangga yang terjatuh sendiri dari pohonnya (mulung kata orang sunda).
Pemilik rumah itu namanya Bu Mismi, beliau buka warung makan. Menurut cerita ibuku, dulu yang punya warung ibunya sekarang diteruskan anaknya.. Bu Mismi punya seorang ibu yang sudah tua, saya biasa manggil orang tua itu dengan panggilan Mak Unah.
Setiap hari dia pasti duduk di depan pintu sebelah utara terlihat jelas dari rumahku. Dia tidak bisa jalan (setengah ngesot), ada aja yang dia lakukan padahal bawa badannya saja sudah tidak kuat. Pernah Mak Unah terjatuh dari tangga rumahnya, saya langsung berteriak panggil kakakku untuk menolong Mak Unah.
Suatu hari saya dengan teman-teman bermain, karena terdengar ada mangga jatuh kami berlari memungutnya. Mak Unah memanggil kami, “ada apa Mak” tanyaku. “Kamu mau umur gak, ambilah umurku” kata Mak Unah. Kami saling memandang satu sama lain karena bingung kami tida faham maksudnya. Dia mengulangi kata-katanya kami tetap bingung.
Selesai bermain kami pulang ke rumah masing-masing, sesampainya di rumah saya bercerita kejadian tadi siang kepada ibu dan bertanya maksud kata-kata Mak Unah. “Mak Unah pasti menawarkan umurnya kepada setiap orang ditemuinya, jawab ibuku. Mak Unak umurnya berapa? Tanyaku. Kata anaknya umur Mak Unah 125 tahun jawab ibuku. Kalau nanti Mak Unah bicara seperti itu lagi jawab saja “iya Mak” biar dia senang. Kata ibuku sambil menyuruh aku belajar.
Setelah membantu ibu, saya duduk di ruang tengah sambil memandang ke luar melewati pintu jendela yang terbuka. Saya teringat bagaimana kami bermain, bercanda, tertawa kini sirna. Mata saya terus berjalan menelusuri setiap jengkal halaman rumah tetanggaku sampailah pada suatu tempat, ku pandang tempat itu lama kini telah kosong tidak ada lagi wanita tua yang sesekali terdengan batuk, suara barang yang jatuh, hari ini sepi gumamku dalam hati.
Mak Unah telah tiada, Sang pemilik kehidupan telah meminta kembali umurnya tanpa ditawarkan. Kini pintunya tertutup, hanya sesekali pemilik rumah keluar untuk membuang sampah atau menyapu dedaunan tua yang jatuh teriup angin agar pekarangan tetap terjaga asri.
Ponorogo, 9 Maret 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mak Unah.....Semoga husnul khotimah