Percaya pada Kekuatan Cinta dan Cita

Oleh: Yayah Rokayah

Inilah kisah cinta kami, yang siap semangat untuk merenda hari dengan cinta dan cita. Alhamdulillahirobbil’alamiin, atas izin Allah SWT kami berdua dipertemukan melalui Guru mengaji di lingkungan Kampus di Jalan Pemuda. Kami tak mengenal satu sama lain pada awalnya, namun pengajian untuk mahasiswa/mahasiswi yang diadakan di Mushola Al-Huda Jalan Pemuda III, saat itu telah mengubah segalanya. Mengubah status saya yang tadinya mahasiswi single menjadi mahasiswi dengan gelar ijab sah duluan sebelum ijazah (alias nyonya, hehehehe). Setelah berta’aruf (berkenalan) melalui Guru mengaji, rupanya sang pemuda yakin untuk meminang saya dan mendatangi Abah (Bapak) saya di kampung halaman.

            Percaya pada kekuatan cinta dari-Nya, bismillah kami yakin untuk melangkah ke jenjang pernikahan walaupun belum mapan. Singkat cerita alhamdulillah kami sah berumah tangga. Belum mempunyai rumah, belum mapan pekerjaan dan kami mulai semuanya dari nol. Kekuatan cinta dan cita yang kami miliki bersama keyakinan akan pertolongan dari-Nya, kami bisa melewati ujian demi ujian dengan bahagia dan bersyukur. Rumah yang kami kontrak, jika hujan besar terus menerus pasti banjir diakibatkan dari sungai kecil yang meluap dekat dengan kontrakan kami.

            Hidup berdua bersama suami tercinta di Kota besar Jakarta adalah tantangan dan peluang untuk kami berdua. Alhamdulillah setelah sebulan menikah, suami tercinta lulus dari Pacsa Sarjana (Magister). Ujian dan kesenangan datang silih berganti menyapa kami berdua yang baru saja menikah. Kami tetap sabar dan ikhlas menjalaninya karena yakin kami bisa mengatasinya walaupun hanya berdua.

            Di masa awal pernikahan, untuk membeli kebutuhan pokok, suami saya bekerja pada sebuah penerbitan buku. Terkadang menjadi editor beberapa buku dan sebagai project officer perhelatan Book Fair di Senayan Jakarta. Saya pun mulai mengajar privat dan mengajar pada  bimbingan belajar. Kami jalani hari-hari dengan penuh syukur dan bahagia. Hingga pada akhir tahun 2004, saya mengikuti tes CPNS di daerah. Alhamdulillah saya diterima menjadi seorang Guru Matematika pada sebuah MTs Negeri.  Singkat cerita kami harus berpisah demi tugas kepada negara. Sementara suami saya tetap bekerja di Jakarta dan tinggal di indekos.

            Alhamdulillah di Cilegon, kami mulai mengkredit rumah sederhana. Tiga buah hati pun hadir dalam keluarga kecil kami. Alhamdulillah. Semua atas dasar kekuatan cinta dan cita. Padahal  saat itu kami mengalamai masa kritis yaitu berpisah tempat tinggal. Antara Cilegon dan Jakarta. Kami jalani selama kurang lebih delapan tahun masa LDR (Long Distance Relationship). Terkadang suami pulang ke Cilegon dalam waktu dua minggu sekali. Sangat jarang pulang untuk seminggu sekali. Demi cinta kami rela berpisah dan demi cita kami ikhlas menjalaninya. Satu hal yang harus diyakini bahwa diantara kita harus saling percaya dengan kekuatan cinta kita. Kuatkan dengan doa dan harapan kepada Yang Maha memberi cinta.

            Kini saya telah mutasi ke Tangerang Selatan sejak tahun 2012. Kami membeli sepetak rumah bekas di bilangan Pamulang. Allah SWT mengundang kami berdua untuk menunaikan ibadah haji tahun 2014. Hasil menabung sedikit demi sedikit dengan niat demi ibadah kepada-Nya. Kini, anak keempat pun hadir di tengah-tengah kami. Alhamdulillah suami saya telah merampungkan program doktoralnya pada Februari 2020. Semua atas dasar kekuatan cinta dan cita bahwa segalanya bisa diupayakan dengan penuh cinta, miliki cita, perjuangan, doa dan mohon berkah serta ridho dari orangtua.

Salam literasi dari Tangerang Selatan.

#Antologi NOBAPER Batch 5

Sabtu, 10 Juli 2021.