yayat maryati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengalaman Yang Tak Terlupakan

Pengalaman Yang Tak Terlupakan

Merapikan rumah menjadi salah satu agenda rutin menjelang mudik. Yup, harus dilakukan sebelum ditinggalkan sampai beberapa hari kedepan. Semua dibereskan dan dicek dengan teliti. Termasuk laptop kesayanganku yang akhir-akhir ini sering rewel. Perlahan tapi pasti kucoba mengoperasikannya. Setelah beberapa menit menunggu, laptopku bisa berdamai denganku. Alhamdulillah...!

Pandanganku terhenti saat membaca file “Backup”. Penasaran dan tak sabar ku klik file tersebut. Taraaa....beberapa photo terpampang nyata. Wuiih...Kota Padang. Seketika kenangan menari-nari dipikiranku seolah ku sedang berada di sana.. Pengalaman seru saat melancong ke kota yang terkenal dengan masakan rendangnya. Hmmm...tak terasa Bulan Juli, tujuh tahun lalu. Waktu yang lumayan sudah lama bukan? Saat itu sekolahku bersama seluruh guru dan karyawan, pembina serta pengurus Yayasan Permata Sari melakukan studi wisata ke Sumatera Barat.

Sumatera Barat merupakan sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, Indonesia. Provinsi ini adalah provinsi terluas kesebelas di Indonesia. Sumatra Barat yang beribukota Padang ini, banyak menyimpan kebudayaan yang unik. Sumatera Barat dapat dikatakan identik dengan sejarah Minangkabau. Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau.

Orang-orang Minang terkenal dalam bidang pendidikan, sastra, dan perniagaan. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Pada umumnya mereka bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Medan dan kota besar lainnya di Indonesia.

Sekitar pukul 09.00 pesawat tiba di Bandara Internasional Minangkabau. Kami disambut dengan tari pasambahan. Tarian ini dimainkan dengan gemulai oleh para penari. Tarian ini sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu. Kami merasa begitu diistimewakan.

Dari bandara kami bertolak menuju Surau Percontohan dan INS Kayu Tanam di Padang Pariaman. INS Kayutanam merupakan kependekan dari Indonesisch Nederlansche School Kayutanam. INS Kayutanam adalah lembaga pendidikan menengah swasta yang bercorak khusus.

Lembaga ini didirikan di lahan yang sangat luas nan hijau pada 31 Oktober 1926 oleh Muhammad Sjafei, seorang tokoh pendidikan nasional yang pernah dipercaya menjabat Mendikbud dalam kabinet Sjahrir II. Pendidikan INS Kayutanam banyak melahirkan tokoh-tokoh yang pernah menjabat pemerintah pusat. Seperti Farid Anfasa Moeloek, Tarmizi Taher, Bustanul Arifin dan masih banyak tokoh lainnya.

. Setelah kunjungan di INS Kayutanam, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Rumah Puisi sekaligus tempat kami menginap. Selama perjalanan tak henti-hentinya ku berucap syukur dan berdecak kagum menikmati lukisan Agung Sang Pencipta. Pemandangan yang amat mempesona, diiringi syahdunya lagu-lagu Minang yang setia menemani, mengantarkan kami singgah di Danau Maninjau dan Singkarak yang membiru. Bahkan hingga Istana Pagaruyung nan megah di Batusangkar. Tak lupa kami mengabadikan momen indah ini dengan photo bersama. Satu...dua...tiga...Ciiiis....!

Menjelang dzuhur, kami tiba di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Tentu mendengar nama tersebut sudah tidak asing ya? Rumah puisi terletak di daerah Aie Angek Kabupaten Tanah Datar antara Padangpanjang dan Bukittinggi. Hijaunya alam yang terhampar luas menjadikan daerah ini sangat sejuk. Gunung Singgalang dan Gunung Merapi dengan gagahnya mengapit lokasi rumah puisi. Masya Allah... kami dimanjakan dengan panorama cantik, sungguh indahnya CiptaanMu.

Suara rampak tetabuhan disusul tari piring yang elok menyambut kedatangan kami. Duuh...lagi-lagi sambutan yang sangat mempesona. Kami diterima dengan tangan terbuka oleh Bapak taufiq Ismail dan ibu. Bak orang tua menantikan kehadiran anak-anaknya. Setelah ketua yayasan berbincang dan menyampaikan beberapa sambutan, kami dipersilakan untuk makan siang dan sholat dzuhur berjama’ah.

Usai istirahat dan sholat ashar, kami berkeliling menikmati area rumah puisi. Tulisan-tulisan sarat motivasi terpampang rapi dan mudah terbaca oleh pengunjung. Ribuan koleksi buku yang beragam tertata apik di perpustakaan. Rumah puisi merangkum seluruh kegiatan yang meliputi literatur dan literasi, karya satra, pembacaan dan latihan penulisannya, dengan warna keindahan puitik sebagai intinya.

Puas mengamati lingkungan sekitar rumah puisi, kami diminta untuk berkumpul di aula. Suprise....! Kami memperoleh peluang emas mengikuti pelatihan singkat MMAS (Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra). Pelatihan ini dipandu langsung oleh 4 sastrawan handal yaitu Bapak Taufiq Ismail, Wisran Hadi, Jamal D. Rahman, dan Kang Iman Soleh. Para tokoh ini menampilkan ciri khasnya masing-masing dalam karya sastra. Semuanya kereeen abiis.

Meskipun singkat, banyak ilmu yang didapat dari pelatihan ini. Wawasan guru tentang MMAS menjadi terbuka lebih luas dan luwes, memacu kreativitas dalam menulis dan mengajarkannya kepada siswa di sekolah, serta menambah rasa percaya diri dalam berekspresi terutama ketika membacakan karya sastra, salah satunya puisi.

Alhamdulillah, senangnya hatiku mendapat kesempatan membacakan puisi yang berjudul “ Dengan Puisi Aku” karya Penyair Hebat Bapak Taufiq Ismail. Perasaan grogi dan nerveus menerpaku. Bagaimana tidak, membacakan puisi di depan penciptanya langsung. Bismillah...sambil menarik napas dalam-dalam, ku kumpulkan seluruh energi sehingga dapat tampil dengan tenang. Selesai penampilan, aku dipersilakan untuk photo bersama. Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga dan tak kan terlupakan.

Pagi harinya, kegiatan kami lanjutkan dengan jelajah Kota Tercinta (baca Padang). Lembah Harau dengan tujuh air terjunnya yang amazing di Payakumbuh, Ngarai Sianok lembah indah, hijau dan subur. Di dasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku, serta Jam Gadang yang berdiri kokoh di jantung kota Bukittinggi menjadi saksi kunjungan kami. Satu hal yang tak terlewatkan berbelanja aneka souvenir dan kuliner khas Padang di Pasa Ateh. Ayo...serbu!

Ups, belum afdhal ke Sumatera Barat, jika tidak mengunjungi Rumah Gadang dan Perguruan Diniyyah Puteri di kota Padang Panjang. Kenikmatan luar biasa kami rasakan dapat bersilaturahim dengan guru-guru dan pelajar di sana. Saling bertukar informasi tentang pendidikan menjadi topik hangat yang asyik dibicarakan. Suasana akrab terjalin di antara kami. Sikap yang perlu dicontoh adalah kedisiplinan dan semangat belajar yang tinggi, mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang sukses mulia.

Kunjungan ke Perguruan Dinniyah Puteri di kota Padang Panjang, mengakhiri seluruh rangkaian studi wisata. Kami pun kembali ke Jakarta dengan selamat.

Pengalaman yang mengesankan, menjadi suplemen untuk terus belajar menulis dan menulis. So, saatnya lebih fokus dan kuatkan niat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren banget pengalamannya bu, kepingin juga ketemu sama para sastrawan handal negeri ini, semoga Allah SWT memberikan kesempatan bertemu dengan beliau..

24 Jun
Balas

Aamiin Allahumma aamiin...terima kasih Bu Dati.

24 Jun

Kota kelahiran saya bu. Keren kan. Gak terlupa.

24 Jun
Balas

Kereeeen abiiz pak Yudha. Rancaa Bana...

24 Jun

Siapa yang tidak kepingin? Pengalamannya luar biasa. Seru! Tasbihkupun tak cukup sekali.

24 Jun
Balas

Alhamdulillah, Terima kasih mba sudah mampir di sini.

24 Jun

Kenangan terindah ya mba...subhanallah

24 Jun
Balas

Betuul Bu, tak menyangka bisa terbang ke Sumatera Barat yamg luar biasa mempesona.

24 Jun

bu yayat bagus n kerenn abis tulisannya, jadi pengen study wisata ke sana

24 Jun
Balas

Haturnuhun Bu Upit supportnya. Ini baru mulai menulis lagi krn sesuatu dan lain hal. Hehe... Semoga Bu Upit bisa studi wisata ke Sumatera Barat ya. Elok nian Bu.

24 Jun
Balas

Bagus Bu, tulisan yang mengingatkan saya pada kampung halaman. Tahun 1994 lalu, saat masih mahasiswa, saya pernah belajar nulis bersama sastrawan AA Navis, Gus Tf, Harris Effendi Thahar, dan Bre Redana di INS Kayu Tanam. Dengan Taufik Ismail saya bertemu saat saya sudah merantau di Pekalongan. Kebetulan tahun 2007 Taufik mampir di almamaternya SMA 1 Pekalongan. Kebetulan waktu itu saya mengajar di SMA tsb. Terima kasih telah berbagi tulisan ini Bu

24 Jun
Balas

Terima kasih Pak Zul atas motivasinya, sayapun ingin kembali ke Padang. 4 hari rasanya belum cukup.

24 Jun



search

New Post