Putus Benang, Putuslah Harapan

Tantangan hari ke-9

Udin senang sekali bermain layangan. Setiap hari kerjaannya bermain layangan di pinggir kali belakang rumah. Maklum perkampungan tempat Udin tinggal terhitung padat penduduk. Tidak ada tanah lapang yang ideal untuk bermain layangan. Tapi Udin dan teman-temannya tidak kurang akal, di pinggir kali yang tanahnya tidak seberapa luas itulah Udin beradu layangan dengan teman-teman kampungnya.

Ibu sebenarnya tidak keberatan Udin suka bermain layangan. Dari pada Udin di rumah hanya bermain PS atau game online dari HP, tentu bermain layangan lebih baik untuk perkembangan psikomotorik Udin. Hanya saja ibu selalu berpesan pada Udin jangan pernah ikut mengejar layangan putus. Berbahaya, begitu kata ibu. Tentu saja Udin tidak mau terima. Mengejar layangan putus kan seninya bermain layangan. Disitulah letak asyiknya bermain layangan. Kenapa aku harus menuruti pesan ibu, begitu pikirnya. Walaupun di depan ibu Udin berpura-pura setuju.

Suatu hari ketika sedang asyik bermain layangan. Dia melihat ada layangan putus milik temannya. Segera digulung benang layangannya. Tanpa pikir panjang Udin pun ikut mengejar layangan putus. Dia lupa pesan ibunya. Dia terus berlari matanya fokus tertuju pada layang-layang yang menari-nari di udara seolah-olah mengejek Udin. Udin makin merasa tertantang dia bertekad untuk mendapatkan layang-layang putus tersebut. Dari dalam rumah ibu melihat Udin, ibu langsung berteriak memanggil Udin. “Udin..awas nak hati-hati” belum selesai ibu bicara. “ Aaahh …kakiku bu” teriak udin. Rupanya kaki Udin tertusuk beling. Udin...Udin gak dengar kata ibu sih.

Kendal, 28 Juni 2020