Jangan merasa memiliki agar kau tak merasakan sakit saat kehilangan. Semua yang kita miliki hanya titipan Allah saja. Setiap saat jika Allah berkehendak dan meminta kembali kita harus melepas dengan ikhlas. Apapun itu baik benda, jabatan atau bahkan orang-orang terkasih.

Butuh rasa ikhlas ketika kita melepas dan memberi. Ikhlas itu seperti buang air kecil. Tidak mengharap kembali apa yang sudah dikeluarkan. Merasa tenang, damai dan bahagia bisa mengeluarkan dari kita untuk berbagi. Ada orang yang berhak atas apa yang kita punya.

Jangan merasa bangga atas apa yang kita miliki sehingga membuat sombong, angkuh dan menghina orang lain. Apapun yang kita punya adalah milik Allah. Agar Allah ridla atas semua maka apa yang ada harus bisa mendekatkan diri padaNya.

Masih terngiang kisah ustad yang hidup sederhana. Beliau tidak menumpuk harta, tahta atau jabatan. Harta yang beliau punya disedekahkan buat kemaslakatan. Yang tersisa sekarang adalah tauziahnya yang menyentuh hati pengikutnya. Ilmunya sangat bermanfaat dan mengalir terus pahalanya karena membuat orang semakin dekat dengan Allah. Orang-orang yang beliau beri sedekah juga selalu mendoakannya.

Itulah harta terbesar yang kekal abadi. Apalah arti mobil mewah saat pulang ke rumah akhir keranda. Apalah arti baju mewah bermerek yang dipakai menghadapnya kain kafan. Apalah arti rumah megah yang didiami hanya 2mx1m saja. Sahabat kita yang paling dekat hanyalah kematian yang harus diingat agar tidak terjeumus dalam sesat.

Selalu bersyukur atas semua yang Allah karuniakan. Allah akan menambah nikmat apabila kita bersyukur. Jika tidak bersyukur siksa Allah sangatlah pedih. Bahagia tidak diukur dari banyaknya yang kita miliki. Bahagia itu tergantung orangnya. Bahagia dicukupi kebutuhannya, diberi tubuh sehat dan bisa khusuk dan istiqomah beribadah. Tak ada batas untuk sebuah kata cukup. Manusia akan selalu merasa kurang, ingin lagi dan menambah lagi. Satu hal yang harus kita ingat apapun yang kita punya harus bisa mendekatkan diri pada Allah.