Hartini Part 1
Tak ada perempuan yang tak ingin disayang dan dicintai suaminya sepenuh jiwa. Hartini mulai menceritakan kapal yang ia tumpanginya hampir lima belas tahun itu hancur berkeping dihempas badai, selesai dan tenggelam. "Mas...andai tak ada Via, tentu sudah aku tinggalkan sejak lama. Dan semangat hidup itu karena Via. Ia harus tetap bersekolah tetap kuliah, lalu aku dapat melihatnya sebagai mutiara satu-satunya yang mampu menemani hidupku hingga udzur nanti."
Sambil mengusap tetesan air matanya, Hartini melanjutkan ceritanya. "Bagaimana tak bersedih mas...! Bersuami tapi seperti tidak! Bagaimana aku harus mencari nafkah sendiri dari pagi hingga petang, bahkan terkadang sampai larut malam, sementara suami kerjaannya hanya cangkrukkan dari warung kopi ke warung kopi dari pagi hari hingga datang fajar. Kalau toh dirumah, kerjaannya cuman tidur dan tidur lalu bangun dan marah-marah. Jengkel Mas!"
Hartini menatap Farid yang tak lain adalah orang yang pernah tinggal dihatinya. Andai waktu itu aku bersikukuh dan tetap bertahan mencintaimu tanpa mengalah dengan Santi yang telah kuanggap sebagai adikku sendiri, tentu aku akan tetap berada disisimu memandangmu, merasakan belai manjamu, dan dengan kesempurnaan yang kamu miliki.
Rupanya penyesalan Hartini yang telah mengorbankan dirinya demi kebahagiaan adiknya menjadi sejarah panjang yang sulit dilupakan.
Bagi Farid tangisan Hartini adalah bagai menguatkannya masa lalu, yang ia telah berusaha keras untuk menguburnya dalam-dalam. Tapi malam itu Farid seperti tengah menginstal memori. Satu demi satu file yang tersimpan dalam satu folder memaksanya untuk membukanya, melihatnya, membacanya, dan memahaminya. Memori bagaimana ia harus berjuang untuk satu tekad kemenangan dalam derasnya hujan, menangkal beribu cacian, menahan gempuran gelombang cinta, hingga pada puncaknya, yang tak lain mengakhirinya dan menyerahkan pada adiknya.
Cinta tak harus memiliki.... Farid mencoba meyakinkan Hartini tentang hidupnya masih tetap panjang. Kamu harus tetap bertahan! Yakinlah bahwa dibalik kesedihan akan membuahkan kebahagiaan. Tak mungkin musim kemarau sepanjang masa, saatnya akan datang musim hujan. Tak mungkin badai menghempas sepanjang masa, saatnya angin sepoi-sepoi hadir menyejukkan tubuh, melambaikan dedaunan menerobos masuk ke ruang-ruang pernafasan membagikan oksigen untuk hidup dan kehidupan setiap yang hidup. Next
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar