yazid adiwiryo

Navigasi Web
Lurah Jaenah Part 9

Lurah Jaenah Part 9

Sudah menjadi rutinitas Tarmin tiap sore, sambil menunggu si bungsu yang lagi latihan taek wondo, ia sempatkan untuk ngopi-ngopi sambil menjaring aspirasi masyarakat desa Tempel.

Tarmin mulai membuka obrolan sore itu. Secara geografis desa Tempel terletak berbatasan dengan desa Gondang di sebelah selatan, desa Gandeng sebelah barat, desa Gendang sebelah Utara dan desa Gendeng sebelah Timur. Dua desa Gandeng dan Gendang dipisahkan oleh Sungai Bengawan Tirta. Tentu tidak terlalu salah, bahwa ketika ingin menghidupkan geliat ekonomi tak ada jalan lain kecuali dengan melakukan kerjasama dengan keempat desa itu.

Kerjasama bisa dalam bentuk terpenuhinya sarana transportasi yang memungkinkan terjadinya percepatan distribusi produksi barang antar desa.

Ini merupakan tiga hal yang harus ada dalam proses industri, yaitu produksi, akomodasi dan distribusi hasil.

Ahmad Zamzuri selaku anggota LRD (Lembaga Riset Desa) saat bertemu Tarmin menjelaskan. "Bahwa dibangunnya dua jembatan yang menghubungkan desa Gandeng sebelah barat dan Gendang sebelah Utara adalah upaya untuk memperlancar distribusi hasil produksi dikedua desa tersebut."

Tarmin menyahut. "Ia saya sepakat itu, tapi seharusnya biaya pembangunan jembatan itu tidak seratus persen di anggarkan pada APBdes desa Tempel, melainkan minimal kedua desa itu dapat memberikan sharing anggaran desanya masing-masing dua puluh persen, sehingga APBdes kita dapat dialokasikan ke yang lain."

"Ia saya faham itu!" Timpal Ahmad Zamzuri selaku anggota LRD, dan itu sudah kami sampaikan ke Bu Lurah Jaenah. Tapi Bu lurah.... pertimbangannya, daripada APBdes berlebih terlalu banyak dan kedepan dapat kita kerjasama lain yang mereka (kedua kepala desa) yang mengalokasikan APBdes mereka."

"Oooooooo......", Tarmin mengernyitkan dahinya simbol sedikit ada rasa kecewa. "Harusnya jauh hari desa Tempel dapat merencanakan pembangunannya agar tak terlalu banyak silpa. Saya barusan ketemu perangkat kedua desa setempat, dan sempat sedikit nyindir, bahwa ia dapat rezeki nomplok (dibangunkan jembatan oleh desa Tempel, tanpa keluar anggaran sedikitpun). Bahkan pejabat desa itu menyebut lurahmu sangat Dermawan." Tarmin pun tersipu malu.

"Lalu bagaimana dengan bangunan jalan yang mestinya itu menjadi wewenang pemerintah kecamatan, yang juga dianggaran dengan APBdes desa Tempel, desa kita?" Sambung Tarmin.

"Samalah mas! Prinsipnya agar tidak terlalu banyak silpa, toh itupun hanya persoalan nego aja. Tahun depan kita tinggal nego sama pihak kecamatan agar APBkec nya dialokasikan ke desa kita. Dan ibu lurah kita ini kan sudah terkenal dermawan to? Ini sudah diberitakan oleh media dikedua desa itu, bahkan menasional. Wong uang aja....!" Sahut AZ.

"O alah. ajur nek ngene carane. Koclok... Koclok.. itu berarti yang dirugikan tetep kita (rakyat desa Tempel maksudnya)." Tarmin menyeruput kopinya untuk mengobati rasa kecewa.

Kendati Tarmin bukanlah seorang pejabat, bermodal komunikasi dan kedekatannya dengan pejabat desa, juga beberapa kesempatan berkomunikasi dengan lurah Jaenah minimal dapat menyalurkan keinginan rakyat desanya terhadap pembangunan desa yang berkelanjutan dan mensejahterakan, seperti yang sempat dirangkumnya saat beberapa calon kepala desa berkampanye, termasuk lurah Jaenah.

Mentari sorepun merangsak berjalan ke arah peraduanya untuk menjemput malam. Namun warung kopi pun tak pernah sepi dari pengunjung. Warung kopi WTS (Warung Timbo Susah), masih tetap menjadi ajang penyaluran aspirasi hingga penyaluran kemarahan. Joko masih tetap sama, gaya bicaranya tetap sama, persis saat ia berkampanye dulu, saat menjadi tim sukses lurah Jaenah. Tak satupun ada titik hitam pada diri junjungannya, meski hampir seisi warung telah banyak bergeser dukungannya, akibat prilaku lurah Jaenah yang bertolak belakang dengan janjinya saat kampanye.

Dengan tetap berapi-api Joko selalu menyela memecah pembicaraan, ketika penghuni warung mencoba mengkritisi kebijakan lurah Jaenah, termasuk kinerjanya yang dianggap lamban. Mulai dari banyaknya perangkat desa yang berstatus PJ, hingga tak memiliki kewenangan untuk merealisasikan program yang menyangkut kebijakan public. Belum lagi beberapa program pembangunan yang mangkrak karena belum di ACC/diteken si lurah dengan alasan-alasan irasional, sementara waktu makin terus berjalan mendekati titik akhir yang ujung-ujungnya akan berakibat tak terserapnya APBdes.

Keluhan masyarakat itu sesungguhnya sudah pernah disampaikan Tarmin saat bertemu lurah Jaenah. Tarmin mengulas kembali masukannya "Bu....ibu harus sadar. Eksistensi ibu yang bukan asli orang desa Tempel, juga pendukung ibu yang hanya berkisar 33 persen pemilih, tentu kalau berkeinginan bahwa semua pejabat yang akan ibu tunjuk adalah mereka-mereka yang waktu itu mendukung ibu, jelas tidak mungkin. Karena mereka-mereka adalah pejabat yang tentu pada waktu itu tetaplah loyal dengan bapaknya atau ibunya. Rasional saja Bu.... Yang penting dia memiliki dedikasi yang baik, juga prilaku inovatif, bagi saya pisitif-positif saja. Dan tentu terpenting pejabat itu segera diisi agar dapat segera memiliki kewenangan penuh untuk menjalankan program ibu. Begitu Tarmin menyampaikan masukan keapda bu Lurah saat bertemu kemarin.

Tarmin melanjutkan ucapannya. "Tetapi rupanya apa yang kusampaikan seperti masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, atau barangkali kuatnya dominasi para pembisik yang berakibat lurah Jaenah ragu dalam mengambil sikap dan kebijakan."

Baru saja selesai Tarmin bicara, Paeropun masuk dengan bicaranya yang sedikit kasar. "Aku yakin! Tapi tidak sepenuhnya. Ada tiga penyakit yang mungkin kini sedang mengindap ibu kita "dubleg, budreg, dableng". Tapi sebagai rakyat aku tetap berdoa semoga pemimpin desanya dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa dan cepat sembuh dari penyakitnya. Sambung Paero.

Bagi Tarmin pertemuan sore itu cukup, karena ia harus segera menjemput si bungsu. Maaf kawan....aku harus tugas negara..... Ucap Tarmin,

Bojonegoro sore hari, 23 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post