yazid adiwiryo

Navigasi Web
Puasa itu Prisai

Puasa itu Prisai

Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan keji dan amalan keji. Maka Allah tidak membutuhkan puasanya orang demikian, sekalipun ia telah meninggalkan makan dan minum.

Hadits ini memberikan pelajaran bahwa puasa bukanlah hanya meninggalkan makan dan minum melainkan mampu menjadi Prisai seseorang dari ucapan keji, bohong serta amalan yang keji dan kebohongan.

Ucapan keji adalah ucapan yang dapat menyakitkan orang lain ketika didengar. Ucapan ini secara luas dapat dikonotasikan dengan ucapan jorok, ucapan kasar, ucapan yang penuh kebohongan dan ketidak jujuran (hoax), ucapan kebencian, ucapan penistaan. Tentunya juga perbuatan yang menimbulkan kerugian dan membahayakan kepada orang lain.

Maka ditengah pandemi covid 19 ini, tentu setiap orang harus mampu memprisai diri, menjaga diri "as shaumu Junnatun" untuk menjaga dirinya, keluarganya, serta orang lain dari penyebaran virus ini. Maka jika ia berasal dari zona merah, hendaklah ia mampu menjaga diri untuk tidak pulang kampung atau mudik, demi keselamatan dan kemaslahatan orang lain, hingga sampai keadaan aman dalam perspektif medis, ulama, pemerintah.

Kemudian sebagai upaya menjaga kondusivitas berbangsa dan bertanah air, maka puasa juga harus mampu untuk memprisai diri agar tidak memposting sesuatu yang belum jelas kebenarannya yang dimungkinkan akan menjadikan kondisi semakin tidak kondusif.

Puasa juga sekaligus mampu melahirkan rasa empati yang dalam pada setiap orang untuk mampu menjadi manusia-manusia yang memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain, siapapun dia dan dalam jabatan level apapun dapat menahan diri untuk tidak memperlihatkan prilaku kemawahan di public ditengah saudaranya yang terdampak atas wabah yang terjadi. Akan lebih memberikan arti ketika apa yang dimiliki dari kelebihannya mampu disisipkan untuk membantu saudaranya yang kekurangan.

Bukankah Nabi telah mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberikan banyak manfaat bagi orang lain.

Disisi lain Allah telah menjamin barang siapa memberikan "infaq" sesuatu yang dimilikinya ke jalan Allah (jalan kebaikan) laksana orang yang menanam sebutir biji, dan Masing-masing akan tumbuh tujuh cabang, dan masing-masing cabang akan tumbuh seratus tetumbuhan. Dan di bulan puasa tentu kebaikan iku akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah. Karenanya tidak ada alasan untuk tidak melakukan kebaikan dibulan yang penuh kemulyaan ini.

Bojonegaro, 4 Romadhan 1441 H/27 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post