Sebagai Seorang guru kita diwajibkan untuk memiliki sabar. Bahkan sabar yang tidak boleh ada batasnya. Saya adalah guru kelas VI SD, dimana siswa berada pada masa pubertas. Disini saya dituntut untuk memiliki kesabaran yang lebih. Saya memiliki 13 orang siswa yang memiliki 13 jenis perilaku yang luar biasa aktifnya. Hal ini menjadikan saya untuk memberikan pelajaran yang membuat mereka tertarik.

Di sekolah memiliki aturan yang harus dipatuhi siswa. Slaah satunya rambut siswa laki-laki harus pendek dan tidak boleh di skin. Peraturan ini sudah disampaikan berkali-kali. Sabtu Pagi, saya melihat siswa rambut siswa di skin. Dirga namanya. “Nak, Kenapa rambutnya di skin?” lalu dengan santai Dirga menjawab “Ndak tau wak buk, urang potong rambuik maagiah buk !”. l “Subhanallah” hebat sekali cukur rambutnya nak, tanpa diminta di skin rambutnya” . Kalau mau bohong tu dipikir dulu. Dengan nada agak tinggi. Lalu saya mengambil pensil alis lalu menghitamkan rambut skin dirge. Tetapi apa yang terjadi dia mulai mengelak ” apo ko buk ha!” dengan sedikit cemberut. Saya langsung istighfar “ kamu tahu kan peraturan sekolah dan kalau melanggar kamu tahu akibatnya kan?”. Lalu dirga menjawab lagi “ yo bialah buk!. Saya Istighfar lagi lalu pergi untuk menenangkan diri supaya tidak mengeluarkan kata kasar.

Setelah itu saya menghubungi orangtua Dirga dan memberitahukan kelakuan Dirga. Saya akan sangat sedih jika ada siswa yang membantah dan melawan maka sebaik mungkin saya akan menahan emosi saya.