Oleh : Yeni Fitri, S.Pd

Menjadi guru milenial merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi pada era milenial ini. Sesuai dengan zamannya, saat ini guru harus mampu mendidik dan mengajar anak-anak yang berasal dari generasi Y dan generasi Milenial. Dalam Theory Generasi (Generation Theory) menurut Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin (2004) terdapat beberapa pembagian generasi yaitu generasi baby boomer (1946-1964), generasi X (1965-1980), generasi Y (1981-1994), generasi Z (1995-2010) dan generasi Alpha (2011-2025). Kelima generasi ini memiliki perbedaan zaman dan pertumbuhan yang mempengaruhi kepribadian mereka masing-masing.

Guru milenial harus mampu beradaptasi dengan sikap dan prilaku anak-anak generasi milenial. Mereka yang hidup di zaman modern dan teknologi canggih memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai macam teknologi terutama gawai dan internet. Guru milenial harus mampu menggunakan teknologi tersebut dengan cara meng-upgrade setiap perkembangan IT dan ilmu pengetahuan terbaru. Artinya, seorang guru dituntut harus tetap belajar untuk mengiringi perkembangan zaman yang serba canggih ini. Jika kita hanya mengandalkan ilmu yang di dapat dibangku perkuliahan dulu dan tidak mau belajar mengikuti perkembangan zaman, kita akan tertinggal dan tidak dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik terutama pembelajaran daring.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan berliterasi membaca berbagai buku atau literatur internet. Selain itu ada banyak kegiatan yang mendukung guru dalam belajar antara lain dengan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, ikut serta dalam webinar, melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi serta menjadi seorang literat.

Guru milenial “WAJAR MELARAT” (Wajib Belajar Menjadi Literat). Untuk mengatasi tantangan saat ini, guru harus mau dan mampu berliterasi dari berbagai sumber sesuai dengan program pemerintah dalam Gerakan Literasi Nasional (GLN). Menurut Elizabeth Sulzby (1986), literasi merupakan kemampuan seseorang dalam berbahasa atau berkomunikasi (membaca, berbicara, menyimak, dan menulis) dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya masing-masing. Seorang guru harus mampu membaca dan mengolah setiap informasi dengan baik sehingga dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran. Guru yang berani mengajar harus siap untuk belajar kapan saja dimana saja. Dengan berliterasi guru dapat menambah wawasan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya sesuai dengan kebutuhan saat ini.

Belajar menjadi seorang literat merupakan salah satu cara yang jitu dalam menghadapi fenomona saat ini. Sejak adanya wabah covid-19, pembelajaran daring maupun luring harus dilaksanakan dengan baik. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, guru harus mampu berinovasi dalam proses pembelajarannya. Dengan berliterasi guru dapat menyusun program dan rencana kegiatan pembelajaran yang efektif efisien agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Guru literat siap mengajar daring maupun luring. Beberapa metode dan strategi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran antara lain :

1. Selalu memberikan sapaan hangat di awal pembelajaran dan membangun komunikasi efektif dengan siswa maupun orangtua siswa.

2. Memberikan respon tanggap pada setiap pernyataan, pertanyaan dan tanggapan siswa selama proses pembelajaran.

3. Mengaktifkan berbagai kegiatan literasi dengan efektif dan efisien.

4. Memantau kegiatan spiritual dan sosial siswa melalui tanya jawab, foto-foto atau video.

5. Menyajikan materi pelajaran dengan metode yang bervariasi seperti menayangkan video, animasi, gambar-gambar menarik, permainan, kuis dan lain-lain.

6. Memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran seperti gawai, laptop dan aplikasi yang ada didalamnya (WhatsApp, Youtube, Google, google form, quizziz, zoom dan lain-lain)

7. Memberikan tugas yang bervariasi dan menyenangkan. seperti diskusi bersama orangtua, mengerjakan kuis, wawancara singkat, kliping, foto-foto atau rekaman video, menulis kesimpulan dan menjawab pertanyaan.

8. Memberikan reward (penghargaan) dan peringatan pada siswa yang aktif dan tidak aktif.

9. Melakukan penilaian dan refleksi setiap proses pembelajaran.

Sebagai guru yang sedang belajar menjadi literat, saya juga mengikuti berbagai kegiatan literasi seperti belajar menjadi seorang penulis, menulis beberapa buah buku, mengikuti berbagai webinar, diskusi daring, pelatihan Sagusabu dan pelatihan Relawan Master Trainer yang diadakan oleh Teacher Learning Center (TLC) Putera Sampoerna Fondation. Semoga semua kegiatan ini bermanfaat untuk kemajuan dunia pendidikan.

Solok, 04 Juli 2020

BIOGRAFI PENULIS

Yeni Fitri, S.Pd anak ke-tiga dari lima bersaudara yang lahir di Solok, 20 Desember 1984. Saat ini penulis mengajar di SDN 09 PPA Kota Solok Sumatera Barat sebagai guru kelas IV. Penulis merupakan guru berprestasi tahun 2014 tingkat Kota Solok dan pernah menjadi Finalis OGN Tingkat Nasional tahun 2017 dan Finalis INOBEL tahun 2019.

Alamat e-mail : [email protected], WA. 085363057870.