Kenangan Masa Kecil Bersama Ayah (H-9) Lanjutan cerpen
Pada suatu ketika ayah mengajak saya ke tempat bako orang tuanya ,saya sangat senang diajak oleh Ayah .sampai disana bermain dengan teman yang ada di sana, Ayah dan nenek duduk di teras sambil melihat kami bermain ,yaitu main mandok-mandoan,istilah sekarang main petak umpat, kami berhitung sampai tiga kali sambil mengeluarkan jari tangan,kalau jari tangan tangan keluar jempol ,telunjuk berarti menang tapi kalau jari tangan keluar kelingking kalah, dia menjaga tempat atau tembok supaya teman yang lain tidak memegangnya,dan sambil mencari teman yang bersembunyi ,kebetulan saya bersembunyi di belakang rumah.
Permainan hampir selesai ketika teman semuanya sudah keluar dan dapat dari persembunyiannya, tinggal saya sendiri yang mau di cari oleh penjaga , Namun apa yang terjadi ..? tentu pembaca penasaran bagai mana cerita selanjutnya.
Pada saat saya keluar mulanya tempat penjagaan kosong karena teman yang menjaga mencari saya ketempat lain,Nah saya berlari kencang menuju tempat penjagaan supaya saya menang.akhirnya sedikit lagi menuju tembok,saya terjatuh tersandung batu dan kepala terbentur di tepi jenjang, saya menangis kesakitan dan keluar darah yang sangat banyak dari kening dan memasahi seluruh wajah,mendengar tangisan saya semua orang keluar termasuk ayah dengan cepatnya menuju kesaya,Ayah panik melihat kondisi saya, karena banyak kali darah yang keluar ,tidak tahu mana yang luka karena wajah semua sudah belumuran darah. Ayah sangat cemas sekali sambil berkata mana yang sakit naak..?
Pada saat itu ayah menyuruh teman saya membeli Handiplas ,sambil menunggu teman ayah membersihkan wajah saya dan mengambil pucuk ubi di putar-putar sampai keluar airnya lalu diolesi ketempat yang luka,saat Ayah mengoleh saya menjerit kesakitan, dan ayah berkata sabar yaa..? nanti kita bawa kerumah sakit.nenekpun menyarankan bawalah kerumah sakit lukanya lebar dan dalam, mendengar itu saya menangis lagi ngak mau kerumah sakit nanti di suntik,karena saya takut sekali di suntik apalagi di jahit,kemudian teman sayapun datang membawa Handiplas dan Ayah menutupi luka saya ,darah dikening tetap mengalir. Ayah penik melihat darah yang tak mau berhenti.
Akhirnya Ayah membawa saya ke Rumah Sakit dengan sepeda onta ayah dan saya di bonceng di belakang dan ayah mengayuh sepeda sangat kencang sekali. Sampai di Rumah Sakit ,langsung di tangani oleh bidan ,dan Dia menyarankan untuk di jahit langsung karena luka lebar dan dalam, Mendengar di jahit saya lari keluar karena takut, lalu Ayah mengejar keluar dan memujuk saya, setelah ini ayah belikan makanan yang enak, Kemudian Ayah mengendong saya kembali ke ruang bidang untuk di jahit, saat itu saya berumur empat tahun.
Bidan berkata sama Ayah langsung ditidukan di tempat tidur Pak..!, saya kembali menangis kecil sakit Ayah,sakit Ayah sakit..! Pegang kepalanya Pak ! kata bidan, Ayah memegang kepala saya dan berkata tidak sakit nak..? Sakitnya sebentar sabar ya ? lalu ayah menyuruh saya baca surat alfatihah ,surat – surat pendek , saya membaca dengan suara lantang bersama ayah sementara bidan menjahit kening yang robek, setelah membaca semua surat. Alhamdulillah..Tak terasa jahitan di kening sudah selesai pula,
“Anak pintar?”, kata bidan ,udah siap
“ Tidak sakitkan?”,t tidak kata saya sambil Buk bidan tersenyum dan mengusap kepala saya.
“Ayah bertanya pada bidan berapa jahitannya Buk?”,kata Ayah
“Lima Pak?”, jawab Buk Bidan.
Ini resep obat ambil di Apotik dan jangan lupa obatnya di makan, lima hari lagi kesini bukak jahitan dan ganti perban. Sebelum kami keluar saya salami Buk Bidan sambil mengucapkan terima kasih Buk..? Buk bidan tersemnyum dan mengasih satu permen coklat ketangan saya.Saya sangat senang sekali .rasa sakitpun hilang karena buk bidan pandai merayu dan menyenangkan hati saya.
Kemudian saya pulang kerumah ,Sebelum sampai di rumah kami singah dulu kepasar membeli makanan, kata saya pada Ayah tidak usah yah..? ayah sudah berjanji mau membelikan makanan, saya ambil roti coklat, tambah satu bungkus lagi untuk kakak dan adik juga , sampai di rumah Ibu terkejut melihat kening yang sedang di perban ,lalu ayah ceritakan kejadian semuanya sama ibu, Lalu ibu mendekati saya sambil memegang kepala saya. Kata ibu itu biasa tandanya mau besar lain kali hati –hati ya..? saya bagi kue yang di beli tadi sama kakak dan adik. Kami makan bersama dengan sangat gembira dan senang hati.
Pada saat itu ayah menyuruh teman saya membeli Handiplas ,sambil menunggu teman ayah membersihkan wajah saya dan mengambil pucuk ubi di putar-putar sampai keluar airnya lalu diolesi ketempat yang luka,saat Ayah mengoleh saya menjerit kesakitan, dan ayah berkata sabar yaa..? nanti kita bawa kerumah sakit.nenekpun menyarankan bawalah kerumah sakit lukanya lebar dan dalam, mendengar itu saya menangis lagi ngak mau kerumah sakit nanti di suntik,karena saya takut sekali di suntik apalagi di jahit,kemudian teman sayapun datang membawa Handiplas dan Ayah menutupi luka saya ,darah dikening tetap mengalir. Ayah penik melihat darah yang tak mau berhenti.
Akhirnya Ayah membawa saya ke Rumah Sakit dengan sepeda onta ayah dan saya di bonceng di belakang dan ayah mengayuh sepeda sangat kencang sekali. Sampai di Rumah Sakit ,langsung di tangani oleh bidan ,dan Dia menyarankan untuk di jahit langsung karena luka lebar dan dalam, Mendengar di jahit saya lari keluar karena takut, lalu Ayah mengejar keluar dan memujuk saya, setelah ini ayah belikan makanan yang enak, Kemudian Ayah mengendong saya kembali ke ruang bidang untuk di jahit, saat itu saya berumur empat tahun.
Bidan berkata sama Ayah langsung ditidukan di tempat tidur Pak..!, saya kembali menangis kecil sakit Ayah,sakit Ayah sakit..! Pegang kepalanya Pak ! kata bidan, Ayah memegang kepala saya dan berkata tidak sakit nak..? Sakitnya sebentar sabar ya ? lalu ayah menyuruh saya baca surat alfatihah ,surat – surat pendek , saya membaca dengan suara lantang bersama ayah sementara bidan menjahit kening yang robek, setelah membaca semua surat. Alhamdulillah..Tak terasa jahitan di kening sudah selesai pula,
“Anak pintar?”, kata bidan ,udah siap
“ Tidak sakitkan?”,t tidak kata saya sambil Buk bidan tersenyum dan mengusap kepala saya.
“Ayah bertanya pada bidan berapa jahitannya Buk?”,kata Ayah
“Lima Pak?”, jawab Buk Bidan.
Ini resep obat ambil di Apotik dan jangan lupa obatnya di makan, lima hari lagi kesini bukak jahitan dan ganti perban. Sebelum kami keluar saya salami Buk Bidan sambil mengucapkan terima kasih Buk..? Buk bidan tersemnyum dan mengasih satu permen coklat ketangan saya.Saya sangat senang sekali .rasa sakitpun hilang karena buk bidan pandai merayu dan menyenangkan hati saya.
Kemudian saya pulang kerumah ,Sebelum sampai di rumah kami singah dulu kepasar membeli makanan, kata saya pada Ayah tidak usah yah..? ayah sudah berjanji mau membelikan makanan, saya ambil roti coklat, tambah satu bungkus lagi untuk kakak dan adik juga , sampai di rumah Ibu terkejut melihat kening yang sedang di perban ,lalu ayah ceritakan kejadian semuanya sama ibu, Lalu ibu mendekati saya sambil memegang kepala saya. Kata ibu itu biasa tandanya mau besar lain kali hati –hati ya..? saya bagi kue yang di beli tadi sama kakak dan adik. Kami makan bersama dengan sangat gembira dan senang hati.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Senang ya bunda...
Terimakasih defi.
Terimakasih defi.
Menarik sekali bu yeni