Rindu si Adek ingin pulang (H-23)
Hari lebaran pertama setelah shalat idul fitri berjamaah bersama suami, tiba anak saya yang paling kecil menangis di atas bentangan sajadah shalatnya
“Kenapa menangis sayang? “tanya ayahnya.
“ Dia tidak menjawab,tapi isak tangisnya semangkin kencang
“ Kenapa,? ‘Tanya ayahnya lagi sambil mengusap kepalanya
“Mau pulang lebaran tempat nenek, bersama abang dan adik di kampung
“Semua orang lebaran di rumah masing-masing,”jawab ayah
“Ngak mau di rumah mau tempat nenek,” jawabnya kembali, lalu saya sebagai ibunya ikut merasa sedih melihat anak menangis, sambil menghampiri putraku, dan saya berusaha menjelaskan kepadanya, semua orang tidak ada yang pulang kampong, karena kondisi sekarang masih rentan dengan penyebaran virus karona, lagian abang dan adek Syarif tidak pulang kampong, keluarga etek lebaran di Padang, mereka tidak bisa pulang, sebab orang yang tinggal di Padang tidak masuk ke Bukittinggi, karena keadaan belum stabil, dan rumah di kampong di tutup, nenek tidak di rumah, nenek tidur di rumah saudara mama ,tempat mama Wat,
Setelah saya menjelaskan kepadanya, baru dia berhenti menangis, untuk menghiburnya supaya suasana cair, saya menyuruh sikakak mengambil ponselku.
“Fitri ambil ponsel mama di kamar diatas meja ,” kata saya
“Baik ma,! Jawab Fitri, tak lama fitri datang menyerahkan ponsel ku.
“Tolong telfon etek yang di Padang, yang di Duri dan saudara mama yang lainya, kita video coling bersama, “ baik ma, sahut fitri, semua ponsel sudah tersambung dengan lima orang saudara mama, kami bersilaturrahmi bersama melalui ponsel saja, sambil mengucapkan minal aidin wal faa izin, mohon maaf lahir dan bathin, Subhaanallaah di hari yang suci itu, kami merasakan lebaran bersama walupun jarak jauh, hati kami menyatu bersama saudara – saudara dan Ibu.
“ Mana nenek,! Kata syarif.
“ Ini nenek, jawab ma wat,
“Assalamualaikum ?,”Lai sehat sajo nenek,? Tanya kami serentak.
“Waalaikummussalam, sehat ” jawab nenek.
“Syarif lai sehat,! “Balik nenek bertanya kembali
“Alhamdulillah sehat nek?” Jawab Syarif.
Hampir dua jam kami video coll bersama , dan Syarif tidak sedih lagi ,setelah dia bicara dan melihat wajah abang, adek, kakak, etek, nenek dan saudara lain, perasaan rindu ingin bertemu sudah terobati, rasanya kami bersaudara sudah berkumpul lebaran bersama di kampong.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kampong yang ibu maksud pastinya kampung kan bu. Namun penulisannya berulang ulang. Kampong tidak ada artinya dalam KBI ibu... Sukses selalu buat ibu lembut yang satu ini.. Guru ramah dan lembut yang selalu membuat nyaman murid mengikuti didikannya.
keren Bu yeni, salam literasi