Seperti biasa setiap pelajaran olahraga, Aya dan Mini selalu menghindar. Terkadang bersembunyi di kantin. Lain waktu di kamar mandi. Tempat yang terakhir ini lebih aman sebab lebih tak terlihat. Namun, mereka harus sembunyi sambil menahan takut terbayang cerita seram seputar kamar mandi. Cerita terakhir yang mereka dengar tentang sepatu yang berjalan sendiri. Nalar anak SD paling gampang menelan bulat-bulat cerita-cerita begitu.

Kedua gadis kecil itu merasa senasib. Takut bola. Dari yang kecil seperti bola kasti, sampai yang besar seperti bola voli. Pernah sekali terpaksa harus ikut main voli. Pas dipukul, rasanya kedua tangan bukan main sakitnya. Bola voli berhasil lewat ke daerah lawan. Namun, sayang dari bawah net. Keduanya merasa ketakutan setiap kali giliran servis, menjauh setiap kali bola mendekat. Sekali waktu si bola voli tepat sasaran menghantam kepala. Aya meringis sementara teman lain tertawa. Mereka bahagia di atas penderitaanku, katanya dalam hati.

Namun kali ini mereka tak bisa sembunyi. Pak guru sudah mencium rencana pelarian mereka. Ia mencegat Aya dan Mini yang sedang bersiap melarikan diri. Mau tak mau, kedua gadis itu harus ikut kegiatan olahraga. Kali ini permainan kasti. Pemukul bola diberikan pada Aya. Di ujung sana pak guru melempar bola. Ups, bola gagal dipukul. Pak guru memotivasi Aya. Bola dilempar sekali lagi. Aya masih saja gagal. Ia memukul angin. "Lemparan ketiga harus bisa." Kata pak guru sambil bersiap melempar bola. Aya fokus melihat bola. Dan, ia berhasil. Tapi, bukk!!! Bola kasti mengenai kepala pak guru yang langsung menghentikan sementara permainan kasti. Tinggallah Aya yang makin trauma melihat bola.