Laraku Luruh di Lagundri (Bagian 6)
Laraku Luruh di Lagundri (Bagian 6)
Sisil dan Tiara mencari asal suara merdu itu. Ternyata di sana, di dekat pohon kelapa yang rebah, sekelompok pemuda sedang duduk menikmati laut malam. Salah satu dari mereka sedang muroja’ah Surah Ar-Rahman dan yang lainnya diam mendengarkan.
Kedua gadis itu harus melewati para pemuda itu untuk sampai ke kamar mereka. Namun langkah keduanya terhenti saat salah seorang pemuda dengan dagu yang ditumbuhi jenggot tipis memberi salam.
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam.” Jawab Sisil dan Tiara bersamaan.
“Ketemu lagi di sini.” Katanya.
“Lagi?” Tanya Sisil.
“Iya. Semalam kita satu kapal.”
“Oh, kita gak memperhatikan. Naik apa ke sini tadi?” Kalau tahu dari awal mereka satu tujuan, kan bisa patungan menyewa mobil. Pikir Sisil dalam hati.
“Kami berenam dari Siantar touring naik sepeda motor. Singgah dan menginap di beberapa tempat.” Jelasnya.
“Oh, iya. Kenalkan saya Hendra. Ini Nasir, di sebelahnya Haikal, dan diujung itu Wahyu.
Sisil mengulurkan tangannya kepada keempat pemuda itu satu per satu. Namun, pemuda yang terakhir tak menyambut uluran tangannya. Dia mengatupkan kedua telapak tangannya di dada sambil tersenyum dan menyebutkan namanya.
“Wahyu.” Sisil pun menarik tangannya kembali sambil tersenyum dan menyebutkan namanya pula.
“Sisilia.” Jawab Sisil. Papanya dulu memberi nama itu. Nama yang diambil dari nama salah satu pulau di Italia yang memiliki bangunan-bangunan megah sisa-sisa peninggalan peradaban Islam yang menjadi ikon pulau tersebut.
Ternyata namanya Wahyu. Dia yang sedang menghafalkan Surah Ar-Rahman tadi.
Wajahnya tak terlalu tampan, namun Sisil bisa merasakan tatapan teduhnya tadi sesaat sebelum dia menunduk ketika berkenalan dengan Sisil. Pemuda itu pun tak terlalu banyak bicara, tak seperti Hendra dan yang lain. Pandangannya lebih sering mengarah ke laut di depannya.
“Katanya berenam. Mana lagi yang lain?” Tanya Sisil.
“Yang dua tepar, istirahat di tenda.”
“Di tenda? Kemping? Dibolehkan sama pemilik tempat ini?
“Iya. Tadi sudah ijin ke pemilik penginapan. Maklum touring dengan dana pas-pasan.” Kata Hendra tertawa sambil menepuk bahu Nasir yang. ngobrol dengan kedua temannya yang lain, entah membahas apa. Sisil dan Tiara lebih banyak bercakap-cakap dengan Hendra.
“Rencananya di sini sampai kapan?” Tiara bertanya.
“Besok pagi-pagi langsung cabut. Tapi singgah dulu ke Mataluo.” Jawab Hendra.
“Ke Mataluo? Besok kami juga mau ke sana. Tapi agak siang sih.”
“Oh ya? Tujuan kita sama berarti.”
“Ya, sampai jumpa besok.” Sisil dan Tiara pamit.
“Oke.” Jawab Hendra. Ketiga temannya yang lain mengangguk dan tersenyum sopan saat kedua gadis itu pamit.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut
Mantul bunda. Salam literasi
Terima kasih Bu. Salam literasi Bu.