Yenny Puspita Saragih

Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebelumnya pernah bertugas di MTs dan MA Swasta PTh Darur Rachmad Sib...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menakar Riya

Menakar Riya

#TantanganGurusiana hari ke-32

Seorang teman membuat status di media sosial. "Alhamdulillah bisa khatam di hari ke-8 Ramadhan". Tak lama ada yang menuliskan begini di kolom komentar." Awas riya' loh." Ada lagi yang berkomentar. "Kalo beramal dipamerkan, ntar gak ada pahalanya." Muncul komentar lain. "Ntar amalannya sia-sia." Lalu ada lagi komentar menasihati. "Sebaiknya jika beramal, orang lain tak perlu tahu."

Ada lagi kejadian beberapa waktu lalu, saat musim haji 1440 H/2019 M, ada jamaah haji yang memosting foto di media sosial. Banyak yang memberi komentar positif, dalam arti berkomentar memberi selamat dan turut bahagia. Namun ada juga yang berkomentar negatif, "Fokus ke ibadahnya saja, jangan di-upload."

Sahabatku, seperti yang kita tahu, riya' adalah melakukan sesuatu amalan kemudian ditunjukkan kepada orang lain agar mendapat pujian. Dengan kata lain, amalan yang dilakukan tidak dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala tapi karena mengharap pujian dari orang lain.

Riya', seperti juga dengki, sombong, dan penyakit hati lainnya merupakan maksiat hati. Kita tidak mempunyai wewenang menghakimi seseorang itu riya' sebab kita tak mampu mengetahui apa yang ada di hati orang lain.

Bisa jadi seseorang yang memosting foto sedang umrah sebagai ungkapan rasa bahagia bisa sampai ke Baitullah atau bisa juga untuk memotivasi orang lain agar bisa ke sana juga.

Begitu juga seseorang yang membuat status di media sosial bawa ia khatam Al-Qur'an, sedang tarawih, ikut tadarus, bersedekah, dan sebagainya, sebenarnya bermaksud untuk mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Jika setiap postingan tersebut dianggap riya', maka postingan-postingan kebaikan seperti itu menjadi sepi. Beranda media sosial malah dipenuhi postingan yang cenderung tak baik.

Kita memang dianjurkan untuk nahi mungkar untuk maksiat yang nyata terlihat. Sementara maksiat hati, seperti riya', tak terlihat. Yang bisa menakar apakah suatu perbuatan itu riya' atau tidak tentu hanya orang yang bersangkutan dan tentu saja Allah SWT.

Maka hendaknya jangan terlalu cepat men-judge oeang lain riya'. Ber-husnudzon saja. Semoga kita terhindar dari sifat riya' dan maksiat hati lainnya.

Tadukan Raga, 03 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah bu.. Untuk mengingatkan kita sesuai judul.. Dan hanya Allah lh yg tahu dg semua niat kita riya atau tdk.. Salam

05 May
Balas



search

New Post