Rendezvous (Bagian 2)
Reihan teringat dua minggu yang lalu, lewat tengah malam Fani dilarikan ke RSUD Meulaboh. Gadis itu tak mampu lagi menahan rasa sakit di kepalanya. Paginya, rekan-rekan guru bergantian menjenguk sesuai jadwal free les di sekolah. Namun, tak sampai sehari, sorenya Fani minta pulang. Padahal baru beberapa jam ia dipindahkan ke ruang VIP. Sebelumnya ia ditempatkan di ruang Kelas I sebab VIP full. Selepas Dzuhur ternyata ada pasien VIP yang pulang. Fani menggantikannya di ruangan itu.
Reihan memperhatikan dua bulan ini, Fani sering pulang lebih awal dari sekolah. Ia yang biasanya aktif ke sana ke mari terlihat tak sehat. Wajahnya pucat. Gerak tubuhnya pun lambat.
"Fani, kamu kenapa? Akhir-akhir ini kulihat kamu tak bersemangat. Wajahmu pucat. Kamu sakit?" Tanya Reihan saat suatu kali ia hampiri gadis itu sedang duduk melamun di ruang guru.
"Ah, aku tidak apa-apa. Biasa saja."
"Liburan akhir tahun lalu, ku dengar kamu ke Banda. Hanif bilang kamu mengurus rujukan ke rumah sakit di Banda. Ada apa sebenarnya?"
Fani menggeleng. Ia bersikukuh mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Hanif, adik sepupu Reihan, bekerja di bagian administrasi di RSUD Meulaboh. Ia memberitahu Reihan bahwa ia bertemu Fani yang sedang mengurus rujukan.
Hanif mengenal Fani dari Reihan. Hanif tahu Reihan menyukai Fani. Hanif juga tau bahwa Fani pun menyukai Reihan sebab beberapa kali Fani mengirim pesan melalui WhatsApp padanya menanyakan tentang kepribadian Reihan. Lama-lama Fani malah jadi sering curhat tentang Reihan. Sepertinya Fani agak cemburu melihat Reihan yang terlihat akrab dan sangat perhatian kepada banyak wanita. Belum lagi para siswi yang sering mengerubunginya ketika jam istirahat dan pulang sekolah.
Reihan memang tampan, mewarisi ketampanan ayahnya. Badannya yang atletis dengan tinggi 178 cm, hidung mancung, ditambah lagi sikapnya yang supel, membuat banyak gadis yang ingin jadi kekasihnya, atau paling tidak mereka berharap bisa selalu berdekatan dengannya.
Reihan tersentak saat bus mengerem mendadak ketika mencoba menyalip mobil di depannya. Ternyata ada truk besar penuh muatan dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan. Untungnya pak supir reflek mengerem.
Ternyata dia tertidur juga tadi. Dilihatnya jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 4 lebih 40 menit. Sudah hampir masuk waktu Subuh. Sebentar lagi bus akan berhenti di masjid dekat SPBU di sebelah kiri. Reihan menyetel kursinya agar bisa duduk tegak. Syukurlah tidurnya tadi cukup nyenyak. Rasanya penat jiwa raganya semalam telah berangsur berkurang.
Ada rasa tak sabar ingin segera berjumpa dengan pujaan hatinya. Gadis yang langsung menarik perhatiannya sejak pertama bertemu. Tubuh mungil yang selalu dibalut gamis dan kerudung yang menutup dada. Kulitnya putih. Ada tahi lalat di ujung hidungnya yang tak terlalu mancung. Lemah lembut suaranya pada lawan bicaranya, juga pada siswa. Namun ada ketegasan di balik suara lembutnya saat berbicara pada anak didiknya.
Ia terpesona entah pada pandangan ke berapa. Yang ia ingat, gadis itu jarang tersenyum padanya. Tak seperti kepada orang lain, yang selalu disapa dan disenyuminya ketika berpas-pasan dengannya.
(Bersambung)
#TantanganGurusiana hari ke-4
Tadukan Raga, 05 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut Bun...
Siaap Buu