Rendezvous (Bagian 7)
Rendezvous (Bagian 7)
#TantanganGurusiana hari ke-9
Malam ini Fani tak mau meminum obatnya. Kya serba salah apakah harus memaksanya atau tidak. Kya tahu Fani paling tidak bisa dipaksa. Bahkan di kala sakitnya. Ayah pun tak bisa berbuat banyak.
Bibir Fani tak henti membisikkan bacaan dzikir. Tasbih pun tak lepas dari tangannya. Itu yang selalu dilakukannya saat sakit kepalanya datang mendera. Dzikir mengalihkan pikirannya agar tak fokus ke rasa sakit yang sering kali rasanya tak terkira.
Kya lega saat melihat Fani tertidur. Sungguh tak tega melihatnya meringis menahan sakit. Fani pandai menyembunyikan rasa. Tak seperti Kya yang ekspresif. Tertawa lebar saat senang, menangis saat sedih. Fani tidak. Ia hanya akan tersenyum saat yang lain telah tertawa terbahak-bahak. Ia tak pernah tampak menangis di depan orang lain. Begitupun saat ia sakit ini. Tak ada yang menyangka Fani mengidap sakit berat.
Kejadiannya serasa begitu cepat. Tak sampai sebulan setelah ia dan Fani cek up ke rumah sakit ini pada liburan semester ganjil yang lalu. Yang Kya ingat, Fani makin tak berselera untuk makan. Sering kali nasi di piringnya yang tak sampai 5 suapan pun tak habis dimakan. Dari dulu Fani memang tak banyak makan. Namun kali ini sepertinya lebih parah.
Kya menghela napas panjang. Didengarnya ayah sedang berbicara di telepon. Sepertinya Ayah meminta Mak dan Farhan, abangnya, berangkat menyusul ke sini malam ini. Aku senang jika Mak datang. Saat berkumpul rasanya akan lebih semangat.
Kya terbangun saat didengarnya Fani mengerang kesakitan. Di sampingnya Ayah membaca Alqur’an sambil mengusap-usap kepala Fani. Kya bangkit. Dilihatnya jam di gawainya menunjukkan pukul sebelas. Berarti ia baru tertidur sekitar satu jam.
Erangan Fani memelan. Tak berapa lama kemudian ia tertidur. Ayah menghentikan bacaannya dan meminta Kya menggantikannya duduk di sebelah Fani. Sepertinya Ayah ingin tidur sebentar.
Tak sampai setengah jam, Fani mengerang lagi. Matanya tak terbuka namun tubuhnya gelisah berbalik sebentar ke kanan, sebentar ke kiri. Seperti yang dilakukan Ayah tadi, Kya mengusap-usap kepala Fani sambil membaca Alqur’an kecil yang selalu di letakkan Fani di samping bantalnya. Sebentar erangannya hilang, namun sesaat kemudian mengerang lagi.
Ayah terbangun, lalu bangkit dan menyuruhku pindah duduk. Sambil membaca shalawat Ayah mengusap-usap kepala Fani. Ia pun tertidur lagi. Kami lega. Ayah menyuruh Kya tidur dulu agar nanti bergantian lagi berjaga.
Kya berbaring. Tak pernah seperti ini sebelumnya. Apakah karena tadi Fani tidak meminum obatnya? Pikirnya. Sudah hampir pukul satu.
Kya terbangun lagi mendengar Fani mengerang sakit sambil memanggil-manggil Mak dan Ayah bergantian. Ayah yang tak lagi setenang tadi mulai panik. Kya keluar menemui perawat memintanya memeriksa Fani. Perawat itu berjalan cepat menuju ruangan. Di belakangnya, Kya juga berjalan tak kalah cepat. Kya memberitahu kalau Fani tidak minum obat malam tadi.
“Kenapa gak diminum obatnya?” Kata perawat kepada Fani.
Fani tak menjawab. Dia masih mengerang kesakitan.
“Mana obatnya tadi?”
“Ini.” Kya menyodorkan tiga pil yang seharusnya diminum Fani setelah makan malam tadi.
Kya mengambil aqua gelas dan menusukkan sedotan.
“Minum obatnya ya?”
Fani menggeleng. Ia tak mau membuka mulutnya. Perawat kewalahan, lalu meninggalkan ruangan.
Tak berapa lama dokter jaga masuk. Seperti halnya perawat tadi, dokter itu pun membujuk agar Fani mau meminum obatnya. Namun Fani tetap menolak. Dokter dan perawat diam. Keduanya lalu beranjak keluar dan meninggalkan kami.
Fani mengerang kesakitan lagi. Ayah kembali membacakan ayat-ayat Alqur’an. Tangannya mengusap-usap kepala Fani. Sesekali diselingi bacaan shalawat. Fani pun tertidur.
Kya tak lagi berniat untuk tidur. Kantuknya hilang berganti rasa sedih mendalam. Sudah pukul dua. Kya menyuruh Ayah istirahat. Ia tak sanggup menggambarkan ekspresi Ayah saat ini. Ya Allaah... Jika Engkau ijinkan, biar aku saja yang sakit, batinnya.
Pelan, dilanjutkannya lagi membaca Al-qur’an. Dalam hatinya tak berhenti berdo’a untuk kesembuhan adiknya.
(Bersambung)
Tadukan Raga, 10 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sungguh perjuangan yang berat
Terima kasih udah baca Bu.